Al Fatihah Bagian 2
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
ٱلْحَمْدُ
Dalam Tafsir At Thabari di kutip satu riwayat dari Sahabat Ibnu Abbas, Ibnu Abbas, ia berkata, "Jibril berkata
kepada Muhammad Shalallahu alaihi wa salla, `Wahai Muhammad, ucapkanlah, Alhamdulillah'." Ibnu Abbas berkata Alhamdulillah artinya bersyukur (الشكر )kepada Allah dan mengakui segala kenikmatan-Nya, petunjuk-Nya dan lain sebagainya.
Sebagaimana Allah berfirman :
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّن نَّزَّلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَحْيَا بِهِ ٱلْأَرْضَ مِنۢ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ ۚ قُلِ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", Katakanlah: "Segala puji bagi Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).(Al Ankabut:63)
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ ٱلْكِتَٰبَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُۥ عِوَجَا ۜ
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya ( Al Kahfi : 1)
وَنَزَعْنَا مَا فِى صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ تَجْرِى مِن تَحْتِهِمُ ٱلْأَنْهَٰرُ ۖ وَقَالُوا۟ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى هَدَىٰنَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِىَ لَوْلَآ أَنْ هَدَىٰنَا ٱللَّهُ ۖ لَقَدْ جَآءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِٱلْحَقِّ ۖ وَنُودُوٓا۟ أَن تِلْكُمُ ٱلْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan".( Al A'raf :43 )
Ayat ayat di atas menunjukan bahwa kata Alhamdu adalah syukur atas nikmat- nikmat yang telah Allah berikan kepada manusia. Namun Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Al Hamdu lebih luas daripada Asy Syukru. Kata Alhamdu lebih umum daripada kata Asysyukru, dilihat dari objek penggunaan. Kata Alhamdu digunakan ketika mendapat nikmat dan musibah, sementara AsySyukru hanya digunakan
ketika mendapat nikmat. Jadi Al hamdu (الحمد) merupakan pujian dengan lisan kepada sesuatu yang indah, yang dilakukan kerena kesempurnaan yang ada pada sesuatu yang dipuji meskipun bukan merupakan balasan dari sebuah kenikmatan.
Fungsi huruf alif-lam dalam kata Alhamdu adalah li al-istighraq (meliputi seluruh pujian). ltu
mencakup segala jenis pujian yang semuanya
hanya milik Allah. Maka dalam terjemah Al Quran Bahasa Indonesia, kata Alhamdu diartiakan sebagai segala puji bagi Allah.
"Ar-Rabbu" adalah raja dan pengatur segala sesuatu. Dalam bahasa, istilah ini digunakan untuk tuan dan pengurus untuk perbaikan sesuatu. Semua itu benar bila merujuk kepada Allah Subhanahu wa ta'alla. Kata "Ar-Rabbu" hanya digunakan untuk Allah. Namun, kita dapat menggunakan kata tersebut dengan memberikan penambahan, misalnya "Rabbu ad-daar" (tuan rumah) atau "Rabbu kadza" (tuan dari sesuatu). Sedangkan, kata "Ar-Rabb” saja, hanya digunakan untuk menyebut Allah Subhanahubwa ta'alla. Bahkan disebutkan bahwa "Ar-Rabb” adalah namaNya yang paling agung.
Kata “Al-‘alamin” merupakan bentuk jamak dari "’alam" yang berarti makhluk selain Allah. Kata “’Alam” merupakan bentuk jamak yang tidak memiliki bentuk tunggal dari lafadznya. “Al-‘awalim” adalah seluruh jenis makhluk di langit, daratan, dan lautan. Setiap masa dan generasi disebut sebagai alam juga.
Maka ayat ini menyampaikan bahwa seluruh pujian hanyalah milik Allah,Yang memiliki sifat sempurna yang pantas di puji, Yang Memiliki dan mengatur seluruh makhluk ciptaanya.
ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Imam Al-Qurthubi berkata:”Allah menyifati diri-Nya dengan sifat Rahman dan Rahim setelah Rabbul ‘Alamin untuk menggabungkan kabar gembira (targhiib) setelah peringatan (tarhiib). Imam al-Qurthubi mengatakan: “Ar-Rabb merupakan peringatan, sedangkan ar-Rahmaan dan ar-Rahiim merupakan anjuran.” Diriwayatkan oleh Abu Hurairah radiyallahu anhu, ia berkata:”Rasulullah shallahu alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ يَعْلَمُ الْمُؤْمِنُ مَا عِنْدَ اللهِ مِنَ الْعُقُوبَةِ، مَا طَمِعَ بِجَنَّتِهِ أَحَدٌ، وَلَوْ يَعْلَمُ الْكَافِرُ مَا عِنْدَ اللهِ مِنَ الرَّحْمَةِ، مَا قَنَطَ مِنْ جَنَّتِهِ أَحَدٌ
“Seandainya seorang mukmin mengetahui siksaan yanga ada di sisi Allah, niscaya tidak ada seorang pun yang bersemangat untuk meraih Surga-Nya. Dan seandainya seorang kafir mengetahui rahmat yang ada di sisi Allah, niscaya tidak ada seorang pun yang berputus asa dari surga-Nya.” ( HR Muslim)
مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ
Yang menguasai di Hari Pembalasan.
Maalik (yang menguasai) dengan memanjangkan mim, berarti: pemilik. dapat pula dibaca dengan Malik (dengan memendekkan mim), artinya: Raja. Dihubungkannya kepemilikan hari pembalasan kepada-Nya meskipun milik-Nya dunia dan akhirat, karena pada hari itu kelihatan dengan jelas kekuasaan dan kepemilikan-Nya. Pada hari itu antara raja-raja di dunia dengan rakyat sama tidak ada perbedaan, mereka tunduk kepada keagungan-Nya, menunggu pembalasan-Nya, mengharapkan pahala-Nya dan takut terhadap siksa-Nya.
Yaumiddin (hari Pembalasan): hari yang di waktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan amalannya baik atau buruk. Yaumiddin disebut juga yaumul qiyaamah, yaumul hisaab, yaumul jazaa' dan sebagainya. Dibacanya ayat ini oleh seorang muslim dalam setiap shalat untuk mengingatkannya kepada hari akhir; hari di mana amalan diberikan balasan. Demikian juga mendorong seorang muslim untuk beramal shalih dan menghindari kemaksiatan.
Pemilik hari perhitungan dan pemberian balasan atas amalamal. Segala urusan berada di tangan-Nya pada hari Kiamat. Siapa pun yang tahu bahwa Allah memiliki hari pembalasan, berarti dia telah mengenal-Nya dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang tertinggi
Wallahu a'lam
Ta' Rouf Yusuf