Thursday, 1 October 2015

Presentasi Integralisasi Nilai Keislaman Dalam Kurikullum 2013



Nilai Keislaman
· “ Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkanya” ( HR. Bukhari )
·   Sesungguhnya dia ( Dzul Khuwaishirah seorang dari bani tamim ) mempunyai pengikut , dimana kalian akan merendahkan (menganggap kecil) shalat kalian dibanding shalat mereka, puasa kalian dibanding puasa mereka. Mereka membaca Al Quran tapi tidak mencapai tenggorokan mereka. Mereka melesat dari (batas-batas) agama seperti melesatnya anak panah dari sasaran (busurnya)….. (HR Bukhari dalam kitab Al Manakib 3610 dan Muslim dalam Kitab Az Zakah 2453)
· “ Wahai saudara, izinkan saya menggunakan ungkapan ini. Saya tidak bermaksud bahwa Islam Ikhwan Muslimin adalah Islam yang baru, yang bukan dibawa oleh Sayidina Muhammad saw dari Tuhannya. Saya maksudkan bahwa kebanyakan umat Islam di kebanyakan zaman telah mencabut sifat-sifat, ciri-ciri dan batas-batas dari Islam mengikut kemauan masing- masing. Mereka mempergunakan kemudahan dan keluasannya secara buruk. Sedangkan kemudahanan dan keluasan itu adalah mempunyai hikmat yang tinggi. Mereka membaharukan dalam memahami makna Islam dan menanamkan gambaran Islam yang bermacam-macam di dalam jiwa anak-anak mereka, sama juga dia hampir, jauh atau bertepatan dengan Islam pertama yang dibawa oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya. “ Hasan al Banna
· Bagaimana sahabat mengajarkan Islam
1. Prioritas utama para sahabat adalah menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasul Nya
2. Mengajarkan kecintaan belajar dan ilmu
3. Mengajarkan dengan praktek secara langsung.
4. Tidak membatasi dengan ruang kelas khusus, mereka mengajar di rumah, masjid, padang gembala, pasar dll
5. Tidak mematok anak-anak mereka menjadi seseorang dengan profesi tertentu. Mereka hanya mengajarkan ketaqwaan, anak- anak mereka diberikan pilihan akan menjadi apa nantinya.
6. Menekankan pendidikan akhlak mulia, bukan hanya kelemahlembutan tapi juga ketegasan dan keberanian.
7. Para sahabat nabi memberi kesempatan yang sama setiap anaknya untuk berkembang.
8. Para sahabat tidak hanya mengajarkan teori namun juga mengajarkan gerak motorik kepada anak seperti kegiatan fisik dan olahraga.
· Nabi Muhammad saw selalu mengajarkan kepada anak-anak dari Bani Hasyim ketika mulai bisa bicara, ayat ini sebanyak 7 kali, “Dan katakanlah,” segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai sekutu dalam kerajaanNya dan tidak mempunyai penolong ( untuk menjaga Nya ) dari kehinaan dan agungkanlah Dia dengan pengagunggan yang sebenar- benarnya .”( Al-Isra :111)” ( Sunan Abi Syaibah 1/306)
·  Rasulullah bersabda,“….. Apabila anak telah mencapai enam tahun, maka hendaklah diajarkan adab sopan santun….” ( HR Ibnu Hiban) Rasulullah bersabda , Perintahkanlah anak- anakmu untuk melakukan shalat apabila mereka telah berusia tujuh tahun dan apabila mereka telah berusia sepuluh tahun, maka pukullah mereka ( bila tidak shalat) dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR Abu Dawud dan Hakim)
· Umar bin Khatab berkata ,”Ajaklah anakmu bermain umur tujuh tahun, didiklah umur tujuh tahun dan dampingilah dalam hidup umur tujuh tahun.”
· 1-7 tahun -bermain -usia 6 tahun mulai diajarkan aqidah,adab dan akhlak. 7-14 tahun -7 tahun mulai di ajarkan fikih ibadah. -10 tahun mulai diberikan reward & Punishment. 10-14 adalah masa transisi 14-21 tahun - Masa pubertas. -pendampingan Iman Islam Ihsan
·  Perkembangan Moral Anak • Thomas Lickona, Phd menformulasikan teori perkembangan moral anak dengan mengadopsi dari teori-teori yang telah dikembangkan sebelumnya. Dia membagi tahapan ini menjadi 6 Fase, yaitu: 1. Fase Bayi 2.Fase 1 : Berfikir Egosentris 3. Fase 2 : Patuh Tanpa syarat 4. Fase 3 : Memenuhi harapan lingkungan 5. Fase 4 : Ingin menjaga kelompok 6. Fase 5 Moralitas tidak berpihak
·  Fase 2 1. sekitar 4,5-6 tahun (kelas 1 SD) - Patuh tanpa syarat - Lebih mudah menurut dan kerjasama - Orang dewasa maha tahu - Suka mengadukan teman - Cenderung melanggar kkalau tidak diawasi * ( Fase yang tepat untuk doktrinasi dan penanaman adab dan akhlak tahap awal)
· Fase 2 2. Sekitar, 6,5-8 tahun (kelas 2 dan 3 SD/ Usia Tamyis) -Merasa punya hak seperti orang dewasa -Tidak lagi berpikir bisa diperintah-perintah orang dewasa. Mulai ajarkan tindakan yang baik dan buruk dengan alasan. -Konsep keadilan kaku (balas membalas) -Berperilaku baik agar disenangi -cenderung melanggar perintah -berpotensi bertindak kasar dan tidak berempati -Kurang bisa melihat tindakan yang salah -Banyak terlibat perkelahian • (masa penanaman akhlak dan syariat, mulai diajarkan fiqih.)
·  Fase 3 3. Usia 8,5-14 tahun ( Kelas 4,5 &6 SD) -Ingin penghargaan sosial -Golden Rules ; Harus memeperlakukan orang lain seperti kamu mengharap orang lain memperlakukanmu. -Mengerti yang dibutuhkan orang lain -Bisa menerima otoritas orang tua -Bisa menerima tanggung jawab -Cenderung kurang Percaya diri -Mulai mempunyai Nurani. * (aplikasi fikih dan pembinaan akhlak secara intens.)
Akhlak Mulia
· Akhlak adalah Institusi yang bersemayam di hati tempat munculnya tindakan-tindakan spontan, tindakan yang benar atau salah. Karakter berasal dari kata Yunani, Charassein yang berarti mengukir sehingga terbentuk sebuah pola. *Beberapa ahli menyamakan makna akhlak dan karakter.
·  Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazari mengatakan dalam kitabnya Minhajul muslim dahwa menurut tabiatnya institusi akhlak tersebut secara fitrah siap menerima pengaruh pembinaan yang baik atau buruk. Jika Institusi tadi dididik untuk memilih kebaikan maka akhlak yang baik begitu pula sebaliknya. Menurut Ibnu Jazzar Al Qairawani, “ sebnarnya sifat-sifat buruk yang timbul dari diri anak bukanlah lahir dari fitrah mereka. Sifat –sifat tersebut terutama timbul karena kurangnya peringatan sejak dini dari orang tua dan pendidik. Semakin dewasa usia anak, semakin sulit pula baginya untuk meninggalkan sifat-sifat buruk. Banyak sekali orang dewasa yang menyadari sifat-sifat buruk tetapi tidak mampu mengubahnya. Karena sifat buruk itu sudah kuat mengakar di dalam dirinya. Dan menjadi kebiasaan yang sulit di tinggalkan.
·  Karakter adalah kualitas otot yang terbentuk melalui latihan setiap hari dan setiap jam dari seorang pejuang spiritual (Tolbert Mc Carrol) Karakter yang baik lebih patut di puji daripada bakat yang luar biasa. Hampir semua bakat adalah anugerah. Karakter yang baik, sebaliknya tidak dianugerahkan kepada kita. Kita harus membangunya sedikit demi sedikit, dengan pikiran, pilihan, keberanian dan usaha keras. ( john Luther)
·  Pembentukan karakter harus dilakukan secara integral atau menyeluruh yang melibatkan aspek “knowing”, mengetahui, “acting” melatih dan membiasakan diri serta “ feelling” perasaan yang dilakukan secara terus menerus. Hal ini juga terjadi dalam kehidupan Rasullulah saw, Beliau merasakan tarbiyah khuluqiyah yang dilakukan oleh Allah. Allah memberikan ‘Knowing’ tentang Akhlak dengan wahyu berupa Al Quran yang didalamnya juga terdapat kisah-kisah sebagai perwujudan proses ‘Feeling’ dan Allah juga merencanakan keadaan dimana Rasulullah menerapkan akhlak yang ada di dalam al qur’an (acting) sehingga suatu ketika ketika Aisyah ra ditanya seperti apa akhlak rasulullah maka dia menjawab, “ Akhlaknya adalah Al Qur’an” . Oleh karena itu Rasulullah pernah bersabda bahwa “ sesungguhnya Aku di utus untuk menyempurnakan akhlak.”
Integralisasi nilai-nilai keislaman dan akhlak mulia dalam pembelajaran kurikulum 2013
·  1. Landasan utama adalah keimanan kepada Allah Swt.
Rasulullah pernah kepada Ibnu Abbas yang masih kecil, “Wahai anaku sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat, jagalah Allah maka Allah akan menjagamu, Jagalah Allah maka kamu akan menemui Nya di hadapanmu. Apabila kamu ingin meminta maka mintalah kepada Allah dan bila kamu meminta pertolongan maka mintalah tolong kepada Allah, ketahuilah bila seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu manfaat kepadamu maka mereka tidak bisa memberi sesuatu kecuali yang telah ditetapkan oleh Allah untukmu dan bila semua umat bersatu ingin menimpakan suatu mudharat kepadamu maka mereka tidak akan mampu menimpakan sesuatu kecuali yang telah ditetapkan Allah atasmu. Pena sudah diangkat dan tinta tulisan sudah kering.” ( Hr Ahmad & Tirmidzi, Hasan Shahih)
· 2. Pendidikan akhlak harus mengandung nilai- nilai yang menjadi acuan atau standar kebenaran berupa nilai-nilai moral yang berasal dari Al Qur’an dan Sunnah
Melunturnya nilai moral di amerika karena adanya standar moral relatif. Misalkan dari kurun waktu tahun 1960-1990, tindakan kekerasan (violent crime) remaja meningkat sebesar 560% dan peningkatan 419% anaka remaja yang hamil di luar nikah.
 Pendidikan akhlak / karakter adalah metode pendidikan moral yang secara eksplisit memakai standar baik dan buruk yang sifatnya universal. Dalam pendidikan karakter selalu ada nilai-nilai yang ingin ditanamkan kepada anak dan nilai-nilai ini dituangkan dalam kurikulum dan kegiatan anak-anak di sekolah.
· 3. Pendidikan Akhlak yang melibatkan aspek Moral Knowing, Moral Felling dan Moral Action
Thomas Lickona menekankan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing, moral feeling dan moral action. Hal ini diperlukan agar siswa didik mampu memahami , merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan. • Hal yang sama di ungkapkan oleh Karen E. Bohlin, Deborah Farmer dan Kevin Ryan bahwa membentuk karakter adalah dengan menumbuhkan karakter yang merupakan the habits of mind, heart and action, yang antara ketiganya adalah saling terkait.
Edward Wayne mengatakan bahwa 95% kemungkinan kita semua tahu mana perbuatatn baik dan buruk, masalahnya kita tidak mempunyai keinginan kuat atau komitmen melakukanya dalam tindakan nyata.
Majalah Curent Health melaporkan hasil polling bahwa 80% dari 3000 murid SMU di AS mengaku pernah belaku curang di sekolah. Sedangkan di Australia 76% dari 6000 siswa juga pernah melakukan kecurangan di sekolah.
Moral Knowing :
1. Moral awareness (kesadaran moral)
2. Knowing moral values (mengetahui nilai-nilai moral)
3. Perspective taking
4. Moral reasoning
5. Decision making
 6. Self knowledge
Moral Feeling
1. Conscience (nurani)
2. Self esteem (percaya diri)
3. Empathy (merasakan penderitaan orang lain)
4. Loving the good (mencintai kebenaran)
5. Self control (kemampuan mengontrol diri)
6. Humility (kerendah hatian)
Moral Action
Moral action adalah hasil dari dua komponen karakter sebelumnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan baik maka harus dilihat 3 aspek yaitu: 1. Kompetensi ( competence) 2. Keinginan ( Will ) 3. Kebiasaan ( Habit )
· 4. Penerapan Kurikulum Pendidikan Karakter secara Eksplisit
Jon Dewey mengatakan bahwa sekolah yang tidak mempunyai program pendidikan karakter tetapi dapat memberikan suasana lingkungan sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai moral, sekolah tersebut mempunyai pendidikan moral yang disebut hidden curiculum. • Namun menurut Marvin W. Berkowitz hidden curicullum saja tidak cukup, pendidikan karakter di sekolah dianggap efektif adalah dengan menggunakan kurikullum pendidikan karakter formal, atau kurikulum yang secara eksplisit mempunyai tujuan pembentukan karakter anak. Selain itu sekolah juga harus mempunyai visi dan misi yang bertujuan membentuk anak yang berkarakter.
Contoh penerapan pendidikan karakter secara eksplisit • Jefferson Center for Character Education ( California, USA) menggunakan waktu 10-15 menit sehari sebelum kelas dimulai dengan cara diskusi yang dipandu oleh guru. • Di Indonesia Indonesia Heritage Foundation mengadopsi sistem di JCCE dengan penambahan aspek loving good and acting
·  5. Menerapkan Konsep Developmentally Appropriate Practices (DAP) dan Pembelajaran Ramah Otak
Mengapa Muncul Konsep DAP? • Kurikulum Amerika tahun 1960-1970an di anggap gagal menghasilkan siswa yang dapat berpikir kritis dan menyelesaikan masalah kehidupan • Alasan kegagalanya adalah :
1. Orientasinya hanya pada menghafal ( rote memorization)
2. Lebih banyak menekankan aspek kognitif daripada aspek lain (sosial, emosi dan spiritual)
3. Pelajaran bersifat abstrak ( tidak konkrit )
4. Materi pelajaran terpisah dari pelajaran lain.
5. Guru berceramah sedangkan anak hanya mendengarkan secara pasif
6. Lebih banyak mengerjakan kegiatan individu
7. Ujian/ulangan lebih mengutamakan pilihan berganda
DAP • Konsep pembelajaran DAP adalah memperlakukan anak sebagai individu yang utuh ( the whole child ) yang melibatkan 4 komponen : Pengetahuan ( Knowledge), ketrampilan ( skills ), sifat alamiah ( dispositions ) dan perasaan ( feelings). Karena pikiran , emosi, imajinasi dan sifat alamiah anak berkerja secara bersamaan dan saling berhubungan. Apabila sistem pembelajaran di sekolah dapat melibatkan semua aspek ini secara bersamaan, maka perkembangan intelektual, sosial dan karakter anak dapat terbentuk secara simultan. *****(lihat kembali bagaimana para sahabat nabi mendidik anak)
Konsep DAP • Memperlakuakan anak sebagai individu yang utuh • Melibatkan 4 komponen : knoledge, skills, dispositions dan feelings Dianggap dapat mempertahankan & bahkan meningkatkan semangat anak- anak untuk belajar.
Dimensi konsep DAP DAP Patut menurut umur : sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak Patut secara individual : sesuai dengan pertumbuhan dan karakteristik anak, kelebihanya, ketertarikanya dan pengalamanya Patut secara sosial & budaya : sesuai dengan pengalaman belajar yang bermakna, relevan dan sesuai dengan sosial budaya
Kegiatan DAP • Berarti dan relevan dengan kehidupan anak • Belajar dengan menggunakan konsep bukan hafalan (rote learning) dan menggunakan objek konkrit • Menimbulkan minat dan ketertarikan anak • Interactive teaching and cooperative learning • Kegiatan terintegrasi dengan kegiatan lain • Melihat kemajuan anak secara berkelanjutan • Evaluasi harus sesuai dan dilakukan secara terus menerus (meliputi proses dan hasil akhir)
Atmosfir DAP • Anak harus terlibat aktif dalam kegiatan kelas, tidak sekedar menjadi pendengar pasif. • Menghargai menerima dan memberi semangat pada anak • Mencelupkan anak kedalam kegiatan • Memberikan kesempatan anak aktif, berimajinasi, bersosialisasi dan berkreasi
Kurikulum DAP social emotional intelectusl physical Melibatkan pengalaman sosial, emosional, intelektual dan fisik
Jadwal waktu DAP • Anak diberi waktu yang cukup untuk bereksplorasi • DAP memberikan peluang bagi anak untuk aktif bermain, juga waktu untuk tenang, belajar, beristirahat secara seimbang.
Kualitas Guru DAP • Merespon segera atas kebutuhan dan keinginan anak • Mendengar dan memberikan respon terhadap pembicaraan anak • Mendorong anak untuk dapat menyelesaikan tugas dengan sukses • Menumbuhkan kepercayaan diri anak dengan menghormati, menerima dan memberikan rasa aman kepada anak • Menumbuhkan kemampuan mengontrol diri anak dengan memperlakukan mereka secara hormat, serta memberikan disiplin yang patut
Pembelajaran Ramah Otak
Prinsip Kerja Otak Seluruh informasi masuk - Bermakna : diproses lebih lanjut - Tidak bermakna maka tidak akan di proses Dibagi ke bagian –bagian otak Ingatan jangka pendek Ingatan Jangka panjang Jika ada emosi negatif (membahayakan, ketakutan dll) OTAK TIDAK AKAN BEKERJA SECARA OPTIMAL Respon
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Ramah Otak
a. Otak bekerja secara paralel ( melakukan beberapa hal dalam satu waktu )
b. Sistem kerja otak berkaitan dengan seluruh organ tubuh
c. Otak selalu mencari arti / makna berdasarkan pengalaman • Anak kaya dengan pengalaman yang bermakna • Kaitkan pembelajaran dengan pengalaman anak • Pilih topik pembelajaran yang nyata dan dekat dengan anak agar bermakna bagi anak
d. Otak lebih mudah memproses informasi dengan pola yang sudah dikenal Anak akan lebih mudah belajar dengan pola yang sudah dikenalnya dan tidak terpisah PEMBELAJARAN HOLISTIK Menghubungkan konsep baru dengan pola lama yang sudah di kenal MNEMONIC
e. Emosi mempengaruhi kerja otak ( Otak lebih mudah mengingat jika melibatkan emosi )
f. Otak bekerja secara terbagi dan menyeluruh Otak Kiri logis sistematis analisis linier bahasa Otak kanan ritmik kreatif musik menyeluruh emosi imajinasi Menghafal sambil bernyanyi / bermain
g. Otak menerima informasi di dalam ataupun di luar fokus • Lingkungan mempengaruhi proses belajar ( Poster, Display, Musik )
h. Proses belajar dilakukan secara sadar maupun tidak sadar • Lebih banyak belajar dari apa yang dilihat
i. Proses belajar ada yang dilakukan secara alami dan ada yang butuh latihan.
j. Otak dapat memahami dan mengingat untuk selamanya • Bahasa ibu >>>>>>> di ulang-ulang • Anak di celupkan dalam berbagai pengalaman / proses di dalam diri atau lingkungan.
k. Otak tidak bekerja dengan baik dalam keadaan tertekan namun bekerja dengan baik saat di berikan tantangan.
l. Tiap otak Unik • Kinestetik • Visual • auditori
Ramah Otak • Multi Indrawi • Unik • Dukungan lingkungan • Arti / makna • Hidupkan emosi positif
Aplikasi konsep DAP sesuai dengan kerja otak • Proses belajar harus menyenangkan • Memberikan pengalaman yang bermakna dan relevan • Melibatkan aspek multi sensori manusia • Memberikan pengalaman unik dan menantang • Melibatkan peran aktif fisik • Memberikan hubungan antara pendidik & anak yang menyenangkan dan dapat dipercaya. • Kurikulum yang menumbuhkan minat anak
6. Integrated Learning Curriculum DAP Kurikulum Terpadu
·Mengapa kurikulum terpadu Agar anak dapat menjadi manusia yang ingin belajar seumur hidup (lifelong learner) sehingga dapat berpikir secara kritis, imajinatif, dapat mengungkap pertanyaan-pertanyaan kritis, dapat memberi alternatif solusi, menghargai perbedaan, dapat bekerjasama dan memiliki kepedulian Subyek yang diajarkan dapat mudah dimengerti oleh anak. Dengan membuat anak mudah mengerti akan meningkatkan daya minat anak, anak lebih percaya diri dan akhirnya lebih semangat untuk belajar. Mampu mengakomodasi kecerdasan majemuk manusia, sehingga setiap anak dapat belajar sesuai dengan kecerdasan dominan anak. Mebiasakan anak berpikir holistik, tidak berfikir fragmented. Dalam kehidupan nyata setiap fenomena tidak dapat dilihat dari satu sisi saja, tetapi banyak faktor yang terkait yang perlu ditinjau. Diharapkan dengan memasukan pendidikan karakter dalam sistem belajar terpadu, dapat menciptakan manusia berkarakter bukan sekedar mengajarkan nilai-nilai moral yang bersifat abstrak
· 7. Pendidikan Karakter harus sesuai dengan tahapan perkembangan moral anak.
• Perkembangan motorik, mental dan sosial anak berjalan secara bertahap dan memerlukan pendekatan yang patut sesuai dengan tahapan umur anak, pendidikan karakter yang diberikan kepada anak juga harus memperhatikan tahap- tahap perkembangan moral anak. Untuk mencapai tingkatan moral tertinggi seseorang harus melalui tahapan tahapan moral dengan baik, karena kesalahan pada tahapan sebelumnya akan berakibat fatal terhadap perkembangan moral berikutnya.
Perkembangan Moral Anak • Thomas Lickona, Phd menformulasikan teori perkembangan moral anak dengan mengadopsi dari teori-teori yang telah dikembangkan sebelumnya. Dia membagi tahapan ini menjadi 6 Fase, yaitu: 1. Fase Bayi 2.Fase 1 : Berfikir Egosentris 3. Fase 2 : Patuh Tanpa syarat 4. Fase 3 : Memenuhi harapan lingkungan 5. Fase 4 : Ingin menjaga kelompok 6. Fase 5 Moralitas tidak berpihak
Fase Bayi Anak-anak usia Bayi sangat membutuhkan : • Kelekatan Psikologis antara orang tua dan anak (Bonding / Attachment (disusui 2 tahun)) • Ekspresi Cinta • Responsif terhadap kebutuhan anak • Kebutuhan akan rasa aman • Kebutuhan akan stimulasi fisik dan mental • Keseimbangan antara cinta dan otoritas
• Pakar psikologi mengatakan kelekatan psikologis anak ketika bayi berpengaruh terhadap perilaku anak pada usia selanjutnya. Anak-anak yang mempunyai kelekatan psikologi yang erat pada ibunya mempunyai sifat lebih baik yaitu mudah bergaul, mudah diatur, mempunyai motivasi belajar tinggi, antusias dengan aktifitas di sekolah dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki kekurangan kelekatan hubungan psikologis. • Usia bayi adalah masa pembentukan trust versus mistrust ( percaya vs tidak percaya ). Apabila kualitas pengasuhan baik ( diberikan kasih sayang, perhatian dan stimulasi yang bagus ) maka rasa percaya anak dengan orang lain akan terbentuk, sehingga dalam perkembangan selanjutnya ia akan percaya kepada orang lain. Rasa percaya ini penting dalam hubungan inter-personal di masyarakat dan menimbulkan perasaan pada anak bahwa dunia adalah tempat yang aman dan menyenangkan.
·  Fase 1 ( Berfikir Egosentris/ self oriented morality ) • Usia sekitar 4 tahun • Sangat egois • Cenderung manipulatif (berkhayal) • Cenderung melanggar aturan • Dapat mengerti kaidah moral bila diajarkan • Bisa bersikap kooperatif dan menyayangi sejauh tidak konflik dengan kepentinganya • Ingin mandiri • **** tahap perkembangan, ini normal dan tidak berlanjut selamanya.
· Menghadapi anak Fase 1 • Memberikan arahan yang lembut namun tegas • Memberikan alasan yang jelas mengapa sesuatu perbuatan dilarang dilakukan • Berikan pilihan dalam kegiatan • Berikan insentif yang patut agar mau patuh namun jangan sering-sering. • Berikan aturan yang jelas dengan berulang-ulang (konsepnya sekarang) • Memberikan contoh bagaimana seharusnya anak berperilaku • Tumbuhkan rasa empati anak dengan melihat dari prespektif orang lain • Mengenalkan konsep “adil” dari titik pandang orang lain • Berikan permainan yang menuntut harus bergiliran.
·  Fase 2.1 1. sekitar 4,5-6 tahun (kelas 1 SD) - Patuh tanpa syarat - Lebih mudah menurut dan kerjasama - Orang dewasa maha tahu - Suka mengadukan teman - Cenderung melanggar kalau tidak diawasi * ( Fase yang tepat untuk doktrinasi dan penanaman adab dan akhlak tahap awal)
· Cara menghadapi fase 2.1 • Memberikan kontrol eksternal dimana guru dapat secara otoritatif mengajarkan moral baik dan buruk karena anak masih tergantung dengan otoritas orang dewasa • Meyakinkan anak untuk menuruti orang tua / guru • Menekankan pentingnya perilaku baik dan sopan • Berikan alasan sesuatu itu ‘tidak baik’ • Ajarkan anak tindakan yang salah atau tidak boleh dilakukan.
·  Fase 2.2 2. Sekitar, 6,5-8 tahun (kelas 2 dan 3 SD/ Usia Tamyis) -Merasa punya hak seperti orang dewasa -Tidak lagi berpikir bisa diperintah-perintah orang dewasa. Mulai ajarkan tindakan yang baik dan buruk dengan alasan. -Konsep keadilan kaku (balas membalas) -Berperilaku baik agar disenangi -cenderung melanggar perintah -berpotensi bertindak kasar dan tidak berempati -Kurang bisa melihat tindakan yang salah -Banyak terlibat perkelahian • (masa penanaman akhlak dan syariat, mulai diajarkan fiqih.)
· Menghadapi anak fase 2.2 • Berikan pengertian akan pentingnya “karena cinta” dalam melakukan sesuatu, tidak semata-mata prinsip timbal balik saja. • Tekankan nilai agama yang menjunjung tinggi nilai cinta dan pengorbanan. • Ajak mereka merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain • Bantu mereka untuk berbuat sesuai harapan anda, tidak hanya karena ingin mendapatkan hadiah / pujian atau menghindari hukuman • Ciptakan hubungan mesra agar mereka peduli terhadap keinginan dan harapan-harapan anda • Ingatkan mereka bahwa antar anggota keluarga harus saling sayang dan perluas rasa sayang ini ke luar keluarga, yaitu sayang terhadap sesama manusia • Berikan contoh perilaku anda dalam hal menolong dan peduli dengan orang lain
·  Fase 3 3. Usia 8,5-14 tahun ( Kelas 4,5 &6 SD) -Ingin penghargaan sosial -Golden Rules ; Harus memeperlakukan orang lain seperti kamu mengharap orang lain memperlakukanmu. -Mengerti yang dibutuhkan orang lain -Bisa menerima otoritas orang tua -Bisa menerima tanggung jawab -Cenderung kurang Percaya diri -Mulai mempunyai Nurani. * (aplikasi fikih dan pembinaan akhlak secara intens.)
·  Menghadapi Fase 3 • Memelihara hubungan yang baik dengan mereka dengan menjalin komunikasi, turut serta dalam memecahkan masalahnya dan membantu mereka untuk menemukan identitas dirinya • Membantu membangun konsep diri yang positif: - tidak membanding-bandingkan dengan temanya - berikan penghargaan pada perilaku positif yang mereka lakukan - Dorong mereka untuk mencari kawan yang baik - Bantu mereka mengembangkan hobbi dan kemampuanya - Bantu mereka menghilangkan kebiasaan mengecilkan orang lain • Mendiskusikan permasalahan moral • Menyeimbangkan antara memberi kebebasan terhadap mereka dan mengontrol tindakan mereka - gunakan otoritas anda berdasarkan cinta kasih - katakan ‘ya’ atau ‘tidak’ kalau memang diperlukan, namun berikan mereka juga peluang untuk memilih - berikan mereka kesempatan menolak dengan cara yang baik -jangan berlebihan dalam menimbulkan rasa bersalah mereka ketika mereka berbuat salah. Hal ini dapat menimbulkan citra diri negatif Gunakan kontrol secara tidak langsung
· Fase 4 • Usia 16-19 tahun • Ingin menjaga kelompoknya • Bertanggung jawab terhadap peran dalam sistem sosial • Lebih mandiri, peer pressure menurun • Dapat melihat dampak dari perbuatan negatif • Peduli terhadap sesama anggota sistem sosial • Memahami pentingnya jadi warga negara yang baik
·  Menghadapi Fase 4 • Mengajak mereka berdiskusi yang dapat mencerahkan hati nuraninya berdasarkan prinsip menghormati orang lain dan menjalankan kewajibannya sebagai anggota sebuah sistem sosial • Mengajak berdiskusi tentang permasalahan moral yang dihadapi oleh masyarakat dan mendorong mereka untuk berpikir bagaimana memberikan kontribusi positif terhadap sistem sosial • Berikan pengalaman nyata dalam partisipasinya di lingkungan komunitasnya ( kerja sosial, mencari uang sendiri, membantu orang-orang yang kesulitan, belajar hidup mandiri di luar rumah,pramuka ,camping dsb) • Mendorong mereka untuk memikirkan masa depanya, apa yang harus dipersiapkan dari sekarang agar dapat memberikan kontribusi positif bagi orang lain. Tanamkan masa depan yang cerah hanya dapat dicapai dengan pendidikan, kedisiplinan dan kerja keras
·  Fase 5 • Sebelum Usia 20 • Moralitas tidak berpihak • Moral hati nurani, mempertahankan moral yang menghargai HAM • Bisa berdiri di luar sistem sosial dan bertindak secara obyektif • Percaya bahwa setiap sistem sosial harus dapat memberikan benefit kepada setiap anggotanya • Berbuat baik karena hati nuraninya berkata demikian, bukan karena kepentingan pribadi, kelompok atau sistemnya.
·  • Walaupun tahapan moral sebelumnya (fase 4) sudah bagus, jarang orang dewasa yang mampu mencapi tahapan ini, namun tahapan ini belum mencerminkankualitas moral tertinggi. Menurut Lickona orang yang mempunyai moral tertinggi adalah mereka yang dapat mempertahankan prinsip-prinsip moral yang menghargai hak asasi manusia walaupun harus berseberangan dengan sistem sosialnya.
Wallahu a’lam
http://www.slideshare.net/masrauf5/integralisasi-nilai-keislaman-dan-akhlak-dalam-kurikulum-2013

No comments:

Post a Comment

Al Fatihah Bagian 2

Al Fatihah Bagian 2 ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. ٱلْحَمْدُ Dalam Tafsir At Thabari di k...