Monday, 14 April 2025

Hukum Puasa wanita yang melebihi masa Haid

Assalamualaikum, berapa batas maksimal haid wanita dan bagaimana hukum puasa wanita yang keluar darah melebihi waktu haid?

Jawab :
Waalaikumsallam wa rahmatullahi wa barakatuh.
Para ulama berbeda pendapat mengenai lama masa haid. Mazhab Al-Hanafiyah mengatakan bahwa paling cepat haid itu terjadi selama tiga hari tiga malam, dan bila kurang dari itu tidaklah disebut haid tetapi istihadhah. Yaitu darah penyakit yang tidak menghalangi kewajiban shalat dan puasa.
Sedangkan paling lama masa haidh itu menurut madzhab ini adalah sepuluh hari sepuluh malam, kalau lebih dari itu bukan haid tapi istihadhah.
Dasar pendapat mereka adalah hadis berikut ini:
Dari Abi Umamah bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, "Haid itu paling cepat buat perawan dan janda tiga hari. Dan paling lama sepuluh hari." (HR Tabarani dan Daruquthni dengan sanad yang dhaif)
Al-Malikiyah mengatakan paling cepat haid itu sekejap saja, bila seorang wanita mendapatkan haid dalam sekejap itu, batallah puasanya, salatnya dan tawafnya. Namun dalam kasus iddah dan istibra  lamanya satu hari.
Madzhab As-Syafi`iyah dan Al-Hanabilah mengatakan bahwa paling cepat haid itu adalah satu hari satu malam. Dan umumnya enam atau tujuh hari. Dan paling lama lima belas hari lima belas malam. Bila lebih dari itu maka darah yang keluar adalah darah istihadhah. Para ulama syafiiyah melakukan eksperimen dan penelitian pada faal tubuh wanita. Akhirnya mereka mengambil kesimpulan dan membuat rumus batas mininal dan maksimal. Di sini yang berlaku adalah sebuah kaidah al-'adatu muhakkamah, yaitu suatu yang sudah menjadi kebiasaan, meski tanpa dalil yang sharih dari nabi Shalallahu alaihi wa sallam, bisa dijadikan sebagai dasar hukum.
Pendapat ini sesuai dengan ucapan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu yang berkata, Bahwa paling cepat haid itu sehari semalam, dan bila lebih dari lima belas hari menjadi darah istihadhah.
Jadi menurut madzhab syafi'i jika seorang haid lebih dari 15 hari maka termasuk darah istihadhah. Lalu bagaimana hukumnya?
Seorang muslimah yang mengalami haidh tidak diperkenankan beribadah seperti shalat dan puasa. Sedangkan muslimah yang mengalami istihadhah maka ibadah tetap menjadi kewajibannya. Tidak gugur sebagaimana muslimah yang sedang haidh. Dalam hadist disebutkan :
أَنَّ امْرَأَةً كَانَتْ تُهَرَاقُ الدَّمَ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَفْتَتْ لَهَا أُمُّ سَلَمَةَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لِتَنْظُرْ عَدَدَ اللَّيَالِي وَالْأَيَّامِ الَّتِي كَانَتْ تَحِيضُ مِنْ الشَّهْرِ قَبْلَ أَنْ يُصِيبَهَا الَّذِي أَصَابَهَا فَلْتَتْرُكْ الصَّلَاةَ قَدْرَ ذَلِكَ مِنْ الشَّهْرِ فَإِذَا خَلَّفَتْ ذَلِكَ فَلْتَغْتَسِلْ ثُمَّ لِتَسْتَثْفِرْ ثُمَّ لِتُصَلِّي
 Ada seorang wanita yang darahnya mengalir terus-menerus pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Ummu Salamah meminta fatwa daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Baginda shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Hendaklah dia melihat bilangan hari dan malam yang dia didatangi haidh pada bulan sebelum dia ditimpa istihadah. Maka tinggalkanlah shalat sebanyak hari yang dia haidh pada bulan itu. Dan jika telah berlalu hari-hari tersebut, maka mandilah dan (kenakanlah kain pada tempat keluar darah untuk menghalang darah mengalir) dan kemudian shalatlah.” 
Imam an-Nawawi menjelaskan dalam ‘Minhaj al-Thalibin’ berkata:
وَالِاسْتِحَاضَةُ حَدَثٌ دَائِمٌ كَسَلَسٍ فَلَا تَمْنَعُ الصَّوْمَ وَالصَّلَاةَ، فَتَغْسِلُ الْمُسْتَحَاضَةُ فَرْجَهَا وَتَعْصِبُهُ، وَتَتَوَضَّأُ وَقْتَ الصَّلَاةِ، وَتُبَادِرُ بِهَا فَلَوْ أَخَّرَتْ لِمَصْلَحَةِ الصَّلَاةِ كَسَتْرٍ وَانْتِظَارِ جَمَاعَةٍ لَمْ يَضُرَّ، وَإِلَّا فَيَضُرُّ عَلَى الصَّحِيحِ. وَيَجِبُ الْوُضُوءُ لِكُلِّ فَرْضٍ، وَكَذَا تَجْدِيدُ الْعِصَابَةِ فِي الْأَصَحِّ
 “Istihadhah adalah hadats yang permanen seperti orang beser, maka ia tidak mencegah puasa dan sholat. Maka mustahadhah (diwajibkan) membasuh vaginanya dan membalutnya. Ia (wajib) berwudhu pada waktu shalat, ia (wajib) segera melaksanakan sholat.”
Lebih lengkapnya beliau menjelaskan
   وَلَهَا قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ وَإِذَا تَوَضَّأَتْ اسْتَبَاحَتْ مَسَّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلَهُ وَسُجُودَ التِّلَاوَةِ وَالشُّكْرِ وَعَلَيْهَا الصَّلَاةُ وَالصَّوْمُ وَغَيْرُهُمَا مِنْ الْعِبَادَاتِ الَّتِي عَلَى الطَّاهِرِ وَلَا خِلَافَ في شئ مِنْ هَذَا عِنْدَنَا قَالَ أَصْحَابُنَا وَجَامِعُ الْقَوْلِ في المستحاضة انه لا يثبت لها شئ مِنْ أَحْكَامِ الْحَيْضِ بِلَا خِلَافٍ وَنَقَلَ ابْنُ جَرِيرٍ الْإِجْمَاعَ عَلَى أَنَّهَا تَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَأَنَّ عَلَيْهَا جَمِيعَ الْفَرَائِضِ الَّتِي عَلَى الطَّاهِرِ   
"Diperbolehkan bagi perempuan yang istihadhah membaca Al-Qur’an. Ketika ia telah wudhu, maka diperbolehkan baginya memegang dan membawa mushaf, melaksanakan sujud tilawah dan sujud syukur. Wajib bagi perempuan istihadhah melaksanakan shalat, puasa dan ibadah-ibadah lain yang wajib bagi orang yang suci. Tidak ada perkhilafan mengenai hal ini dalam mazhab kita (Mazhab Syafi’i). Ulama Syafi’iyah berkata: Kesimpulan tentang perempuan yang istihadhah adalah tidak tetap baginya hukum-hukum yang berlaku ketika keadaan haid dengan tanpa adanya perkhilafan ulama. Ibnu Jarir menukil adanya konsensus ulama (ijma’) bahwa boleh bagi perempuan yang istihadhah membaca Al-Qur’an, dan wajib baginya seluruh kefardhuan yang wajib bagi perempuan yang suci. (Imam Nawawi, Al-Majmu’ ala Syarh al-Muhadzab.
Dapat disimpulkan bahwa hukum puasa bagi wanita yang istihadhah boleh, bahkan diwajibkan untuk tetap shalat dan puasa. (Sedangkan untuk shalat dan puasa sunnah ada ikhtilaf diantara ulama.Tetapi, ada ulama yang memperbolehkan melaksanakan shalat sunnah selama dalam waktu shalat tidak ada darah yang keluar)
Wanita yang mengalami istihadhah diperbolehkan untuk berpuasa. Tidak ada larangan bagi mereka untuk menjalankan ibadah puasa, termasuk pada bulan Ramadhan. Puasa mereka sah, dan mereka tidak perlu mengqadha puasa di hari-hari berikutnya. Mereka juga boleh menyentuh dan membaca Al Quran setelah berwudhu.

Wallahu a'lam bi shawab
Temanggung, 14 April 2025
Ta' Rouf Yusuf

Hukum Puasa wanita yang melebihi masa Haid

Assalamualaikum, berapa batas maksimal haid wanita dan bagaimana hukum puasa wanita yang keluar darah melebihi waktu haid? Jawab : Waalaikum...