Nilai Keislaman
· “ Sebaik-baik kalian adalah yang
mempelajari Al Qur’an dan mengajarkanya” ( HR. Bukhari )
·
Sesungguhnya
dia ( Dzul Khuwaishirah seorang dari bani tamim ) mempunyai pengikut , dimana
kalian akan merendahkan (menganggap kecil) shalat kalian dibanding shalat
mereka, puasa kalian dibanding puasa mereka. Mereka membaca Al Quran tapi tidak
mencapai tenggorokan mereka. Mereka melesat dari (batas-batas) agama seperti
melesatnya anak panah dari sasaran (busurnya)….. (HR Bukhari dalam kitab Al
Manakib 3610 dan Muslim dalam Kitab Az Zakah 2453)
· “ Wahai saudara, izinkan saya
menggunakan ungkapan ini. Saya tidak bermaksud bahwa Islam Ikhwan Muslimin
adalah Islam yang baru, yang bukan dibawa oleh Sayidina Muhammad saw dari
Tuhannya. Saya maksudkan bahwa kebanyakan umat Islam di kebanyakan zaman telah
mencabut sifat-sifat, ciri-ciri dan batas-batas dari Islam mengikut kemauan
masing- masing. Mereka mempergunakan kemudahan dan keluasannya secara buruk.
Sedangkan kemudahanan dan keluasan itu adalah mempunyai hikmat yang tinggi.
Mereka membaharukan dalam memahami makna Islam dan menanamkan gambaran Islam
yang bermacam-macam di dalam jiwa anak-anak mereka, sama juga dia hampir, jauh
atau bertepatan dengan Islam pertama yang dibawa oleh Rasulullah saw dan para
sahabatnya. “ Hasan al Banna
· Bagaimana sahabat mengajarkan Islam
1. Prioritas utama para sahabat
adalah menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasul Nya
2. Mengajarkan kecintaan belajar dan
ilmu
3. Mengajarkan dengan praktek secara
langsung.
4. Tidak membatasi dengan ruang
kelas khusus, mereka mengajar di rumah, masjid, padang gembala, pasar dll
5. Tidak mematok anak-anak mereka
menjadi seseorang dengan profesi tertentu. Mereka hanya mengajarkan ketaqwaan,
anak- anak mereka diberikan pilihan akan menjadi apa nantinya.
6. Menekankan pendidikan akhlak
mulia, bukan hanya kelemahlembutan tapi juga ketegasan dan keberanian.
7. Para sahabat nabi memberi
kesempatan yang sama setiap anaknya untuk berkembang.
8. Para sahabat tidak hanya
mengajarkan teori namun juga mengajarkan gerak motorik kepada anak seperti
kegiatan fisik dan olahraga.
· Nabi Muhammad saw selalu
mengajarkan kepada anak-anak dari Bani Hasyim ketika mulai bisa bicara, ayat
ini sebanyak 7 kali, “Dan katakanlah,” segala puji bagi Allah yang tidak
mempunyai sekutu dalam kerajaanNya dan tidak mempunyai penolong ( untuk menjaga
Nya ) dari kehinaan dan agungkanlah Dia dengan pengagunggan yang sebenar-
benarnya .”( Al-Isra :111)” ( Sunan Abi Syaibah 1/306)
·
Rasulullah bersabda,“….. Apabila anak telah mencapai enam tahun, maka
hendaklah diajarkan adab sopan santun….” ( HR Ibnu Hiban) Rasulullah bersabda ,
Perintahkanlah anak- anakmu untuk melakukan shalat apabila mereka telah berusia
tujuh tahun dan apabila mereka telah berusia sepuluh tahun, maka pukullah
mereka ( bila tidak shalat) dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR Abu Dawud
dan Hakim)
· Umar bin Khatab berkata ,”Ajaklah
anakmu bermain umur tujuh tahun, didiklah umur tujuh tahun dan dampingilah
dalam hidup umur tujuh tahun.”
· 1-7 tahun -bermain -usia 6 tahun
mulai diajarkan aqidah,adab dan akhlak. 7-14 tahun -7 tahun mulai di ajarkan
fikih ibadah. -10 tahun mulai diberikan reward & Punishment. 10-14 adalah
masa transisi 14-21 tahun - Masa pubertas. -pendampingan Iman Islam Ihsan
·
Perkembangan Moral Anak • Thomas Lickona, Phd menformulasikan teori
perkembangan moral anak dengan mengadopsi dari teori-teori yang telah
dikembangkan sebelumnya. Dia membagi tahapan ini menjadi 6 Fase, yaitu: 1. Fase
Bayi 2.Fase 1 : Berfikir Egosentris 3. Fase 2 : Patuh Tanpa syarat 4. Fase 3 :
Memenuhi harapan lingkungan 5. Fase 4 : Ingin menjaga kelompok 6. Fase 5
Moralitas tidak berpihak
·
Fase 2 1. sekitar 4,5-6 tahun (kelas 1 SD) - Patuh tanpa syarat - Lebih
mudah menurut dan kerjasama - Orang dewasa maha tahu - Suka mengadukan teman -
Cenderung melanggar kkalau tidak diawasi * ( Fase yang tepat untuk doktrinasi
dan penanaman adab dan akhlak tahap awal)
· Fase 2 2. Sekitar, 6,5-8 tahun
(kelas 2 dan 3 SD/ Usia Tamyis) -Merasa punya hak seperti orang dewasa -Tidak
lagi berpikir bisa diperintah-perintah orang dewasa. Mulai ajarkan tindakan
yang baik dan buruk dengan alasan. -Konsep keadilan kaku (balas membalas)
-Berperilaku baik agar disenangi -cenderung melanggar perintah -berpotensi
bertindak kasar dan tidak berempati -Kurang bisa melihat tindakan yang salah
-Banyak terlibat perkelahian • (masa penanaman akhlak dan syariat, mulai
diajarkan fiqih.)
·
Fase 3 3. Usia 8,5-14 tahun ( Kelas 4,5 &6 SD) -Ingin penghargaan
sosial -Golden Rules ; Harus memeperlakukan orang lain seperti kamu mengharap
orang lain memperlakukanmu. -Mengerti yang dibutuhkan orang lain -Bisa menerima
otoritas orang tua -Bisa menerima tanggung jawab -Cenderung kurang Percaya diri
-Mulai mempunyai Nurani. * (aplikasi fikih dan pembinaan akhlak secara intens.)
Akhlak Mulia
· Akhlak adalah Institusi yang
bersemayam di hati tempat munculnya tindakan-tindakan spontan, tindakan yang
benar atau salah. Karakter berasal dari kata Yunani, Charassein yang berarti
mengukir sehingga terbentuk sebuah pola. *Beberapa ahli menyamakan makna akhlak
dan karakter.
·
Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazari mengatakan dalam kitabnya Minhajul
muslim dahwa menurut tabiatnya institusi akhlak tersebut secara fitrah siap
menerima pengaruh pembinaan yang baik atau buruk. Jika Institusi tadi dididik
untuk memilih kebaikan maka akhlak yang baik begitu pula sebaliknya. Menurut
Ibnu Jazzar Al Qairawani, “ sebnarnya sifat-sifat buruk yang timbul dari diri
anak bukanlah lahir dari fitrah mereka. Sifat –sifat tersebut terutama timbul
karena kurangnya peringatan sejak dini dari orang tua dan pendidik. Semakin
dewasa usia anak, semakin sulit pula baginya untuk meninggalkan sifat-sifat
buruk. Banyak sekali orang dewasa yang menyadari sifat-sifat buruk tetapi tidak
mampu mengubahnya. Karena sifat buruk itu sudah kuat mengakar di dalam dirinya.
Dan menjadi kebiasaan yang sulit di tinggalkan.
·
Karakter adalah kualitas otot yang terbentuk melalui latihan setiap hari
dan setiap jam dari seorang pejuang spiritual (Tolbert Mc Carrol) Karakter yang
baik lebih patut di puji daripada bakat yang luar biasa. Hampir semua bakat
adalah anugerah. Karakter yang baik, sebaliknya tidak dianugerahkan kepada
kita. Kita harus membangunya sedikit demi sedikit, dengan pikiran, pilihan,
keberanian dan usaha keras. ( john Luther)
·
Pembentukan karakter harus dilakukan secara integral atau menyeluruh
yang melibatkan aspek “knowing”, mengetahui, “acting” melatih dan membiasakan
diri serta “ feelling” perasaan yang dilakukan secara terus menerus. Hal ini
juga terjadi dalam kehidupan Rasullulah saw, Beliau merasakan tarbiyah
khuluqiyah yang dilakukan oleh Allah. Allah memberikan ‘Knowing’ tentang Akhlak
dengan wahyu berupa Al Quran yang didalamnya juga terdapat kisah-kisah sebagai
perwujudan proses ‘Feeling’ dan Allah juga merencanakan keadaan dimana
Rasulullah menerapkan akhlak yang ada di dalam al qur’an (acting) sehingga
suatu ketika ketika Aisyah ra ditanya seperti apa akhlak rasulullah maka dia menjawab,
“ Akhlaknya adalah Al Qur’an” . Oleh karena itu Rasulullah pernah bersabda
bahwa “ sesungguhnya Aku di utus untuk menyempurnakan akhlak.”
Integralisasi nilai-nilai keislaman
dan akhlak mulia dalam pembelajaran kurikulum 2013
· 1. Landasan utama adalah keimanan kepada
Allah Swt.
Rasulullah pernah kepada Ibnu Abbas
yang masih kecil, “Wahai anaku sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa
kalimat, jagalah Allah maka Allah akan menjagamu, Jagalah Allah maka kamu akan
menemui Nya di hadapanmu. Apabila kamu ingin meminta maka mintalah kepada Allah
dan bila kamu meminta pertolongan maka mintalah tolong kepada Allah, ketahuilah
bila seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu manfaat kepadamu maka mereka
tidak bisa memberi sesuatu kecuali yang telah ditetapkan oleh Allah untukmu dan
bila semua umat bersatu ingin menimpakan suatu mudharat kepadamu maka mereka
tidak akan mampu menimpakan sesuatu kecuali yang telah ditetapkan Allah atasmu.
Pena sudah diangkat dan tinta tulisan sudah kering.” ( Hr Ahmad & Tirmidzi,
Hasan Shahih)
· 2.
Pendidikan akhlak harus mengandung nilai- nilai yang menjadi acuan atau standar kebenaran berupa nilai-nilai moral yang berasal dari Al
Qur’an dan Sunnah
Melunturnya nilai moral di amerika
karena adanya standar moral relatif. Misalkan dari kurun waktu tahun 1960-1990,
tindakan kekerasan (violent crime) remaja meningkat sebesar 560% dan
peningkatan 419% anaka remaja yang hamil di luar nikah.
Pendidikan akhlak / karakter adalah metode
pendidikan moral yang secara eksplisit memakai standar baik dan buruk yang
sifatnya universal. Dalam pendidikan karakter selalu ada nilai-nilai yang ingin
ditanamkan kepada anak dan nilai-nilai ini dituangkan dalam kurikulum dan
kegiatan anak-anak di sekolah.
· 3.
Pendidikan Akhlak yang melibatkan aspek Moral Knowing, Moral Felling dan Moral
Action
Thomas Lickona menekankan tiga
komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing,
moral feeling dan moral action. Hal ini diperlukan agar siswa didik mampu
memahami , merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan. • Hal
yang sama di ungkapkan oleh Karen E. Bohlin, Deborah Farmer dan Kevin Ryan
bahwa membentuk karakter adalah dengan menumbuhkan karakter yang merupakan the
habits of mind, heart and action, yang antara ketiganya adalah saling terkait.
Edward Wayne mengatakan bahwa 95%
kemungkinan kita semua tahu mana perbuatatn baik dan buruk, masalahnya kita
tidak mempunyai keinginan kuat atau komitmen melakukanya dalam tindakan nyata.
Majalah Curent Health melaporkan
hasil polling bahwa 80% dari 3000 murid SMU di AS mengaku pernah belaku curang
di sekolah. Sedangkan di Australia 76% dari 6000 siswa juga pernah melakukan
kecurangan di sekolah.
Moral Knowing :
1. Moral awareness (kesadaran moral)
2. Knowing moral values (mengetahui
nilai-nilai moral)
3. Perspective taking
4. Moral reasoning
5. Decision making
6. Self knowledge
Moral Feeling
1. Conscience (nurani)
2. Self esteem (percaya diri)
3. Empathy (merasakan penderitaan
orang lain)
4. Loving the good (mencintai
kebenaran)
5. Self control (kemampuan
mengontrol diri)
6. Humility (kerendah hatian)
Moral Action •
Moral action adalah hasil dari dua
komponen karakter sebelumnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam
perbuatan baik maka harus dilihat 3 aspek yaitu: 1. Kompetensi ( competence) 2.
Keinginan ( Will ) 3. Kebiasaan ( Habit )
· 4.
Penerapan Kurikulum Pendidikan Karakter secara Eksplisit
Jon Dewey mengatakan bahwa sekolah
yang tidak mempunyai program pendidikan karakter tetapi dapat memberikan
suasana lingkungan sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai moral, sekolah
tersebut mempunyai pendidikan moral yang disebut hidden curiculum. • Namun
menurut Marvin W. Berkowitz hidden curicullum saja tidak cukup, pendidikan
karakter di sekolah dianggap efektif adalah dengan menggunakan kurikullum
pendidikan karakter formal, atau kurikulum yang secara eksplisit mempunyai
tujuan pembentukan karakter anak. Selain itu sekolah juga harus mempunyai visi
dan misi yang bertujuan membentuk anak yang berkarakter.
Contoh penerapan pendidikan karakter
secara eksplisit • Jefferson Center for Character Education ( California, USA)
menggunakan waktu 10-15 menit sehari sebelum kelas dimulai dengan cara diskusi
yang dipandu oleh guru. • Di Indonesia Indonesia Heritage Foundation mengadopsi
sistem di JCCE dengan penambahan aspek loving good and acting
· 5. Menerapkan Konsep Developmentally
Appropriate Practices (DAP) dan Pembelajaran Ramah Otak
Mengapa Muncul Konsep DAP? •
Kurikulum Amerika tahun 1960-1970an di anggap gagal menghasilkan siswa yang
dapat berpikir kritis dan menyelesaikan masalah kehidupan • Alasan kegagalanya
adalah :
1. Orientasinya hanya pada menghafal
( rote memorization)
2. Lebih banyak menekankan aspek
kognitif daripada aspek lain (sosial, emosi dan spiritual)
3. Pelajaran bersifat abstrak (
tidak konkrit )
4. Materi pelajaran terpisah dari
pelajaran lain.
5. Guru berceramah sedangkan anak
hanya mendengarkan secara pasif
6. Lebih banyak mengerjakan kegiatan
individu
7. Ujian/ulangan lebih mengutamakan
pilihan berganda
DAP • Konsep pembelajaran DAP adalah
memperlakukan anak sebagai individu yang utuh ( the whole child ) yang
melibatkan 4 komponen : Pengetahuan ( Knowledge), ketrampilan ( skills ), sifat
alamiah ( dispositions ) dan perasaan ( feelings). Karena pikiran , emosi,
imajinasi dan sifat alamiah anak berkerja secara bersamaan dan saling
berhubungan. Apabila sistem pembelajaran di sekolah dapat melibatkan semua
aspek ini secara bersamaan, maka perkembangan intelektual, sosial dan karakter
anak dapat terbentuk secara simultan. *****(lihat kembali bagaimana para
sahabat nabi mendidik anak)
Konsep DAP • Memperlakuakan anak
sebagai individu yang utuh • Melibatkan 4 komponen : knoledge, skills,
dispositions dan feelings Dianggap dapat mempertahankan & bahkan
meningkatkan semangat anak- anak untuk belajar.
Dimensi konsep DAP DAP Patut menurut
umur : sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak Patut secara individual :
sesuai dengan pertumbuhan dan karakteristik anak, kelebihanya, ketertarikanya
dan pengalamanya Patut secara sosial & budaya : sesuai dengan pengalaman
belajar yang bermakna, relevan dan sesuai dengan sosial budaya
Kegiatan DAP • Berarti dan relevan
dengan kehidupan anak • Belajar dengan menggunakan konsep bukan hafalan (rote
learning) dan menggunakan objek konkrit • Menimbulkan minat dan ketertarikan
anak • Interactive teaching and cooperative learning • Kegiatan terintegrasi
dengan kegiatan lain • Melihat kemajuan anak secara berkelanjutan • Evaluasi
harus sesuai dan dilakukan secara terus menerus (meliputi proses dan hasil
akhir)
Atmosfir DAP • Anak harus terlibat
aktif dalam kegiatan kelas, tidak sekedar menjadi pendengar pasif. • Menghargai
menerima dan memberi semangat pada anak • Mencelupkan anak kedalam kegiatan •
Memberikan kesempatan anak aktif, berimajinasi, bersosialisasi dan berkreasi
Kurikulum DAP social emotional
intelectusl physical Melibatkan pengalaman sosial, emosional, intelektual dan
fisik
Jadwal waktu DAP • Anak diberi waktu
yang cukup untuk bereksplorasi • DAP memberikan peluang bagi anak untuk aktif
bermain, juga waktu untuk tenang, belajar, beristirahat secara seimbang.
Kualitas Guru DAP • Merespon segera
atas kebutuhan dan keinginan anak • Mendengar dan memberikan respon terhadap
pembicaraan anak • Mendorong anak untuk dapat menyelesaikan tugas dengan sukses
• Menumbuhkan kepercayaan diri anak dengan menghormati, menerima dan memberikan
rasa aman kepada anak • Menumbuhkan kemampuan mengontrol diri anak dengan
memperlakukan mereka secara hormat, serta memberikan disiplin yang patut
Pembelajaran Ramah Otak
Prinsip Kerja Otak Seluruh informasi
masuk - Bermakna : diproses lebih lanjut - Tidak bermakna maka tidak akan di proses
Dibagi ke bagian –bagian otak Ingatan jangka pendek Ingatan Jangka panjang Jika
ada emosi negatif (membahayakan, ketakutan dll) OTAK TIDAK AKAN BEKERJA SECARA
OPTIMAL Respon
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Ramah
Otak
a. Otak bekerja secara paralel (
melakukan beberapa hal dalam satu waktu )
b. Sistem kerja otak berkaitan
dengan seluruh organ tubuh
c. Otak selalu mencari arti / makna
berdasarkan pengalaman • Anak kaya dengan pengalaman yang bermakna • Kaitkan
pembelajaran dengan pengalaman anak • Pilih topik pembelajaran yang nyata dan
dekat dengan anak agar bermakna bagi anak
d. Otak lebih mudah memproses
informasi dengan pola yang sudah dikenal Anak akan lebih mudah belajar dengan
pola yang sudah dikenalnya dan tidak terpisah PEMBELAJARAN HOLISTIK Menghubungkan
konsep baru dengan pola lama yang sudah di kenal MNEMONIC
e. Emosi mempengaruhi kerja otak (
Otak lebih mudah mengingat jika melibatkan emosi )
f. Otak bekerja secara terbagi dan
menyeluruh Otak Kiri logis sistematis analisis linier bahasa Otak kanan ritmik
kreatif musik menyeluruh emosi imajinasi Menghafal sambil bernyanyi / bermain
g. Otak menerima informasi di dalam
ataupun di luar fokus • Lingkungan mempengaruhi proses belajar ( Poster,
Display, Musik )
h. Proses belajar dilakukan secara
sadar maupun tidak sadar • Lebih banyak belajar dari apa yang dilihat
i. Proses belajar ada yang dilakukan
secara alami dan ada yang butuh latihan.
j. Otak dapat memahami dan mengingat
untuk selamanya • Bahasa ibu >>>>>>> di ulang-ulang • Anak
di celupkan dalam berbagai pengalaman / proses di dalam diri atau lingkungan.
k. Otak tidak bekerja dengan baik
dalam keadaan tertekan namun bekerja dengan baik saat di berikan tantangan.
l. Tiap otak Unik • Kinestetik •
Visual • auditori
Ramah Otak • Multi Indrawi • Unik •
Dukungan lingkungan • Arti / makna • Hidupkan emosi positif
Aplikasi konsep DAP sesuai dengan
kerja otak • Proses belajar harus menyenangkan • Memberikan pengalaman yang
bermakna dan relevan • Melibatkan aspek multi sensori manusia • Memberikan pengalaman
unik dan menantang • Melibatkan peran aktif fisik • Memberikan hubungan antara
pendidik & anak yang menyenangkan dan dapat dipercaya. • Kurikulum yang
menumbuhkan minat anak
6. Integrated Learning Curriculum
DAP Kurikulum Terpadu
·Mengapa kurikulum terpadu Agar anak
dapat menjadi manusia yang ingin belajar seumur hidup (lifelong learner)
sehingga dapat berpikir secara kritis, imajinatif, dapat mengungkap
pertanyaan-pertanyaan kritis, dapat memberi alternatif solusi, menghargai
perbedaan, dapat bekerjasama dan memiliki kepedulian Subyek yang diajarkan
dapat mudah dimengerti oleh anak. Dengan membuat anak mudah mengerti akan
meningkatkan daya minat anak, anak lebih percaya diri dan akhirnya lebih
semangat untuk belajar. Mampu mengakomodasi kecerdasan majemuk manusia,
sehingga setiap anak dapat belajar sesuai dengan kecerdasan dominan anak.
Mebiasakan anak berpikir holistik, tidak berfikir fragmented. Dalam kehidupan
nyata setiap fenomena tidak dapat dilihat dari satu sisi saja, tetapi banyak
faktor yang terkait yang perlu ditinjau. Diharapkan dengan memasukan pendidikan
karakter dalam sistem belajar terpadu, dapat menciptakan manusia berkarakter
bukan sekedar mengajarkan nilai-nilai moral yang bersifat abstrak
· 7. Pendidikan Karakter harus
sesuai dengan tahapan perkembangan moral anak.
• Perkembangan motorik, mental dan
sosial anak berjalan secara bertahap dan memerlukan pendekatan yang patut
sesuai dengan tahapan umur anak, pendidikan karakter yang diberikan kepada anak
juga harus memperhatikan tahap- tahap perkembangan moral anak. Untuk mencapai
tingkatan moral tertinggi seseorang harus melalui tahapan tahapan moral dengan
baik, karena kesalahan pada tahapan sebelumnya akan berakibat fatal terhadap
perkembangan moral berikutnya.
Perkembangan Moral Anak • Thomas
Lickona, Phd menformulasikan teori perkembangan moral anak dengan mengadopsi
dari teori-teori yang telah dikembangkan sebelumnya. Dia membagi tahapan ini
menjadi 6 Fase, yaitu: 1. Fase Bayi 2.Fase 1 : Berfikir Egosentris 3. Fase 2 :
Patuh Tanpa syarat 4. Fase 3 : Memenuhi harapan lingkungan 5. Fase 4 : Ingin
menjaga kelompok 6. Fase 5 Moralitas tidak berpihak
Fase Bayi Anak-anak usia Bayi sangat
membutuhkan : • Kelekatan Psikologis antara orang tua dan anak (Bonding /
Attachment (disusui 2 tahun)) • Ekspresi Cinta • Responsif terhadap kebutuhan
anak • Kebutuhan akan rasa aman • Kebutuhan akan stimulasi fisik dan mental •
Keseimbangan antara cinta dan otoritas
• Pakar psikologi mengatakan
kelekatan psikologis anak ketika bayi berpengaruh terhadap perilaku anak pada
usia selanjutnya. Anak-anak yang mempunyai kelekatan psikologi yang erat pada
ibunya mempunyai sifat lebih baik yaitu mudah bergaul, mudah diatur, mempunyai
motivasi belajar tinggi, antusias dengan aktifitas di sekolah dibandingkan
dengan anak-anak yang memiliki kekurangan kelekatan hubungan psikologis. • Usia
bayi adalah masa pembentukan trust versus mistrust ( percaya vs tidak percaya
). Apabila kualitas pengasuhan baik ( diberikan kasih sayang, perhatian dan
stimulasi yang bagus ) maka rasa percaya anak dengan orang lain akan terbentuk,
sehingga dalam perkembangan selanjutnya ia akan percaya kepada orang lain. Rasa
percaya ini penting dalam hubungan inter-personal di masyarakat dan menimbulkan
perasaan pada anak bahwa dunia adalah tempat yang aman dan menyenangkan.
·
Fase 1 ( Berfikir Egosentris/ self oriented morality ) • Usia sekitar 4
tahun • Sangat egois • Cenderung manipulatif (berkhayal) • Cenderung melanggar
aturan • Dapat mengerti kaidah moral bila diajarkan • Bisa bersikap kooperatif
dan menyayangi sejauh tidak konflik dengan kepentinganya • Ingin mandiri • ****
tahap perkembangan, ini normal dan tidak berlanjut selamanya.
· Menghadapi anak Fase 1 • Memberikan
arahan yang lembut namun tegas • Memberikan alasan yang jelas mengapa sesuatu
perbuatan dilarang dilakukan • Berikan pilihan dalam kegiatan • Berikan
insentif yang patut agar mau patuh namun jangan sering-sering. • Berikan aturan
yang jelas dengan berulang-ulang (konsepnya sekarang) • Memberikan contoh
bagaimana seharusnya anak berperilaku • Tumbuhkan rasa empati anak dengan
melihat dari prespektif orang lain • Mengenalkan konsep “adil” dari titik
pandang orang lain • Berikan permainan yang menuntut harus bergiliran.
·
Fase 2.1 1. sekitar 4,5-6 tahun (kelas 1 SD) - Patuh tanpa syarat -
Lebih mudah menurut dan kerjasama - Orang dewasa maha tahu - Suka mengadukan
teman - Cenderung melanggar kalau tidak diawasi * ( Fase yang tepat untuk
doktrinasi dan penanaman adab dan akhlak tahap awal)
· Cara menghadapi fase 2.1 •
Memberikan kontrol eksternal dimana guru dapat secara otoritatif mengajarkan
moral baik dan buruk karena anak masih tergantung dengan otoritas orang dewasa
• Meyakinkan anak untuk menuruti orang tua / guru • Menekankan pentingnya
perilaku baik dan sopan • Berikan alasan sesuatu itu ‘tidak baik’ • Ajarkan
anak tindakan yang salah atau tidak boleh dilakukan.
·
Fase 2.2 2. Sekitar, 6,5-8 tahun (kelas 2 dan 3 SD/ Usia Tamyis) -Merasa
punya hak seperti orang dewasa -Tidak lagi berpikir bisa diperintah-perintah
orang dewasa. Mulai ajarkan tindakan yang baik dan buruk dengan alasan. -Konsep
keadilan kaku (balas membalas) -Berperilaku baik agar disenangi -cenderung
melanggar perintah -berpotensi bertindak kasar dan tidak berempati -Kurang bisa
melihat tindakan yang salah -Banyak terlibat perkelahian • (masa penanaman
akhlak dan syariat, mulai diajarkan fiqih.)
· Menghadapi anak fase 2.2 • Berikan
pengertian akan pentingnya “karena cinta” dalam melakukan sesuatu, tidak
semata-mata prinsip timbal balik saja. • Tekankan nilai agama yang menjunjung
tinggi nilai cinta dan pengorbanan. • Ajak mereka merasakan apa yang dirasakan
oleh orang lain • Bantu mereka untuk berbuat sesuai harapan anda, tidak hanya
karena ingin mendapatkan hadiah / pujian atau menghindari hukuman • Ciptakan
hubungan mesra agar mereka peduli terhadap keinginan dan harapan-harapan anda •
Ingatkan mereka bahwa antar anggota keluarga harus saling sayang dan perluas
rasa sayang ini ke luar keluarga, yaitu sayang terhadap sesama manusia •
Berikan contoh perilaku anda dalam hal menolong dan peduli dengan orang lain
·
Fase 3 3. Usia 8,5-14 tahun ( Kelas 4,5 &6 SD) -Ingin penghargaan
sosial -Golden Rules ; Harus memeperlakukan orang lain seperti kamu mengharap
orang lain memperlakukanmu. -Mengerti yang dibutuhkan orang lain -Bisa menerima
otoritas orang tua -Bisa menerima tanggung jawab -Cenderung kurang Percaya diri
-Mulai mempunyai Nurani. * (aplikasi fikih dan pembinaan akhlak secara intens.)
·
Menghadapi Fase 3 • Memelihara hubungan yang baik dengan mereka dengan
menjalin komunikasi, turut serta dalam memecahkan masalahnya dan membantu
mereka untuk menemukan identitas dirinya • Membantu membangun konsep diri yang
positif: - tidak membanding-bandingkan dengan temanya - berikan penghargaan
pada perilaku positif yang mereka lakukan - Dorong mereka untuk mencari kawan
yang baik - Bantu mereka mengembangkan hobbi dan kemampuanya - Bantu mereka
menghilangkan kebiasaan mengecilkan orang lain • Mendiskusikan permasalahan moral
• Menyeimbangkan antara memberi kebebasan terhadap mereka dan mengontrol
tindakan mereka - gunakan otoritas anda berdasarkan cinta kasih - katakan ‘ya’
atau ‘tidak’ kalau memang diperlukan, namun berikan mereka juga peluang untuk
memilih - berikan mereka kesempatan menolak dengan cara yang baik -jangan
berlebihan dalam menimbulkan rasa bersalah mereka ketika mereka berbuat salah.
Hal ini dapat menimbulkan citra diri negatif Gunakan kontrol secara tidak
langsung
· Fase 4 • Usia 16-19 tahun • Ingin
menjaga kelompoknya • Bertanggung jawab terhadap peran dalam sistem sosial •
Lebih mandiri, peer pressure menurun • Dapat melihat dampak dari perbuatan
negatif • Peduli terhadap sesama anggota sistem sosial • Memahami pentingnya
jadi warga negara yang baik
·
Menghadapi Fase 4 • Mengajak mereka berdiskusi yang dapat mencerahkan
hati nuraninya berdasarkan prinsip menghormati orang lain dan menjalankan
kewajibannya sebagai anggota sebuah sistem sosial • Mengajak berdiskusi tentang
permasalahan moral yang dihadapi oleh masyarakat dan mendorong mereka untuk
berpikir bagaimana memberikan kontribusi positif terhadap sistem sosial •
Berikan pengalaman nyata dalam partisipasinya di lingkungan komunitasnya (
kerja sosial, mencari uang sendiri, membantu orang-orang yang kesulitan,
belajar hidup mandiri di luar rumah,pramuka ,camping dsb) • Mendorong mereka
untuk memikirkan masa depanya, apa yang harus dipersiapkan dari sekarang agar
dapat memberikan kontribusi positif bagi orang lain. Tanamkan masa depan yang
cerah hanya dapat dicapai dengan pendidikan, kedisiplinan dan kerja keras
·
Fase 5 • Sebelum Usia 20 • Moralitas tidak berpihak • Moral hati nurani,
mempertahankan moral yang menghargai HAM • Bisa berdiri di luar sistem sosial
dan bertindak secara obyektif • Percaya bahwa setiap sistem sosial harus dapat
memberikan benefit kepada setiap anggotanya • Berbuat baik karena hati
nuraninya berkata demikian, bukan karena kepentingan pribadi, kelompok atau
sistemnya.
· • Walaupun tahapan
moral sebelumnya (fase 4) sudah bagus, jarang orang dewasa yang mampu mencapi
tahapan ini, namun tahapan ini belum mencerminkankualitas moral tertinggi.
Menurut Lickona orang yang mempunyai moral tertinggi adalah mereka yang dapat
mempertahankan prinsip-prinsip moral yang menghargai hak asasi manusia walaupun
harus berseberangan dengan sistem sosialnya.
Wallahu a’lam
http://www.slideshare.net/masrauf5/integralisasi-nilai-keislaman-dan-akhlak-dalam-kurikulum-2013
No comments:
Post a Comment