Friday, 6 June 2025

Hukum amal orang Kafir jika masuk Islam


(باب بَيَانِ حُكْمِ عَمَلِ الْكَافِرِ إِذَا أَسْلَمَ بَعْدَه،)
Bab Penjelasan Hukum amal orang kafir jika masuk islam
فِيهِ حَدِيثُ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ رضي الله عنه أَنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ (أَرَأَيْتَ أُمُورًا كُنْتُ أَتَحَنَّثُ بِهَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ هَلْ لِي فِيهَا مِنْ شَيْءٍ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ أَسْلَمْتَ عَلَى مَا أَسْلَفْتَ مِنْ خَيْرٍ) أَمَّا التَّحَنُّثُ فَهُوَ التَّعَبُّدُ كَمَا فَسَّرَهُ فِي الْحَدِيثِ وَفَسَّرَهُ فِي الرِّوَايَةِ الْأُخْرَى بِالتَّبَرُّرِ وَهُوَ فِعْلُ الْبِرِّ وَهُوَ الطَّاعَةُ قَالَ أَهْلُ اللُّغَةِ أَصْلُ التَّحَنُّثِ أَنْ يَفْعَلَ فِعْلًا يَخْرُجُ بِهِ مِنَ الْحِنْثِ وَهُوَ الْإِثْمُ وَكَذَا تَأَثَّمَ وَتَحَرَّجَ وَتَهَجَّدَ أَيْ فَعَلَ فِعْلًا يَخْرُجُ بِهِ عَنِ الْإِثْمِ وَالْحَرَجِ وَالْهُجُودِ
Terdapat Hadits Hakim bin Hizam Radhiyallahu anhu bahwasanya ia berkata kepada Rasulullah Shnllallahu Alaihi wa Sallam, "Bagaimana pendapat engkau dengan perkara-pekara yang dulu saya beribadah dengannya pada masa jahiliyah, apalah ada sesuatu untukku padanya? Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata kepadanya, "Kamu sudah menyerahkan dari apa yang telah kamu pinjamkan dari kebaikan. "At-Tahanuts adalah At-Ta'abbud (beribadah) sebagaimana yang ditafsirkan dalam hadits, dalam riwayat lain ditafsirkan at-tabarur, perbuatan baik berupa taat, ahli bahasa berkata bahwa asal kata at-tahannuts adalah melakukan perbuatan yang keluar dari al-hints, yaitu dosa, begitu iuga dengan Ta' atstsama, Taharaja, dan Tahajada adalahm elakukan perbuatan yang keluar dari dosa, kesalahan dan tidur di waktu malam. 
 وَأَمَّا قَوْلُهُ ﷺ أَسْلَمْتَ عَلَى مَا أَسْلَفْتَ مِنْ خَيْرٍ فَاخْتُلِفَ فِي مَعْنَاهُ فَقَالَ الْإِمَامُ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْمَازِرِيُّ رحمه الله ظَاهِرُهُ خِلَافُ مَا تَقْتَضِيهِ الْأُصُولُ لِأَنَّ الْكَافِرَ لَا يَصِحُّ مِنْهُ التَّقَرُّبُ فَلَا يُثَابُ عَلَى طَاعَتِهِ وَيَصِحُّ أَنْ يَكُونَ مُطِيعًا غَيْرَ مُتَقَرِّبٍ كَنَظِيرِهِ فِي الْإِيمَانِ فَإِنَّهُ مُطِيعٌ فِيهِ مِنْ حَيْثُ كَانَ مُوَافِقًا لِلْأَمْرِ وَالطَّاعَةُ عِنْدنَا مُوَافَقَةُ الْأَمْرِ وَلَكِنَّهُ لَا يَكُونُ مُتَقَرِّبًا لِأَنَّ مِنْ شَرْطِ الْمُتَقَرِّبِ أَنْ يَكُونَ عَارِفًا بِالْمُتَقَرَّبِ إِلَيْهِ وَهُوَ فِي حِينِ نَظَرِهِ لَمْ يَحْصُلْ لَهُ الْعِلْمُ بِاللَّهِ تَعَالَى
Sabda beliau Slullallahu Alaihi wa Sallam, "أَسْلَمْتَ عَلَى مَا أَسْلَفْتَ مِنْ خَيْرٍ ," diperselisihkan maknanya. Al-Imam Abu Abdillah Al Maaziri Rahimnhullah berkata bahwa zhahirnya adalah perselisihan yang sampai kepada permasalahan pokok karena orang kafir tidak sah ibadahnya sehingga tidak akan dibalas atas ketaatannya, tetapi sah jika dia dinamakan orang yang taat bukan orang yang beribadah seperti perbandingannya dalam masalah iman, sesungguhnya dia dalam hal ini adalah orang yang taat karena sesuai dengan perintah dan taat menurut kami sesuai dengan perintah, tetapi dia tidak menjadi orang yang beribadah karena syarat beribadah adalah mengetahui Dzat yang ia ibadahi, dan dia pada saat merenungkannya tidak memperoleh ilmu tentang Allah Ta'ala sama sekali.
 بَعْدُ فَإِذَا تَقَرَّرَ هَذَا عُلِمَ أَنَّ الْحَدِيثَ مُتَأَوَّلٌ وَهُوَ يَحْتَمِلُ وُجُوهًا أَحَدُهَا أَنْ يَكُونَ مَعْنَاهُ اكْتَسَبْتَ طِبَاعًا جَمِيلَةً وَأَنْتَ تَنْتَفِعُ بِتِلْكَ الطِّبَاعِ فِي الْإِسْلَامِ وَتَكُونُ تِلْكَ الْعَادَةُ تَمْهِيدًا لَكَ وَمَعُونَةً عَلَى فِعْلِ الْخَيْرِ وَالثَّانِي مَعْنَاهُ اكْتَسَبْتَ بِذَلِكَ ثَنَاءً جَمِيلًا فَهُوَ بَاقٍ عَلَيْكَ فِي الْإِسْلَامِ والثالث أنه لا يبعد أن يزاد فِي حَسَنَاتِهِ الَّتِي يَفْعَلُهَا فِي الْإِسْلَامِ وَيَكْثُرُ أَجْرُهُ لِمَا تَقَدَّمَ لَهُ مِنَ الْأَفْعَالِ الْجَمِيلَةِ وَقَدْ قَالُوا فِي الْكَافِرِ إِذَا كَانَ يَفْعَلُ الْخَيْرَ فَإِنَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُ بِهِ فَلَا يَبْعُدُ أَنْ يُزَادَ هَذَا فِي الْأُجُورِ هَذَا آخِرُ كَلَامِ الْمَازِرِيِّ رحمه الله
Jika sudah pasti seperti ini, maka dapat diketahui bahwa hadits ini dapat ditakwil dengan memiliki beberapa kemungkinan, salah satunya adalah Anda sudah melakukan kebiasaan atau tabiat yang bagus dan dapat mengambil manfaat dari kebiasaannya tersebut dalam Islam, dan kebiasaan tersebut menjadi pembuka bagi Anda serta membantu untuk melakukan perbuatan baik, kedua maknanya adalah Anda sudah melakukan demikian dan itu mendapatkan pujian yang baik hingga akan tetap ada pada masa Islam, ketiga adalah tidak mustahil akan ditambah kebaikannya yang telah ia lakukan pada masa Islam dan akan diperbanyak pahalanya dari amal perbuatan yang sudah dilakukan, mereka berkata tentang orang kafir jika melakukan perbuatan baik sesungguhnya dapat meringankannya dan tidak mustahil untuk ditambah pahalanya. Ini adalah akhir dari perkataan Al-Maaziri Rahimahullah.
 قَالَ الْقَاضِي عِيَاضٌ رحمه الله وَقِيلَ مَعْنَاهُ بِبَرَكَةِ مَا سَبَقَ لَكَ مِنْ خَيْرٍ هَدَاكَ اللَّهُ تَعَالَى إِلَى الْإِسْلَامِ وَأَنَّ مَنْ ظَهَرَ مِنْهُ خَيْرٌ فِي أَوَّلِ أَمْرِهِ فَهُوَ دَلِيلٌ عَلَى سَعَادَةِ آخِرِهِ وحسن عاقبته هذا كلام القاضي 
Al-Qadhi 'Iyadh Rahimahullah berkata dan ada yang mengatakan bahwa maknanya adalah dengan barakah kebaikan yang telah kamu lakukan, maka Allah Ta'ah memberikan petunjuk kepadamu tentang Islam dan barangsiapa yang terlihat kebaikan darinya di awal perkaranya, maka ini adalah bukti atas kebahagiaan pada akhirnya dan kebaikan pada akibatnya. Ini perkataan Qadhi.
وذهب بن بَطَّالٍ وَغَيْرُهُ مِنَ الْمُحَقِّقِينَ إِلَى أَنَّ الْحَدِيثَ عَلَى ظَاهِرِهِ وَأَنَّهُ إِذَا أَسْلَمَ الْكَافِرُ وَمَاتَ عَلَى الْإِسْلَامِ يُثَابُ عَلَى مَا فَعَلَهُ مِنَ الْخَيْرِ فِي حَالِ الْكُفْرِ وَاسْتَدَلُّوا بِحَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِذَا أَسْلَمَ الْكَافِرُ فَحَسُنَ إِسْلَامُهُ كَتَبَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ كُلَّ حَسَنَةٍ زَلَفَهَا وَمَحَا عَنْهُ كُلَّ سَيِّئَةٍ زَلَفَهَا وَكَانَ عَمَلُهُ بَعْدُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ وَالسَّيِّئَةُ بِمِثْلِهَا إِلَّا أَنْ يَتَجَاوَزَ اللَّهُ سبحانه وتعالى ذَكَرَهُ الدَّارَقُطْنِيُّ فِي غَرِيبِ حَدِيثِ مَالِكٍ وَرَوَاهُ عَنْهُ مِنْ تِسْعِ طُرُقٍ وَثَبَتَ فِيهَا كُلِّهَا أَنَّ الْكَافِرَ إِذَا حَسُنَ إِسْلَامُهُ يُكْتَبُ لَهُ فِي الْإِسْلَامِ كل حسنة عملها فى الشرك
Ibnu Baththal dan selainnya dari kalangan muhaqqiq berpendapat bahwa hadits ini sesuai dengan zhahirnya, yaitu jika orang kafir masuk Islam dan meninggal dalam keadaan Islam, maka akan dibalas atas kebaikan yang telah ia lakukan pada saat masih kafir, mereka berargumen dengan hadits Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu berkata, Rasulullah Shallallahul aaihi wa Sallam bersabda, "Jika orang lafir masuk lslam lalu baik lslamnya, Allah Ta'ala menulis setiap kebailan yang ia persembahkan, dan menghapus setiap kejelekan yang ia persembahkan, dan amalannya setiap kebaikan adalah sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus lali lipat, dan kejelekan ditulis satu kejelekan kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengampuni kejelekannya, Ad-Daraquthni menyebutkannya dalam Gharib Hadits Malik,dan yang meriwayatkan adalah dari sembilan jalan, ketetapannya adalah bahwa orang kafir jika keislamanya baik, maka akan ditulis untuknya pada saat Islam, setiap kebaikan yang telah ia lakukan pada saat musyrik
قال بن بَطَّالٍ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى بَعْدَ ذِكْرِهِ الْحَدِيثَ وَلِلَّهِ تَعَالَى أَنْ يَتَفَضَّلَ على عباده بما يشاء لَا اعْتِرَاضَ لِأَحَدٍ عَلَيْهِ قَالَ وَهُوَ كَقَوْلِهِ ﷺ لِحَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ رضي الله عنه أَسْلَمْتَ عَلَى مَا أَسْلَفْتَ مِنْ خَيْرٍ وَاللَّهُ أَعْلَمُ وَأَمَّا قَوْلُ الْفُقَهَاءِ لَا يَصِحُّ مِنَ الْكَافِرِ عِبَادَةٌ وَلَوْ أَسْلَمَ لَمْ يُعْتَدَّ بِهَا فَمُرَادُهُمْ أَنَّهُ لَا يُعْتَدُّ لَهُ بِهَا فِي أَحْكَامِ الدُّنْيَا وَلَيْسَ فِيهِ تَعَرُّضٌ لِثَوَابِ الْآخِرَةِ فَإِنْ أَقْدَمَ قَائِلٌ عَلَى التَّصْرِيحِ بِأَنَّهُ إِذَا أَسْلَمَ لَا يُثَابُ عَلَيْهَا فِي الْآخِرَةِ رُدَّ قَوْلُهُ بِهَذِهِ السُّنَّةِ الصَّحِيحَةِ وَقَدْ يُعْتَدُّ بِبَعْضِ أَفْعَالِ الْكُفَّارِ فِي أَحْكَامِ الدُّنْيَا فَقَدْ قَالَ الْفُقَهَاءُ إِذَا وَجَبَ عَلَى الْكَافِرِ كَفَّارَةُ ظِهَارٍ أَوْ غَيْرُهَا فَكَفَّرَ فِي حَالِ كُفْرِهِ أَجْزَأَهُ ذَلِكَ وَإِذَا أَسْلَمَ لَمْ تَجِبْ عَلَيْهِ إِعَادَتُهَا وَاخْتَلَفَ أَصْحَابُ الشَّافِعِيِّ رحمه الله فِيمَا إِذَا أَجْنَبَ وَاغْتَسَلَ فِي حَالِ كُفْرِهِ ثُمَّ أَسْلَمَ هَلْ تَجِبُ عَلَيْهِ إِعَادَةُ الْغُسْلِ أَمْ لَا وَبَالَغَ بَعْضُ أَصْحَابِنَا فَقَالَ يَصِحُّ مِنْ كُلِّ كَافِرٍ كُلُّ طَهَارَةٍ مِنْ غُسْلٍ وَوُضُوءٍ وَتَيَمُّمٍ وَإِذَا أَسْلَمَ صَلَّى بِهَا وَاللَّهُ أَعْلَمُ
Ibnu Baththal Rahimahullah Ta'ala berkata setelah menyebutkan hadits ini dan Allah Ta'ala memiliki keutamaan terhadap hamba-hambaNya yang Dia kehendaki, tidak ada seorangpun yang menyangkalNya. Ia berkata, dan ini seperti sabda beliau Shallallahu alaihiwa sallam kepada Hakim bin Hizam radhiyallahuanhu, "Aslamta'ala maa aslafta min khairin, " Wallahu a'lam. 
Adapun pendapat ulama fiqh adalah tidak sah ibadah dari orang kafir jika dia masuk Islam, maka amalannya tidak dianggap, maksud mereka adalah amalan baiknya tidak dianggap pada hukum-hukum dunia dan tidak bertentangan dengan pahala akhirat. Jika pembicara mengemukakan secara terang-terangan bahwa jika masuk Islam, tidak akan dibalas di akhirat, maka perkataannya tertolak dengan sunnah shahihah ini dan terkadang beberapa amal perbuatan orang kafir dianggap juga pada hukum-huk'um dunia, ulama fiqh telah mengatakan bahwa jika diwajibkan untuk orang kafir membayar kaffarah zhihnr atau selairmya lalu dia membayamya pada saat masih kafir, maka hal tersebut sudah mencukupinya. Jika masuk Islam, tidak wajib mengulangnya. Para pengikut Asy-Syafii Rahimahullah telah berselisih pendapat tentang orang kafir yang junub lalu ia mandi pada saat masih kafir kemudian ia masuk Islam, apakah wajib mengulangi mandinya atau tidak? Sebagian pengikut Asy-Syafii mengatakan sah setiap orang kafir semua thaharahah-nya, baik mandi, wudhu atau tayammum, dan jika dia masuk Islam, ia boleh shalat dengan thaharah-nya,Wallahu a'lam. 
 وَأَمَّا مَا يَتَعَلَّقُ بِلَفْظِ الْبَابِ فَقَوْلُهُ (أَعْتَقَ مِائَةَ رَقَبَةٍ وَحَمَلَ عَلَى مِائَةِ بعير) معناه تصدق بها وفيه صالح عن بن شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ وَهَؤُلَاءِ ثَلَاثَةٌ تَابِعِيُّونَ رَوَى بَعْضُهُمْ عَنْ بَعْضٍ وَقَدْ قَدَّمْنَا أَمْثَالَ ذَلِكَ وَفِيهِ حَكِيمُ بْنُ حِزَامٍ الصَّحَابِيُّ رضي الله عنه وَمِنْ مَنَاقِبِهِ أَنَّهُ وُلِدَ فِي الْكَعْبَةِ قَالَ بَعْضُ الْعُلَمَاءِ وَلَا يُعْرَفُ أَحَدٌ شَارَكَهُ فِي هَذَا قَالَ الْعُلَمَاءُ وَمِنْ طُرَفِ أَخْبَارِهِ أَنَّهُ عَاشَ سِتِّينَ سَنَةً فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَسِتِّينَ فِي الْإِسْلَامِ وَأَسْلَمَ عَامَ الْفَتْحِ وَمَاتَ بِالْمَدِينَةِ سَنَةَ أَرْبَعٍ وَخَمْسِينَ فَيَكُونُ الْمُرَادُ بِالْإِسْلَامِ مِنْ حِينِ ظُهُورِهِ وَانْتِشَارِهِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ
Kaitannya dengan lafazh bab ini adalah perkataannya, "A'taqa bi mi'ah raqabah wa hamala 'ala mi'ah ba'iir, "Maknanya adalah bershadaqah. 
Terdapat Shalih dari Ibnu Syihab dari Urwah, mereka bertiga adalah tabi'in yang saling meriwayatkan satu dengan lainnya, kami telah kemukakan contohnya. Selain itu, terdapat Hakim bin Hizam seorang sahabat Radhiyallahu Anhu, di antara kebaikanya adalah ia lahir di Ka'bah, sebagian ulama berkata bahwa tidak diketahui seorang pun yang berserikat dengannya dalam masalah ini. Ulama berkata bahwa di antara kabar baiknya adalah dia hidup enam tahun di masa jahiliyah dan enam tahun di masa Islam, masuk Islam setelah Fathu Makkah, meninggal dunia di Madinah pada tahun 54, yang dimaksud dengan Islam adalah pada saat mulai dan menyebarya, Wallahu a'lam

شرح النووي على مسلم

No comments:

Post a Comment

Hukum amal orang Kafir jika masuk Islam

(باب بَيَانِ حُكْمِ عَمَلِ الْكَافِرِ إِذَا أَسْلَمَ بَعْدَه،) Bab Penjelasan Hukum amal orang kafir jika masuk islam فِيهِ حَدِيثُ حَكِيمِ ...