Oleh : TR. Yusuf
 Kata Pengantar
 Bismillahirrahmaanirrahim,
 Segala
 puji bagi Allah Yang Maha Berkuasa lagi Maha Penyayang. Dialah Yang Esa
 yang telah menurunkan dinul Islam sebagai  jalan selamat dunia akhirat.
 Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain 
Allah semata. Dialah Rabb langit & bumi serta yang berada diantara 
keduanya. Aku bersaksi bahwa Muhammas SAW. Adalah hamba segaligus 
utusan-Nya. Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada 
beliau yang menjadi penyampai islam kepada manusia, semoga juga 
tercurahkan kepada keluarga dan para sahabat beliau yang merupakan 
sosok-sosok pilihan.
 Allah Berfirman:
“(Dialah)
 yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa diantara 
kamu  yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha perkasa, Maha Pengampun.”(Al
 Mulk:2)
 Di
 tengah maraknya kebudayaan barat yang tengah menyerang kita seakan kaum
 muslimin kehilangan jati dirinya sebagai soerang muslim sehingga banyak
 dari kita yang lebih berpikir materialistis dan seakan hidup kita hanya
 untuk di dunia ini saja. Penulis ingin bernostalgia kembali dengan 
fitrah diri kita yang butuh akan Islam sebagai jalan hidup bukan hanya 
sebagai pemenuh kebutuhan spiritual semata.. Semoga risalah ini menjadi 
teman dikala harus berdiri tegar menghadapi kehidupan.
 Semoga
 risalah ini bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan bagi saudara 
sesama muslim yang mau mengambil manfaat dari tulisan ini. Semoga Allah 
memelihara penulisan ini dari kebodohan diri penulis. Jika nanti ada 
kesalahan dalam tulisan ini maka itu semua semata hanya kebodohan 
penulis dan jika ada kebenaran maka itu hanya dari Allah SWT.
 Semoga
 Allah memaafkan setiap dosa penulis, ayah, bunda, guru-guru penulis dan
 segenap kaum muslimin wal muslimat. 
Amin.                                                                                                                                                  
                                                                       
                             Penulis.
 BAB I
 SIAPAKAH ANDA ?
 Kelahiran Kedua.
 Sesungguhnya
 orang mukmin itu dilahirkan dua kali, sedang orang kafir mati dua kali.
 Kelahiran seorang mukmin yang pertama adalah saat ia dilahirkan oleh 
ibunya, yaitu saat nafas mulai berhembus, ia menangis karena kezhaliman 
dan kesesatan yang ada dalam kehidupan ini serta kesulitan dan masalah 
yang akan dihadapinya.
 Kelahiran
 yang kedua adalah ketika mukmin dihidupkan dalam iman Al Qur’an dan 
Assunnah Rasulullah Muhammad SAW. Inilah kehidupan yang sesungguhnya. 
Kehidupan dimana akan beroleh keselamatan seperti sabda Nabi SAW yang 
telah meninggalkan dua hal dimana orang yang memegangnya maka akan 
selamat, yaitu Al Qur’an dan Assunnah.Imam
 Ibnu Jauzy menerangkan tentang As Sunnah dalam kitab Talbis iblisnya. 
As Sunnah itu adalah jalan. Tidak diragukan bahwa ahlun-naqli 
wal-atsari, yaitu orang-orang yang mengikuti jejak Rasulullah dan Para 
Shahabat adalah Ahlus-Sunnah, sebab mereka berada diatas jalan itu, yang
 disana tidak ada hal baru yang diada-adakan dalam agama. Sebab hal-hal 
baru dalam agama itu baru muncul sepeninggal Rasulullah SAW dan Para 
Shahabat. Padahal Allah telah bersabda bahwa Islam telah sempurna, 
seperti dalam firman-Nya :
 “Diharmkan
 bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang 
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang 
jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat 
kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk 
berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, 
(mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini 
orang-orang kafir Telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
 janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari 
Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan 
kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. 
Maka barang siapa terpaksa Karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, 
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”  ( Al Ma’idah : 3
 )
 Jalan
 inilah dimana anda akan beroleh keselamatan di dunia dan di akherat 
kelak. Jalan dimana telah dipersiapkan Pencipta manusia untuk menunjuki 
setiap makhluknya untuk berjalan didalam kehidupan yang penuh duri 
beracun yang siap menancapkan tajamnya di tubuh orang mukmin. Oleh 
karena itu selamatkan diri Anda sebelum sakaratul maut menghampiri Anda.
 Sebelum datangnya janji Allah yang disebut kematian. Padahal kematian 
itu pasti akan datang walaupun Anda tidak mengimaninya. Selamatkan diri 
Anda. Sungguh, hidup ini penuh dengan cobaan, baik yang kita sadari 
sebagai cobaan, maupun tidak kita sadari sebagai cobaan.
 Orang
 kafir mati ketika hatinya mati dan ketika Allah menetapkan kematian 
atasnya seperti kematian hewan, ketika nafas terhenti maka betapa 
 sialnya orang yang mati dalam keadaan kafir.- Ya Allah, jangan matikan 
kami dalam kekafiran-. Hal di atas seperti yang difirmankan Allah dalam 
surat Al Mukmin ayat: 11 :
 “Mereka
 menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau Telah mematikan kami dua kali dan Telah
 menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. 
Maka Adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?”
 Marilah
 memaknai kedua Syahadad kita karena dalam Islam kedua syahadad itu 
bukan hanya persaksian semata tapi memiliki konsekuensi yang harus 
dijalankan oleh orang yang telah mengikrarkannya. Kedua syahadad inilah 
yang menjadi dasar Dienul Islam yang merupakan satu-satunya jalan 
selamat bagi manusia.
 La illaha illallah adalah mentauhidkan Allah ....
 Allah Ta’ala berfirman :
 “
 Orang-orang yang mereka seru itu sebenarnya mereka juga mencari jalan 
kepada Rabb mereka. Siapa diantara mereka yang lebih dekat ( kepada 
Allah ) dan mengharapkan rahmat Nya, serta takut dengan siksa Nya. 
Sesungguhnya siksaan Rabbmu adalah suatu hal yang harus ditakuti. “ ( 
QS. Al Isra’ : 57 ).
 Dalam
 ayat tersebut dijelaskan bantahan terhadap orang-orang musyrik yang 
berdo’a kepada orang0orang shalih dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa 
berdo’a kepada orang shalih adalah syirik.
Juga perkataan Ibrahim Al Khalil As kepada orang-orang kafir 
 “
 Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah, tetapi ( 
aku hanya menyembah ) kepada Rabb yang telah menjadikanku. “ (QS. Az 
Zukhruf : 26-27).
 Dalam
 hal ini Nabi Ibrahim mengecualikan Allah dari sesmbahan selain Nya. 
Sikap berlepas diri terhadap sesembahan selain Allah dan loyal kepada 
Allah adalah tafsiran La illaha illalllah. Juga sabda Nabi Muhammad SAW :
 “
 Barang siapa mengucapkan La illaha illallah dan mengingkari sesembahan 
selain Allah, niscaya terlindungi harta dan darahnya. Sedangkan hisab 
(perhitungannya) terserah kepada Allah. “ ( HR. Muslim ).
 Juga firman Allah SWT :
 “Dan
 sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk 
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di
 antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada
 pula di antaranya orang-orang yang Telah pasti kesesatan baginya. Maka 
berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan 
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”( An Nahl :36 
)                             .                                  Ibnu 
Qayyim mengatakan bahwa thaghut adalah segala sesuatu ( Selain Allah ) 
yang disembah, diikuti dan ditaati sehingga melampui batas oleh 
seseorang hamba,. Umar ra, mengatakan bahwa thaghut adalah setan. Sedang
 Jabir ra mengatakan bahwa thaghut adalah dukun yang selalu didatangi 
setan. Senada dengan mereka Imam Malik mengatakan bahwa thaghut adalah 
segala yang disembah selain 
Allah.                                                                                         
    .
 Muhammadu rasuulullah
 Nabi
 Muhammad SAW, diutus untuk membenarkan yang haq dan menyalahkan yang 
bathil. Beliau diutus dengan membawa bukti yang putih, agama yang 
cemerlang dan syari’at yang toleran. Beliau diutus dengan membawa 
keadilan dan kebajikan, dan membantu kaum kerabat. Beliau diutus dengan 
membawa kebaikan menyebar kedamaian, amal bakti, kecintaan, kebahagiaan,
 keshalihan, keamanan dan iman. Beliau diutus dengan membawa kesucian, 
sholat, zakat, puasa, haji dan jihad serta memerintahkan kepada 
kebajikan dan mencegah kemungkaran. Beliau diutus dengan membawa urusan 
yang tinggi, akhlaq yang mulia, karakter yang baik dan inti keutamaan 
yang mencakup segalanya. Beliau diutus untuk menghancurkan kemusyrikan, 
mengusir kebodohan, memerangi kezhaliman dan mencabut kebathilan. Aku 
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah  dan syari’at yang dibawanya
 adalah kebenaran. Keselamatan yang harus kita taati. Jalan Iman, Al 
qur’an dan Assunah. Aku mendengar dan menjalankan apa yang diperintahkan
 Allah dan Rosulnya itulah makna syahadatain.
 Tiga karakter manusia, dimanakah kita ?                            .
Alif
 laam miin. Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk 
bagi mereka yang bertaqwa,(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib,
 yang mendirikan shalat[, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami 
anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al 
Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah 
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) 
akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, 
dan merekalah orang-orang yang beruntung. Sesungguhnya orang-orang 
kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri 
peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah Telah mengunci-mati 
hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi 
mereka siksa yang amat berat.. Di antara manusia ada yang mengatakan: 
"Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu 
Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.. Mereka hendak menipu Allah
 dan orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya 
sendiri sedang mereka tidak sadar.. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu
 ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, 
disebabkan mereka berdusta.. Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah
 kamu membuat kerusakan di muka bumi". mereka menjawab: "Sesungguhnya 
kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, Sesungguhnya 
mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak 
sadar. Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana 
orang-orang lain Telah beriman." mereka menjawab: "Akan berimankah kami 
sebagaimana orang-orang yang bodoh itu Telah beriman?" Ingatlah, 
Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.
 Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka 
mengatakan: "Kami Telah beriman". dan bila mereka kembali kepada 
syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami 
sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok." Allah akan 
(membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing 
dalam kesesatan mereka. Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan 
dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah 
mereka mendapat petunjuk. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang 
menyalakan api[26], Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah 
hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam 
kegelapan, tidak dapat Melihat. Mereka tuli, bisu dan buta[27], Maka 
tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar), (Al Baqarah : 1-18 )
 Dalam
 surat Al Baqarah ayat 2 – 18  diatas Allah menerangkan pada kita 
tentang tiga karakter manusia. Ayat kedua sampai ayat ke lima 
menerangkan ciri orang bertaqwa. Ayat ke enam dan ketujuh menunjukan 
ciri orang kafir. Sedang selebihnya menunjukkan karakter orang yang 
munafik.                                           .
 Dimanakah
 kita ? jika kita berbeda sebagai orang orang yang beriman dan bertaqwa 
maka bahagialah kita, pertahankan sampai mati kita.:
 “
 Hai orang – orang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar
 – benar taqwa kepada – Nya dan jangan sekali – kali kamu mati kecuali 
dalam keadaan memeluk agama Islam ( Ali Imron : 102 ). Jika ciri – ciri 
dalam diri kita adalah ayat 6 – 18 maka marilah bertaubat sebelum ajal 
menjemput kita. Marilah berusaha terlahir kembali sebagai mukmin yang 
mengamalkan petunjuk Nabi kita. Semoga kita ditolong Allah untuk 
mengikuti Jalan Rosullulah SAW dan para sahabatnya.
 “
 Aku berwasiat kepada kalian untuk tetap bertaqwa kepada Allah ‘Azzawa 
jalla, taat ( kepada pemimpin ) meskipun kalian dipimpin oleh seorang 
budak Habsyi. Karena orang yang hidup sesudahku akan melihat banyak 
perselisihan, karena itu berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah 
Khulafaur Rosiydin yang mendapat petunjuk. Gigitlah kuat-kuat sunnah itu
 dengan  gigi gerahammu dan hindarilah hal-hal baru (dalam agama) karena
 setiap hal-hal baru dalam agama adalah sesat.                 ( HR Abu 
Dawud dan Tirmidzi )
 Mengapa Anda ada ?
 Dalam al Qur’an, Allah menyebutkan mengapa kita diciptakan ;
 ‘ Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin & manusia melainkan supaya beribadah kepadaKu. “ ( Adz Dzariyat : 56 )
 Syaikhul
 Islam Ibnu Taimiyah mendefinisikan ibadah adalah sesuatu ungkapan yang 
mencangkup segala ucapan dan perbuatan baik yang lahir maupun yang batin
 yang dicintai dan diridhai Allah.
 Menjadi
 hamba Allah berarti menyerahkan seluruh hidup agar sesuai dengan 
kehendak Nya untuk mencapai ridha Nya, yakni beramal sebaik mungkin 
tanpa henti untuk mendapatkan ridha Allah, takut hanya kepada Allah dan 
mengarahkan seluruh pikiran, ucapan serta perbuatan untuk tujuan 
tersebut. Allah mengingatkan dalam Al Qur’an :
 “
 Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku 
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An’am : 162).
 Maka
 marirah kita menyadarkan hati kita. Bukankah seharusnya seluruh 
aktifitas kita dalam kehidupan adalah bentuk peribadatan kita kepada 
Pencipta kita karena itulah satu-satunya alasan mengapa kita 
diciptakan.. Tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah.
 BAB II
 DUNIA
 A.    Perumpamaan Dunia.
 Imam Bukhari r.a menjelaskan dengan menggunakan firman Allah SWT :
 “
 Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, 
suatu yang melalaikan, perhiasan, bermegah-megahan antara kamu serta 
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak-anak, seperti hujan 
yang tanam-tanamannya mengagumkan petani, kemudian tanaman itu menjadi 
kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di 
akherat ( nanti ) ada adzab yang keras dan ampunan dari allah serta 
keridhaan Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan 
yang memperdaya. “ ( QS. Al Hadiad : 20 ).
 Selanjutnya
 Imam Bukhari meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad yang telah mengatakan 
bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda :
 “
 Tempat cemeti seseorang di antara kamu di surga lebih baik daripada 
dunia dan segala isinya. Sesungguhnya berpagi hari atau berpetang hari 
di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan segala isinya. “
 ( HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad ).
 Sadarkah
 Anda sekarang bahwa dunia adalah permainan yang menyibukkan tubuh kita 
dan melalaikan hati kita. Sungguh perbandingan dunia ini hanyalah 
seperti yang disabdakan Nabi SAW :
 “
 Tidakkah dunia itu dibandingkan dengan akherat melainkan bagaikan salah
 seorang kamu yang memasukkan jari tangannya ke dalam lautan, 
perhatikanlah apa yang dibawa oleh jari itu ! ( HR. Muslim ).
 Silahkan
 Anda memilih yang mana. Memang dunia itu tunai di hadapan kita tapi 
bukankah laut lebih luas dibandingkan setetes air di jari kita. Saya 
tidak mengajak Anda untuk melalaikan dunia tapi jangan sampai dunia ini 
melalaikan Anda akan kehidupan akherat yang kekal. Kesulitan dan 
kesenangan di dunia ini hanyalah sebentar saja dibandingkan kehidupan 
Anda di akherat.
 Perumpamaan
 dunia adalah seperti ketika Anda masih anak-anak dan sedang 
bermain-main. Anda membuat gedung-gedungan dan rumah-rumahan, kemudian 
ditanamai pohon sekitarnya. Setelah sore hari anda dan teman-teman Anda 
merusaknya. Seperti itulah perumpamaan kehidupan dunia.
 Dari Sa’id Al Khudri r.a bahwasannya Rasulullah SAW bersabda :
 “
 Sesungguhnya dunia ini manis dan mempesona, sedangkan Allah menugaskan 
kamu didalamnya, maka Dia hendak melihat bagaimana kamu berbuat. Karena 
itu takutlah terhadap ( fitnah / godaan ) dunia dan takutlah terhadap ( 
fitnah ) wanita. “ ( HR. Muslim ).
 Sebelum lebih lanjut Anda membaca, saya ingin Anda merenungi nasehat Imam Ibnu Qayyim dalam Kitab Al Fawaaid :
 “
 Sejak diciptakan, manusia terus menerus jadi musafir yang tidak 
berhenti dari perjalanan panjangnya kecuali di surga atau neraka. Orang 
berakal mengetahui bahwa safarinya penuh dengan berbagai kesulitan dan 
cobaan. Adalah mustahil, kelezatan, kenikmatan dan kebahagiaan hakiki 
itu di dapat sebelum sampai kepada tempat tujuan. “
 Jadikanlah
 kehidupan Anda seperti ketika Anda melewati kebun yang penuh duri dan 
ular berbisa serta binatang berbahaya lainnya. Berhati-hatilah jangan 
sampai Anda celaka di dalamnya sehingga Anda akan merugi. 
Berhati-hatilah.
 B.     Dunia Atau Akherat ? Mana Yang Lebih Menarik ?
 Saya yakin Anda telah memilih mana tujuan utama Anda. Alangkah indahnya nasehat Imam Ibnu Jauziy dalam kitabnya Shaidul Khatir :
 “
 Godaan dunia sangatlah beragam adanya. Ada godaan yang muncul dalam 
diri manusia. Baginya, urusan akherat adalah sesuatu yang berada di luar
 tabiatnya, lagi pula akherat merupakan hal yang ghaib. Orang yang 
berilmu mengira daya tarik akherat lebih kuat daripada daya tarik 
dunia., di saat ia mendengarkan nasehat-nasehat dan ancaman yang datang 
dari Al Qur’an. Oh, tidaklah demikian. Perumpamaan tabiat kecenderungan 
manusia kepada dunia laksana air yang terus mengalir mencari daerah yang
 lebih rendah. Untuk mengangkatnya ke atas diperlukan energi dan tenaga.
 Oleh karenanya, syariat menguatkannya dengan kabar gembira dan ancaman 
yang mempertajam akal. Daya tarik tabiat manusia sungguh sangat beragam,
 maka bukanlah hal yang aneh jika ia sering kali menang dalam 
pertarungan. Justru aneh dan ajaib jika kita terkalahkan. Seperti itulah
 ketertarikan kita. Mungkin butuh banyak cambuk untuk menyadarkan kita, 
mana yang kita pilih. Mari mencambuk diri kita dengan sebuah Hadits 
berikut ini :
 Dari
 Anas r.a, dia berkata : “ Rasulullah bersabda: Akan dihadirkan orang 
yang paling nikmat di dunia dari penghuni neraka pada hari kiamat. Lalu 
ia di celup di neraka dengan sekali celupan kemudian di tanya : “ hai 
manusia, apakah kamu pernah melihat kebaikan, apakah kamu pernah 
merasakan kenikmatan ? Maka ia menjawab : “ Tidak pernah, demi Allah ya 
Rabbi.” Dan dihadirkan manusia yang paling menderita dulunya di dunia 
dari penghuni surga, lalu ia dicelupkan dengan sekali celupan di dalam 
surga. Kemudian ia di tanya : “ hai manusia, pernahkah kamu melihat satu
 penderitaan ? pernahkah kau merasakan kesulitan ? “ Maka dia menjawab :
 “ Tidak demi Allah, aku tidak pernah merasakan penderitaan sedikitpun 
dan aku tidak pernah melihat kesusahan sedikitpun “ ( HR. Muslim ).
 Hanya
 butuh satu celupan untuk menghilangkan kata paling yang kita sandang di
 dunia ini. Maka, “ Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau
 pengembara.” ( HR. Bukhari ).
 Sungguh
 Anda mungkin pernah ketemu orang di sore hari tapi keesokan harinya 
sudah meninggal. Padahal ketika seseorang mati, terputuslah semua 
amalnya kecuali tiga hal : Shodaqoh Jariyah, Ilmu yang di ambil 
manfaatnya atau anak shaleh yang mendo’akan dirinya.
 Al
 Ghazali berkata, “ Anak turun Adam itu badannya diibaratkan jaring yang
 dia gunakan untuk mencari amal shaleh. Apabila dia telah mendapatkan 
kebaikan, kemudian dia mati, maka cukuplah baginya, dan dia tidak lagi 
membutuhkan jaring tersebut, yaitu badannya yang telah ia tinggalkan 
setelah dirinya mati. Tidak diragukan lagi bahwa, jika seseorang telah 
meninggal dunia, maka terputuslah keinginan syahwatnya terhadap dunia, 
sedang dirinya hanya menginginkan amal shaleh  sebagai bekal di alam 
kubur. Amabila dia mempunyai amal shaleh, maka dia pun tidak membutuhkan
 apa-apa lagi. Namun bila dia tidak mempunyai amal shaleh, maka dia 
ingin kembali ke dunia lagi, untuk mencari bekal, padahal jaringnya 
telah di ambil darinya. Kemudian dikatakan kepadanya : Amat jauh karena 
telah terlambat. Akhirnya dia pun hanya bingung dan menyesal selamanya, 
karena dahulu dia mengabaikan dalam mencari bekal sebelum jaringnya 
dicabut darinya. Oleh karena itulah Rasulullah SAW bersabda : “ Dan 
pergunakanlah hidupmu sebelum datang kematianmu, sungguh tiada daya dan 
kekuatan kecuali dari pertolongan Allah.”
 Para
 Ulama mengatakan yang intinya, “ Janganlah kamu condong kepada dunia 
dan menjadikannya sebagai tempat tinggal. Dan janganlah membisikkan 
kepada dirimu bahwa kamu akan tinggal begitu lama di dalamnya, dan 
mencurahkan perhatian kepadanya. Dan janganlah terikat dengannya kecuali
 sebatas apa yang diperlukan oleh orang asing yang tinggal di negeri 
lain. Dan janganlah kamu menyibukkan diri dengan hal-hal yang biasanya 
orang asing yang hendak pulang menuju keluarganya tidak ambil peduli.”
 C.     Jika Harus Menjadi ......
 Anda
 mungkin berharap bahwa dunia menjauhi Anda atau mungkin Anda merasa 
tidak akan mampu jika dijauhi dunia. Sungguh Allah tidak mengharamkan 
dunia yang diperoleh dengan halal dan baik, tetapi jangan sampai dunia 
ini memperdaya Anda sehingga Anda lupa bahwa kematian telah menunggu. 
Beramallah ! Beramallah !
 Ada sebuah kisah indah yang diceritakan oleh Abu Hurairah r.a, beliau berkata :
 “
 Demi Allah yang tiada sesembahan yang haq kecuali Dia. Aku pernah 
mengikatkan batu di perutku karena lapar. Sungguh pada suatu hari aku 
pernah duduk di jalan yang dilewati orang-orang. Kemudian Nabi SAW 
melewati saya. Beliau mengetahui apa yang ada di raut muka saya dan apa 
yang ada dalam diri. Kemudian Beliau bersabda : “ Hai Abu Hirr.” Saya 
jawab : “ Labbaik yang Rasulullah.” Beliau bersabda : “ Ikuti Aku !” 
Beliau berjalan maka saya mengikutinya, Beliau masuk rumah, lalu saya 
minta izin masuk dan saya diizinkan, maka saya masuk. ( Di situ ) Beliau
 menemukan susu dalam sebuah mangkuk, Beliau lalu bertanya : “ Dari 
manakah susu ini ?” Mereka menjawab : “ Fulan atau Fulanah menghadiahkan
 untuk Anda .” Beliau berkata : “ Hai Abu Hirr.” Saya menjawab : “ 
Labbaik ya Rasulullah.” Beliau bersabda : “ Pergilah ke ahli shuffah, 
undanglah mereka kemari.” Abu Hurairah berkata : “ Ahlu Shuffah itu 
tamu-tamu Islam, mereka tidak memiliki keluarga, harta atau saudara. 
Apabila Rasulullah SAW mendapatkan sedekah, Beliau langsung mengirim 
kepada mereka, tanpa mengambil sedikitpun darinya. Dan apabila Beliau 
mendapatkan hadiah maka Beliau mengirimkan kepada mereka dan mengambil 
bagian daripadanya serta Beliau ikut makan bersama mereka.” Maka hal itu
 membuat tidak enak dalam hati saya : “ Mengapa susu ini diberikan 
kepada ahli shuffah ?” Saya seharusnya lebih berhak untuk mendapatkan 
bagian satu teguk dari susu ini agar saya bisa kuat. Jika mereka datang 
dan Beliau memerintah saya untuk memberikan kepada mereka, bisa jadi 
saya tidak mendapatkan bagian dari susu ini. Tetapi taat kepada Allah 
dan Rasul Nya adalah pasti ( tidak bisa tidak / ditawar ). Maka saya 
mendatangi mereka dan mengundang mereka. Mereka pun datang dan meminta 
izin. Beliau mengizinkan mereka dan merekapun mengambil tempat duduk di 
rumah itu. Beliau bersabda : “Hai Abu Hirr.” Saya jawab : “Labaik ya 
Rassullullah.” Beliau bersabda : “ Ambillah lalu berikan kepada mereka.”
 Dia berkata : “Saya segera mengambil mangkok tersebut lalu saya berikan
 kepada seseorang, hingga minum puas. Kemudian dia mengembalikan mangkok
 kepadaku, lalu saya berikan kepada orang lain, diapun minum hingga 
puas, kemudian dia mengembalikan mangkok kepadaku, hingga akhirnya saya 
memberikan kepada Rasulullah SAW. –setelah semua orang puas- Beliau 
mengambil mangkok lalu meletakkannya di atas tangannya. Beliau memandang
 saya lalu tersenyum. Beliau berkata : “Hai Abu Hirr.” Saya jawab : 
“Labaik ya Rassullullah.” Beliau berkata : “Tinggal Aku dan kamu.” Saya 
katakan : “Anda benar ya Rasulullah.” Beliau bersabda : “Duduklah lalu 
minumlah.” Maka saya duduk lalu minum. Beliau tidak berhenti mengucapkan
 :”Minumlah.” Sampai saya berkata : “Tidak demi Allah yang mengutus Anda
 dengan kebenaran, saya tidak mendapatkan lagi tempat untuknya (di 
perutku).” Beliau bersabda : “Perlihatkanlah (mangkok itu) padaku.” Maka
 saya memberikannya kepada Beliau. Beliau lalu memuji Allah, menyebut 
nama Nyadan meminum susu yang tersisa.” ( HR. Bukhari ).
 Sungguh
 sebuah kisah yang menawan tentang orang yang paling menawan akhlaknya 
dan yang tahu mana yang diprioritaskan. Seperti dalam sabda Beliau : 
“Seandainya saya memiliki emas sebesar gunung Uhud tentu Aku bergembira 
manakala tidak sampai lewat tiga hari pada emas itu aku tidak 
memilikinya sedikitpun kecuali beberapa dinar yang aku simpan untuk 
keperluan hutang.” ( HR. Bukhari-Muslim ). Sungguh benar pula jika zuhud
 terhadap dunia membuat Allah mencintainya, dan juga sikap zuhudnya 
terhadap apa yang di tangan manusia sehingga berjuta orang mencintainya 
hingga saat ini.
 Juga
 kita lihat salah seorang dari hasil didikan Rasulullah yang berjiwa 
besar dalam mentaati perintah Baliau SAW. Benar pula jika generasi 
sahabat adalah generasi terbaik umat ini. Tetapi di lain pihak Allah 
berfirman :
“Adapun
 orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa dan 
membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan 
menyiapkan baginya jalan yang mudah.” ( QS. Al Lail : 5-7 )  
                         .  
Nabi SAW juga bersabda dalam Hadits yang 
diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a.: “Tidak boleh hasad kecuali kepada dua 
nikmat ; orang yang diberi Al Qur’an oleh Allah maka dia menegakkannya 
disaat-saat malam dan disaat-saat siang dan seseorang yang diberi harta 
kemudian dia menginfaqkannya disaat-saat malam dan disaat-saat siang.” (
 HR. Bukhari-Muslim ).
 Siapapun
 Anda dan apapun cita-cita Anda maka ingatlah bahwa kita hanya sebentar 
di dunia ini. Jadilah muslim yang bermanfaat bagi saudaranya. 
Berlomba-lombalah dalam kebajikan. Bijaklah dalam menjalani kehidupan 
ini. Sikap Qona’ah, ‘iffah serta hemat akan membahagiakan hati Anda. 
Rasulullah juga pernah bersabda :
 “Sungguh
 beruntung orang yang telah masuk Islam dan diberi rizki yang cukup 
serta dijadikan puas oleh Allah terhadap apa yang telah dianugerahkan 
kepadanya.” (HR. Muslim).
 Sebelum saya menutup pembahasan ini mari kita dengar nasehat ulama rabbani Imam Ibnu Al Jauziy :
 Saya
 memperhatikan perihal orang-orang yang memiliki keutamaan. Saya 
mendapati umumnya mereka tidak banyak memiliki harta benda. Saya 
memperhatikan juga dunia memang selalu berada di tangan orang-orang yang
 mencintainya. Saya melihat manusia-manusia utama menyayangkan diri 
mereka, mengapa mereka tidak memiliki apa yang telah dicapai oleh 
manusia-manusia yang tidak sempurna itu, “Alangkah naifnya engkau. 
Engkau melakukan banyak kesalahan.”
 Pertama,
 jika Anda memiliki semangat untuk menggapai dunia, maka bangkitlah dan 
berusahalah untuk menggapainya, niscaya Anda tak akan terus menerus 
mengeluh. Sesungguhnya ketika Anda bermalas-malasan sambil berharap 
memperoleh apa yang diperoleh oleh orang lain selain engkau yang 
bersungguh-sungguh, adalah tindakan bodoh dan pertanda kelemahan jiwa 
Anda.
 Kedua,
 sesungguhnya dunia ini hanya untuk dilalui dan bukan untuk diramaikan. 
Hal itu tentunya telah Anda ketahui dan pahami. Apa yang dicapai oleh 
orang-orang yang sangat cinta akan dunia hanyalah akan menyakitkan badan
 dan merusak agamanya. Jika Anda tahu akan hal itu, kemudian Anda 
meratapi hilangnya sesuatu yang tidak sepatutnya Anda miliki, maka 
kesedihan itu akan menyiksa Anda, karena kelak Anda akan mengetahui 
maslahat dibalik kehilangan itu. Bersabarlah menerima kesedihan itu 
sebagai balasan kini, agar Anda selamat dari siksa yang datang kemudian.
 Ketiga,
 pastilah Anda mengetahui betapa sedikitnya kenikmatan duniawi yang 
diberikan kepada manusia, jika dibandingkan dengan apa yang dirasakan 
oleh binatang. Makhluk Allah itu tampaknya lebih banyak menerima 
kenikmatan daripada yang manusia dapatkan. Binatang bahkan memperolehnya
 dengan tenang, sedangkan Anda mendapatkannya dengan penuh kekhawatiran.
 Oleh karena itu, jika bagian harta Anda dilipatgandakan seperti yang 
Anda kehendaki, maka Anda akan bersama kelompok hewan dan binatang itu.
 Di
 satu sisi, keinginan Anda akan dunia akan mengalihkan perhatian Anda 
dari hal-hal yang mulia, sedangkan ringannya beban duniawi akan 
menggerakkan Anda untuk meraih martabat yang mulia. Jika Anda lebih 
memilih untuk mengedepankan sesuatu yang berlebihan, maka Anda akan 
kembali kepada kondisi seperti dahulu Anda tiada berilmu dan pilihan 
Anda akan kacau.
 Kesimpulannya;
 Dunia ini menjadi arena ujian dan cobaan, maka hendaklah akal 
dikedepankan. Barang siapa yang menyerah kepada hawa nafsunya, ia akan 
sangat mudah celaka. Ini yang berhubungan dengan badan dan dunia. Kini 
coba Anda lakukan perbandingan pada hal-hal yang bersifat ukhrawi.
 “Maka bertaqwalah kamu kepada Allah dan lakukanlah cara yang baik dalam pencarianmu.” (HR. Ibnu Majah dan Al Hakim).
 Saya menulis Bab ini bukan mengajak Anda meninggalkan semua yang ada di dunia, tapi mari kita ingat firman Allah :
“Dan
 carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) 
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari 
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
 Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat 
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang 
yang berbuat kerusakan..” (QS. Al Qashash : 77).
Apabila
 Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan 
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu 
beruntu” (QS. Jumuah : 10).
 Firman
 Allah sungguh sangat jelas menyuruh kita untuk bersegera untuk akherat 
tapi jangan sampai meninggalkan bagian di dunia. Bahkan Allah 
menekankan, “ carilah karunia Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu 
beruntung.”
 Nabi juga pernah bersabda :
 “Sesungguhnya bekerja mencari rizki yang halal itu merupakan kewajiban setelah ibadah fardhu.” (HR. Thabrani & Baihaqy).
 Juga
 jangan sampai kita di dunia ini merendahkan diri kita dengan 
meminta-minta atau menjadi beban bagi orang lain. Umar bin Khatab pernah
 berkata pada ahli Qira’ah,”wahai ahli Qira’ah, berlombalah dalam 
kebaikan, dan carilah karunia dan rizki Allah, janganlah kalian menjadi 
beban hidup orang lain.”
 Hanya kebaikanlah yang saya harap dari tulisan ini.
 Bab III
 WAKTU
 A.                Waktu Adalah ...........
 Yang
 membuat anak kecil berubah dan orang lanjut usia mati adalah perputaran
 pagi dan petang. Apabila malam hari telah menjadikan tua siang harinya 
sesudah itu datanglah hari yang muda. Yang membuat kita berangkat pagi 
dan petang hari adalah keperluan kita. Dan keperluan orang hidup itu 
tiada habis-habisnya. Dan selama ia masih hidup keperluan itu tetap ada 
padanya. ( Syair Arab Kuno ).
 Waktu
 adalah yang membuat bayi menjadi anak kemudian remaja, kemudian dewasa,
 kemudian tua, kemudian mati. Waktu berjalan ke depan dan tak pernah 
mundur. Imam Ahmad mengatakan,”Demi Allah, aku tidak punya perumpamaan 
bagi masa muda, kecuali hanya seperti sesuatu yang mulanya berada di 
tanganku, kemudian terjatuh darinya.”
 Seandainya seorang tua jika bisa muda kembali tentu tidak akan menyia-nyiakan masa yang sangat mahal harganya.
 Waktu
 yang berlalu dalam kehidupan setiap manusia akan diperhitungkan kelak. 
Berapa lama usianya yang ia gunakan untuk beribadah kepada Allah yang 
merupakan tugas utama manusia. Sungguh setiap detik yang telah berlalu 
tak dapat di ulang lagi. Allah SWT berfirman :
“
 Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : "Ya Tuhan kami, keluarkanlah
 kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan 
yang Telah kami kerjakan". dan apakah kami tidak memanjangkan umurmu 
dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan 
(apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah 
(azab kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang 
penolongpun” (QS. Faatir : 37).
 Bahkan Allah SWT bersumpah dalam Al ‘Asr :
“Demi
 masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang 
yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk 
kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”(QS. Al ‘Asr : 1-3).
 Imam
 Syafi’i mengomentari surat tersebut,”Seandainya Allah SWT menurunkan 
surat ini saja tanpa surat-surat yang lain, niscaya sudah cukup bagi 
manusia.” Sungguh komentar yang mungkin mengejutkan Anda. Mengapa Imam 
Syafi’i yang terkenal kealimannya sampai mengatakan seperti itu.
 Surat
 ini menyebutkan orang yang merugi adalah orang yang menyia-nyiakan 
waktunya. Orang yang beruntung adalah orang yang beriman, mengerjakan 
kebajikan dan saling menasehati tentang kebenaran dan kesabaran dalam 
hidup mereka. Sungguh demi Allah, waktu memang sangat berharga. Dengan 
demikian waktu hidup manusia akan berjalan dengan baik.
 B.                 Bagaiman Salafus Shalih Menggunakan Waktunya ?
 Ada
 beberapa orang yang menemui seorang ulama salaf, kemudian mereka 
berkata,”Barangkali kami telah menyibukkanmu.” Orang Alim itu 
berkata,”Aku benarkan perkataanmu karena saat engkau masuk aku sedang 
membaca, tapi saat ini aku tinggalkan demi engkau sekalian.”
 Suatu
 ketika ada seorang ahli ibadah datang ke tempat Sary as Saqty. Orang 
itu melihat banyak kumpulan manusia di sekitar Sary, lalu berkata,” Jika
 duduk bersama mereka aku akan menjadi seorang penganggur.”
 Ada
 sekelompok manusia yang duduk-duduk di majlis Ma’ruf Al Khardi dan 
mereka berlama-lama. Melihat gejala itu, berkatalah Ma’ruf,”Sesungguhnya
 Penguasa Matahari (Allah) tidak pernah berhenti memutar rotasinya. 
Apakah kalian tidak akan bangun dari tempat duduk kalian.”
 Suatu
 saat ada seseorang yang berkata kepada Amir bin Qais,”Bangunlah, aku 
ingin berbicara padamu.” Dia kemudian berkata,”Jika begitu yang engkau 
mau, peganglah matahari agar dia berhenti berputar.”
 Coba
 kita renungkan, betapa mahalnya waktu untuk kita sia-siakan. Betapa 
sering kita menghabiskan waktu kita dengan sia-sia sehingga terlepaslah 
banyak sekali pahala dari tangan kita. Usman Al Baqilawi adalah seorang 
ulama yang tak pernah lepas dari dzikir. Dia pernah 
berkata,”Sesungguhnya saat berbuka, aku merasakan sepertinya ruhku lepas
 karena aku disibukkan oleh makanan hingga tak bisa berdzikir.”
 Beberapa
 ulama salaf memberi nasehat kepada para sahabatnya,”Jika kalian keluar 
dari tempatku ini, berpencarlah karena mungkin diantara kalian ada yang 
membaca Al Qur’an di tengah jalan. Jika berjalan berbondong-bondong, 
kalian akan terus mengobrol.”
 Imam
 Hasan Al Bashri pernah mengingatkan,”Ketika fajar menjelang, maka waktu
 akan berseru, Hai anak Adam, aku adalah makhluk baru dan aku menjadi 
saksi terhadap amalmu. Maka berbekallah denganku, sebab jika aku sudah 
lewat, tak mungkin bisa kembali lagi sampai kiamat.
 Apakah
 Anda mengira waktu Anda masih panjang? Sudah berapa teman sebaya Anda 
yang sudah meninggal? Bukankah selalu ada kemungkinan yang berikutnya 
meninggal adalah Anda? Mari kencangkan ikat pinggang untuk berlomba 
dengan waktu untuk menggapai ridha Allah.
 Jangan Menunda Pekerjaan
 Rasulullah
 pernah memegang pundak Ibnu Umar r.a, kemudian bersbda,”Jadilah engkau 
di dunia ini seperti orang asing atau pengembara.” Ibnu Umar berkata : 
apa bila kamu berada diwaktu sore, maka janganlah kamu menunggu hingga 
pagi hari, apa bila kamu berada pada waktu pagi, maka janganlah kamu 
menunggu hingga waktu sore hari. Manfaatkanlah hidupmu sebelum datang 
kematianmu. (HR.bukhori).
 Imam
 nawawi menjelaskan hadits diatassebagai berikut, “jadilah engkau 
didunia ini seperti orang asing atau seorang pengembara. Maksudnya 
janganlah kamu menganggapnya sebagai negrimu, jangan sampai jiwamu ingin
 tinggal selamanya didalamnya, jangan cenderung kepadanya dan janganlah 
kamu bergantung kepadanya kecuali seperti bergantungnya orang asing 
kepada negri yang bukan tempat tinggalnya, ia ingin pergi meninggalkan 
negri tersebut dan kembali kepada keluarganya. Ini adalah makna ucapan 
salman alfarisi ra, “kekasihku saw. Memerintahku agar aku tidak 
mengambil dari dunia ini kecuali hanya seperti bekal orang yang 
bepergian”. Dalam hadits ini terdapat dalil agar tidak panjang 
angan-angan, segera bertaubat dan mempersiapkan diri menghadapi maut. 
Jiaka kamu berangan-angan maka ucapkanlah: insyaAlloh ta’ala.
 “dan
 sekali-kali janganlah kamu mengatakan terhadap sesuatu: “sesungguhnya 
aku akan mengerjakan besok pagi.” Kecuali [dengan menyebut] : insya 
Alloh (apa bila Alloh menghendaki). “(QS. Al-kahfi: 23-24)
 Untuk
 nasehat Ibnu umar maka mari kita menyimak komentar syeikh Usaimin: 
“kemudian nasehat ini diambil dari Abdullah ibnu Umar yang tulus dari 
hatinya. Oleh karena itu dia berkata, “apabila kamu berada diwaktu sore,
 maka janganlah kamu menunggu hingga pagi hari dan apabila kamu berada 
diwaktu pagi maka janganlah kamu menunngu hingga sore hari. “maksudnya 
apabila kamu berada disore hari maka jangan katakan: aku akan tinggal 
sampai pagi. Berapa banyak orang berada pada waktu sore,tetapi tidak 
sampai waktu pagi.demikian juga ucapan dia:”Dan apabila kamu berada pada
 waktu pagi,maka janganlah kamu menunggu hingga sore hari.” berapa 
banyak orang yang berada pada waktu pagi,tetapi tidak sampai waktu sore.
 Maksud ibnu umar adalah agar setiap orang benar-benar memanfaatkan 
waktu luangnya sehingga dia disibukkan oleh urusan dunia dalam keadaan 
tidak sadar. Dia berkata :” Dan manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum 
datang waktu sakitmu.”Maksudnya bersegeralah beramal ketika sehat 
sebelum waktu sakit.Seeorang biasanya malas beramal ketika dalam kondisi
 sehat karena dia merasa sehat,hatinya lapang dan jiwanya senang.Namun 
ketika sakit dadanya menjadi sempit ,jiwanya tidak senang dan tidak 
malas beramal.”Dan manfaatkanlah hidupmu sebelum kematianmu.”ya’ni 
manfaatkanlah hidupmu ini selagi kami masih hidup mati.Ketika seseorang 
telah mati,maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal:shodaqoh 
jariyah,ilmu yang diambil manfaatnya atau anak sholeh yang mendoakan 
dirinya.
 Jika
 dua penjelasan itu belum membuat anda meninggalkan menunda 
pekerjaan,maka simaklah sekelumit nasehat imam Ibnu Jauzi:”Orang yang 
cerdas adalah orang yang bertekat melakukan apa yang mungkin dilakukan 
dengan cara memetakan segala kemungkinan dalam otak dan pikirannya.Ia 
akan selalu melakukan apa saja yang mungkin untuk dikerjakan demi tujuan
 itu.Jika ajalnya masih panjang, ia sungguh beruntung,dan jika umurnya 
pendek,ia sebenarnya telah melakukan yang terbaik”
 Kerjakanlah
 amal yang bisa anda kerjakan saat ini.Menunda pekerjaan adalah menumpuk
 pekerjaan yang akan anda kerjakan nanti.Padahal akan ada pekerjaan 
baru.Dan nanti anda harus mengerjakan pekerjaan baru dan mengerjakan 
pekerjaan yang anda tunda.Saat itu anda punya dua pilihan yaitu 
mengerjakan dengan ‘stessing’ yang tinggi atau meninggalkannya tidak 
dikerjakan.
 Saya
 ingin anda mengingat sebuah ungkapan,”waktu adalah pedang”.Anda bisa 
membabat musuh dengan berani atau pedang itu justru akan melukai bahkan 
membunuh anda.Ingat juga setajam pedang ditangan anda akan tidak berguna
 jika anda tidak bisa atau takut menggunakan pedang itu.Jadilah ksatria 
hebat yang siap menggunakan pedang dan ketika pedang di tangan anda maka
 jadilah ksatria yang gagah berani yang berjuang di jalan Allah.
 “gunakanlah
 lima perkara sebelum datang lima perkara lainnya ; gunakanlah masa 
mudamu sebelum masa tuamu, masa hidupmu sebelum kematianmu, waktu 
luangmu sebelum waktu sibukmu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, 
waktu kayamu sebelum  waktu miskinmu.” (HR. Baihaqi, ibnu Abi Syikal, Al
 quda’i, Abu Na’im, imam Hakim)
 BAB IV
 BEKAL PENGEMBARAAN KEHIDUPAN
 A. Niat Yang Ikhlas
 Seorang
 pengembara seharusnya memiliki tujuan yang akan ditujunya.Niat 
merupakan tolok ukur keabsahan setiap amal.Ulama’ salaf pun senang 
meniatkan semua kegiatan hidupnya untuk beribadah meraih ridho Allah 
karena itulah alasan manusia diciptakan.Niat yang benar merupakan salah 
satu amal yang benar,maka jika jika niatnya rusak maka 
jelaslahnkerusakan amal.Amal yang disertai niat ( yang benar) mempunyai 
tiga keadaan:
 Pertama,mengerjakan suatu amalan karena takut kepada Allah ta’ala. Ini adalah ibadah para hamba sahaya.
 Kedua,mengerjakan amalan tersebut untuk mendapatkan surga dan pahala.ini adalah ibadah pedagang.
 Ketiga,mengerjakan
 amalan tersebut karena malu kepada Allah ta’la,selain itu untuk 
menunaikan kewajiban beribadah dan sebagai cerminan rasa syukur sembari 
melihat kekurangan dirinya serta hatinya selalu khawatir karena dirinya 
tidak tahu apakah amalnya diterima atau tidak.ini adalah ibadahnya orang
 merdeka.Ibadah jenis ini telah diisyaratkan Rosulullah ketika ditanya 
Aisyah mengapa beliau beliau shalat malam sampai telapak kakinya 
pecah-pecah,dan jawaban beliau: “Bukankah aku harus menjadi hamba yang 
bersyukur.”(HR.Bukhori-Muslim)
 Tiga
 amalan ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang ikhlas.Lafadz ikhlas 
menunjukkan pengertian jernih,bersih dan suci dari campuran dan 
pencemaran.Sesuatu yang murni artinya bersih tanpa ada campuran, baik 
yang bersifat materi ataupun non materi. Dikatakan,”Aku memurnikan 
keta’atanku hanya kepada Allah.” Artinya hanya ditujukan karena Allah 
tanpa riya’. Al-Fa’iruzabadi mengatakan,”Ikhlas karena Allah.”artinya 
meninggalkan riya’ dan pamer.
 Ikhlas
 merupakan istilah tauhid.Orang-orang yang ikhlas adalah mereka yang 
mengesakan Allah dan merupakan hamba-hamba-Nya yang terpilih.Adapun 
pengertian ikhlas menurut pengertian syara’adalah seperti yang 
diungkapakan Ibnu Qoyim rahimahumullah berikut:” Mengesakan Allah yang 
Hak dalam berniat melakukan keta’atan,bertujuan hanya kepada-Nya tanpa 
mempersekutukannya dengan sesuatu apapun.”
 Adapun ungkapan ulama’ salaf rahimahumullah sehubungan dengan pengertian ikhlas antara lain:
 1.Melakukan amal karena Allah semata,tiada bagian bagi selain Allah di dalamnya.
 2.Mengasakan Allah yang Hak dalam berniat melakukan keta’tan.
 3.Membersihkan amal dari perhatian makhluk.
 4.membersihkan amalk dari setiap pencemaran yang dapat mengeruhkan kemurniannya.
 Orang
 yang ikhlas adalah seorang yang tidak peduli meskipun semua penghargaan
 dalam kalbu orang lain lenyap kalau harus demikian jalannya,demi meraih
 kebaikan hubungan kalbunya dengan Allah , sedang dia tidak menginginkan
 sama sekali ada orang lain yang mengetahui  amal kebaikannya barang 
seberat dzarah pun.Allah SWT telah berfirman:”Katakanlah.”Hanya Allah 
saja yang aku sembah dengan memurnikan keta’atan  kepada-Nya dalam 
(menjalankan)agamaku.”(QS Azzumar:14)
 “Katakanlah:
 sesungguhnya shalatku , ibadahku , hidupku dan matiku , hanya untuk 
Allah, Tuhan semesta alam , tiada sekutu baginya , dan demikian itulah 
yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama 
menyerahkan diri (kepada Allah).”(QS:Al An’aam;162-163)
 Keikhlasan
 kadang diikuti penyakit ujub.Maka dari itu jika anda merasa bangga 
dengan amalannya,maka terhapuslah kadang juga tercampur dengan riya’ 
sehingga mengotori tauhid anda. Al Fudhail Ibnu ‘Iyadh 
berkata,”Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’,sedangkan 
mengerjakan amalan karena manusia adalah syirik.Ikhlas adalah jika Allah
 menyelamatkan dirimu dari keduanya”Makna ucapan beliau adalah jika anda
 bertekat bulatmengerjakan suatu ibadah namun anda meninggalkannya 
karena khawatir akan dipuji orang maka hal itu adalah riya’.Namun anda 
meninggalkannya untuk mengerjakannya di tempat sepi yang tidakterlihat 
orang maka itu disunahkan dengan syarat amalan itu bukan amalan wajib 
seperti shlat lima waktu atau zakat wajib.Atau bukan seorang ‘alim yang 
diteladani.Jika syarat itu dipenuhi maka mengerjakan amal dengan 
terang-terangan itu lebih utama .Demikian pula jika anda melakukan amal 
karena seseorang maka itu termasuk syirik.Dalam sebuah hadits qudsi 
Allah ta’ala berfirman,”Aku adalah dzat yang paling tidak membutuhkan 
persekutuan.Oleh karena itu barang siapa mengerjakan suatu amalan yang 
ia persekutukan untuk-Ku bersama selain-Ku mak Aku terlepas dari 
dirinya.”(HR.Muslim,Ibnu Majah,Ahmad dan Aththaya lisi).Semoga kita 
terhindar dari ujub,riya’ dan sum’ah (Melakukan sembunyi kemudian 
menceritakan kepada orang lain). Ikhlaslah dalam beribadah,menjalani 
ibadah dan menghadapi cobaan.
 B.Ilmu Agama
 Jika
 alasan Allah SWT menciptakan manusia adalah untuk menyembah dalam 
artian melakukan hal-hal yang diridhoi-Nya maka sudah seharusnya kita 
mempelajari apa yang membuat Allah ridho. Syariat islamlah yang akan 
menunjukkan hal-hal yang diridhoai-Nya dan mendapatkan kebaikan 
dikehidupan ini.”Barang siapa yang dikehandaki kebaikan oleh Allah,maka 
Allah akan menjadikan faqih (paham) dalam Agama.”(HR Bukhari-Muslim) 
Allah SWT berfirman: “Dialah yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) 
petunjuk dan agama yang benar.”(Attaubah:33) Petunjuk itu adalah ilmu 
yang bermanfaat dan agama yang benar adalah amal saleh.
 Allah
 memerintah Nabi-Nya untuk memohon ditambah ilmu ‘Dan katakanlah,”Ya 
Tuhanku,tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”(Attaahaa:114)
 Alhafizh
 Ibnu Hajar berkata,”Ayat ini amat jelas menerangkan tentang keutamaan 
ilmu pengetahuan.Karena Allah tidak memerintahkan Nabi-Nya untuk meminta
 tambahan sesuatu kecuali meminta tambahan ilmu pengetahuan.Nabi SAW. 
Menamakan majelis yang di dalamnya terdapat orang yang mempelari ilmu 
yang bermanfaat dengan istilah “Taman surga”’juga juga memberitahukan 
bahwa ‘ulama adalah pewaris para Nabi.”
 Tentunya
 , seseorang sebelum melakukan suatu perbuatan, ia harus mengetahui cara
 mngerjakan perbuatan itu dengan benar. Sehingga perbuatannya itu 
menjadi benar dan memberikan hasil yang diinginkan.
 Dalam kaitan antara ilmu penegetahuan dan amal , manusia terbagi menjadi tiga golongan:
 1.
 Mereka yang mempelajari ilmu yang bermanfaat dan mengamalkan amal 
amalan saleh.Mereka itu telah diberikan hidayah oleh Allah kepada jalan 
orang-orang yang diberikan nikmat yaitu para nabi shiddiqiin,syuhada dan
 shalihin.
 2.
 Mereka yang mempelajari ilmu yang bermanfaat tapi tidak beramal 
dengannya.Mereka itu adalah orang-orang yangmendapat murka dari 
Allah,yaitu orang-orang yahudi dan pengikutnya.
 3.
 Orang-orang yang beramal tanpa ilmu.Mereka itu adalah orang-orang yang 
tersesat dari kalangan nasranidan orang-orng yang mengikuti mereka.
 Ketiga
 golongan di atas terngkum dalam firman Allah SWT: “Tunjukkanlah kami 
jalan yang lurus,(yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat
 kepada mereka,bukan (jalan) mereka yang dimurkaidan bukan (pula jalan) 
mereka yang sesat.”(Alfatihah:6-7).
 Syaikh
 Muhammad bin Abdul wahab berkata,”sedangkan firman Allah,”bukan (jalan)
 mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang 
sesat,”maksudnya dengan orang-orang yang dimurkai adalah para ‘Ulama 
yang tak beramal dengan ilmu mereka.Sedangkan orang-orang  yang sesat 
adlah mereka yang beramal tanpa ilmu.Yang pertama adalah sifat 
orang-orang yahudi , sedangkan yang kedua adalah sifat orang-orang 
nasrani.
 Perlu
 anda ketahui pula ilmu yang paling bermanfaat adalah ilmu yang 
didapatkan dari Al qur’an dan asunnah,dengan memahami dan 
mentadaburinya, sambil meminta bimbingan dari para guru yang mumpuni 
dalam hal ilmu tafsir,syarah haditds,kitab fiqih,kitab nahwu dan bahasa 
Arab yang merupakan bahasa al Qur’an.karena ilmu-ilmu tadi adalah jalan 
memahami Alqur’an dan Asunnah.
 Ilmu
 itu juga berkembang dan bertambah baik dengan adanya ‘amal 
perbuatan.Maka,jika anda beramal dengan ilmu yang adna ketahui,niscaya 
Allah akan menambah ilmu kepada anda. Allah berfirman:
 “Dan bertaqwalah kepada Allah.Allah mengajarmu,dan Allah maha mengetahui segala sesuatu.”(QS Albaqoroh:282).
 Allah SWT juga memuji para ‘ulama yang beramal shleh dengan meninggikan derajat mereka dalam alqur’an:
 “Katakanlah,”adakah
 sama orang-orang yang mengetahui dengan oarang-orang yang tidak 
mengetahui? “Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima 
pelajaran.”(Azzumar:9).
 “Allah
 akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang 
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah maha mengetahui 
apa yang kamu kerjakan.”(al Mujaadilah:11).
 Dalam
 ayat ini Allah menjelaskan keutamaan orang-orang yang mempunyai ilmu 
pengetahuan yang disertai dengan keimanan.Kemudian dia memberitahukan 
bahwa Dia maha mengetahui tentang apa yang kita kerjakan dan 
mengawasinya. Hal ini untuk menujukkan kepada kita bahwa harus ada ilmu 
dan amal sekaligus,dan semua itu hendaknya lahir dari keimanan dan 
muraqabah kepada Allah.
 Rasulullah
 melakukan shalat malam sampai kakinya bengkak.Abu bakar selalu sedih 
dan menangis.umar terlihat garis di pipi bekas tangisnya.Utsman yang 
menghatamkan Al Qur’an dalam sekali sholat.Ali  menangis di mihrabnya 
hingga janggutnya basah oleh air mata.Hasan Bashri hidup dalam kesusahan
 semasa hidupnya.sufyan ats-tsauri menangis darah karena takut kepada 
Allah yang akan menghanguskan rasa takut kepada selain Allah.
 C.Taqwa
 Muadz
 bin jabal r.a adalah seorang sahabat yang mempunyai keduduka yang 
sangat tinggi di sisi rasulullah SAW karena baliau SAW pernah bersabda 
kepadanya,” Hai Mu’adz, sesungguhnya aku mencintaimu.”
 Mari kita mengingat apa yang disabdakan Nabi kepada Mu’adz ketika menugaskan sebagai duta ke negeri Yaman :
 “hai
 mu’adz, bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada dan iringilah 
keburukan dengan kebaikan,niscaya kebaikan akan dapat menghapuskannya 
dan perlakukanlah orang lain dengan akhlak yang baik!”
 Padahal
 Mu’adz adalah sahabat besar dan termasuk pimpinan kaum serta salah 
seorang yang paling ‘alim masalah halal & haram.nabi SAW sangat 
percaya kepadanya dan mengutusnya ke berbagai wilayah yang cukup 
banyak,termasuk negeri Yaman yang mengangkatnya sebagai qadhi dan 
hakim.Pada hari kiamat nanti,semua ‘ulama dihimpunkan dibawah panji 
mu’adz bin jabal.
 Sahabat
 Ibnu mas’ud yang termasuk sahabat muhajirin pernah berkata tentang 
Mu’adz,”sesungguhnya Mu’adz adalah pemimpin yang patuh kepada Allah lagi
 hanif dan dia bukan orang-orang yang musyrik.Meskipun ke’aliman Mu’adz 
sehebat itu.nabi tetap berpesan,”Bertaqwalah kamu kepada Allah dimanapun
 kamu berada...”Sehebat apakah kata taqwa sehingga sahabat sekaliber 
mu’adz bin Jabal masih membutuhkan nasehat untuk bertaqwa?
 ”Umar
 ra. Pernah bertanya kepada ubay bin ka’ab ra:”Apakah taqwa itu?”Ubay 
balik bertanya:”Wahai Amirul mukminin, pernahkah engkau menempuh jalan 
yang banyak anak durinya?
 Umar
 menjawab:”ya, pernah.” Ubay bertanya:”Lalu apakah yang engkau lakukan? 
“Umar menjawab:”Aku angkat betisku seraya memandang ke tempat-tampat 
yang telah ddinjak oleh telapak kakiku, lalu aku memajukan salah satu 
kakiku atau memundurkan yang lainnya karena aku takut bila kakiku 
tertusuk duri.” Ubay bin ka’ab pun barkata:”demikianlah gambaran taqwa, 
yaitu menyingsingkan lengan baju untuk mengerjakan keta’atan, membedakan
 mana yang halal dfan mana yang haram, bersikap hatio-hati agra tidak 
tergelincir dan senantiasa merasa takut Tuhan Yang Maha besar Lagi Maha 
Tinggi.”
 Sedangkan
 lafadz at taqwa adalah bentuk isim at-tuqo, sedangkan bentuk masdarnya 
adalah at-ittiqo diambil dari materi waqa.Berasal dari al-wiqoyah yang 
artinya sesuatu yang dijadikan sarana pelindung oleh manusia untuk 
menghindari diri dari sesuatu yang membahayakan. Dengan demikian 
al-wiqoyah artinya pelindung sesuatu.
 Ibnu
 rajab telah mengatakan bahwa pengertrian asal taqwa ialah bila 
seseorang hamaba membuat pelinadung antara dirinya dan hal-hal yang 
ditakuti dan diwaspadai agar terhindar darinya.
 Imam
 Ibnul Qoyyim sehubungan dengan definisi taqwa menurut pengertian 
syari’at telah mengatakan bahwa hakikat taqwa itu ialah mengerjakan 
keta’atan kepada Allah karena Iman dan mengharapkan pahala-Nya,baik yang
 berkaitan dengan perintah maupun larangan.Oleh karena itu, seseorang 
hamba yang bertaqwa akan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah, 
karena beriman kepada Dia yang memerintahkannya dan mempercayai akan 
janji-Nya. Dia meninggalkan apa yangdilarang oleh-Nya karena beriman 
kepada dia yang melarang dan takut akan ancamannya.
 Pengertian taqwa itu mengandung tiga tingkatan:
 1.Menghindarkan
 diri dari berbagai penyebab yang dapat mengekalkan pelakunya di dalam 
neraka, yaitu kesyirikan dan kekafiran dengan cara mengikuti ajaran dan 
memurnikannya.
 2.Menghindarkan
 diri dari segala hal yang mendatangkan adzab di dalam neraka meskipun 
hanya sebentar, baik berupa dosa-dosa besar maupun dosa-dosa kecil yang 
sudah dikenal dalam istilah syari’at.
 3.hendaknya
 seorang hamba enggan melakukan hal-hal yang memalingkan dirinya dari 
Allah meskipun hal itu berupa perkara yang diperbolehkan, sebab dapat 
memalingkan perhatiannya dari menempuh jalan Allah atau memperlambat 
perjalanannya.Dan hal ini merupakan tingkatan yang dapat diraih oleh 
orang-orang yang sempurna ketaqwaannya lagi mempunyai kedudukan yang 
tinggi, karena sesungguhnya menyibukkan diri dengan hal-hal yang 
diperbolehkan dapat memalingkan kalbu pelakunya dari Allah, dan ada 
kalanya akan membuat klbunya menjadi keras, sehingga dengan mudah ia 
dapat terjerumus ke dalam berbagai hal yang dimakruhkan dan lambat laun 
tidak menutup kemungkinan bila pelakunya akan terjerumus ke dalam 
hal-hal yang haram.
 Allah SWT berfirman:
 “Hai
 orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan 
sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan jangan sekali-kali kamu mati kecuali 
dalam keadaan memeluk agama Islam(QS Ali Imrain:102)
 “dan
 perihalah dirimu dari (adzab yang terjadi pada) hari yang pada waktu 
itu kamu semua dikembalikan kepada allah, kemudian masing-masing diri 
diberi balasan yang smpurna atas apa yang telah dikerjakannya, sedang 
mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan) ‘(QS albaqoroh:281)
 Bertaqwalah
 kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa. Jagalah diri anda dari api 
neraka! Jagalah anda dari dosa-dosa meskipun hanya dosa kecil karena 
gunung adalah kumpulan dari batu kerikil.Berhati-hatilah dalam menjalani
 hidup seperti kehatia-hatian Anda ketika berjalan di hutan penuh duri. 
Pakailah perisai taqwa Anda sebelum panah iblis menembus dada Anda.
 ‘takutlah 
 kepada Yang Maha Agung Allah Swt. Mengamalkan wahyu yang diturunkan-Nya
 artinya mengaku dirinya bertaqwa kepada Allah, kemudian tidak menganal 
dengan cara apa ia bertaqwa dan taqwanya bukan berdasarkan keterangan 
dari Al Kitab dan sunnah, berarti dia bukanlah seorang yang bertaqwa. 
Puas dengan sedikit rizqi, artinya Anda tidakk menjadikan dunia sebagai 
pusat peerhatian Anda, tetapi cukup bagi Anda darinya sebagaimana apa 
yang dianggap cukup oleh seorang musafir. Berbekalah untuk hari 
keberangkatan yakni hari kemudian dalam kehidupan yang kekal.  Demikian 
nasehat Ali bin Abi Thalib ketika beliau ditanya tentang taqwa.
 Bertaqwalah karena sabaik-baiknya bekal adalah taqwa dan semoga kita beruntung menjadi golongan orang-ornag yang bertaqwa. Amin.
 D. Tawakal
 Menurut
 istilah bahasa, Tawakal ialah mengandalkan, menyerahkan, dan mewakilkan
 suatu  urusan kepada seseorang, yakni menyerahkan dan mempercayakan 
urusan itu untuk ditanganinya. Tawakkal artinya sama dengan mengakui 
ketidakmampuan diri dan mengandalkan kepda orang lain.
 Syekh
 Ibnu ‘Utsaimin telah mengatakan, “Tawakkal ialah mempercayakan 
sepenuhnyab kepada Allah yang dapat mendatangkan manfaat dan menolak 
bahaya disertai dengan upaya menjalankan semua penyebab yang 
diperintahkan oleh Allah sebagai realisasinya.
 Pengertian
 tawakal tidak bisa lepas dari usaha menempuh berbagai penyebab yang 
diperbolehkan syariat. Tawakkal ialah percaya kepada Allah dan berpegang
 teguh pada-Nya disertai dengan upaya menempuh berbagai penyebab. 
Tawakal adalah memadukan dua hal di atas secara tepat. Tetapi penyebab 
tidak boleh kita yakini sebagai pemberi tetapi cukup sebagai penyebab 
datangnya ketentuan Allah.
 Akan
 tetapi tawakal harus sesuai antara lisan dan hati. Tawakal harus kita 
tanamkan dalam kalbu kita agar jika semua penyebab telah kita lakukan 
tetapi gagal kita tidak boleh langsung frustasi seperti orang-orang 
matrealistis. Orang mukmin selalu mempunyai harapan untuk mendapatkan 
keberuntungan meskipun usahanya gagal karena kita yakin hanya Allah lah 
yang mampu mendatangkan manfaat dan menolak bahaya.
 Ibnu
 Qayim telah mengatakan bahwa tawakal adalah separuh agama, sedangkan 
separuh yang lainnya terletak pada inabah, karena sesungguhnya agama itu
 pada intinya terletak pada meminta pertolongan kepda Tuhan dan 
menghambakan diri kepada-Nya. Kedudukan tawakal dalam hal ini tak 
ubahnya bagaikan meminta pertolongan, sedang kedudukan inabah sama 
halnya dengan ibadah.
 Kedudukan
 tawakal memang sangat diperlukan oleh semua hamba Allah. Apabila mereka
 mendapat suatu masalah, mereka pasti meminta tolong kepada Allah seraya
 kembali kepadanya dengan penuh rasa tawakal. Dengan demikian, Allahpun 
akan meleyapkan kesulitan dan memberi kemudahan serta merealisasikan 
bagi hamba yang bersangkutan apa yang diinginka, sehingga dia merasa 
tenang hatinya, teduh jiwanya lahi ridha dengan apa yang telah 
ditetapkan dan ditakdirkan oleh Allah atas dirinya, serta menghargainya 
dengan sepenuh hati.
 “Hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawaqal jika kamu benar-benar beriman.”(Q.S. Al-Maaidah : 23)
 D.                Ridha
 Menurut
 syariat, Ridha seorang hamba kepada Allah artinya hamba yang 
bersangkutan tidak pernah mengeluh terhadap apa yang ditetapkan oleh 
takdir-Nya. Adapun ridha Allah kepada hamba-Nya ialah bila sang hamba 
terlihat tetap mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
 Allah berfirman :
 “Pada
 hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah kucukupkan 
kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhai Islam itu jadi agamamu.” (Q.S. Al 
Maaidah : 3).
 Allah
 telah meridhai Islam sebagai jalan hidup manusia. Allah meridhai Jika 
Anda pasrah kepada perintah-Nya dan patuh dalam ketaatan kepada-Nya 
dengan mengerjakan semua hal yang telah Allah perintahkan kepada Anda 
dan Anda pasrah dan tunduk  patuh kepada syari’at Nya sebagai tanda 
keta’atan Anda kepada-Nya.
 Para
 sahabat ketika mereka berjihad di jalan Allah mengikuti Nabi-Nya, 
membela  syari’at Nya, menyebarkan agama-Nya dan menyampaikan syariat 
Nya kepada generasi penerusnya, maka mereka mendapat imbalan berupa 
keridhaan Allah seperti disebutkan dalam firmanNya :
 “Sesungguhnya
 Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji 
setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada di 
dalam hati mereka, lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi 
balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (Q.s. Al 
Fath : 18).
 Rasulullah telah mengajarkan kita untuk membaca :
 “Aku ridha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai nabi anutanku.” (HR. Muslim).
 Ridha
 Allah sebagai Tuhan berarti ridha mencintai-Nya semata, ridha 
menyembah-Nya semata, takut dan berharap hanya kepada-Nya, merendahkan 
diri dihadapan-Nya, beriman kepada pengaturan-Nya dan menyukainnya, 
bertawakal dan meminta pertolongan hanya kepada Nya, dan ridha kepada 
apa yang telah diperbuat-Nya. Anda ridha kepada apa yang telah 
ditakdirkan-Nya dan ridha dengan hukum Nya juga meridhai apapun yang 
ditetapkan atas Anda.
 Ridha
 kepada nabi Muhammad Saw sebagai nabi artinya Anda beriman kepadanay, 
patuh kepadanya, dan pasrah kepda perintahnya. Hendaknya beliau Saw 
lebih dipentingkan daripada Anda sendiri, bahkan seharusnya Anda rela 
mati untuk membelanya. Ridha terhadap sunnahnya adalah Anda menjadikan 
beliau Saw sebagai hakim dalam permasalahan Anda. Anda mentaati 
perintahnya dan meninggalkan larangannya.
 Sedang
 pengertian ridha dengan Islam sebagai agama adalah apa saja yang ada 
dalam Islam, baik berupa hukum perintah maupun larangan, maka seharusnya
 meridhai secara keseluruhan, tanpa ada rasa keberatan meski sedikitnya 
Anda pasrah menerima Islam secara lengkap.Anda tetap berpegang dengan 
prinsip ini meskipun harus bertentangan dengan kesenangan anda, meskipun
 sebagian besar manusia menyalahinya, meskipun jalan terjal yang harus 
anda hadapi dan meskipun banyak musuh yang akan menghadang anda.
 Kemudian
 jika anda telah Ridho Allah sebagai Tuhan, Muhammad SAW. Sebagai 
utusan-Nya dan Islam sebagai agama maka,Allah akan meridhoi Anda. Begitu
 besar ridho Allah itu bahkan Allah ketika menyebutkan nikmat surgawi 
maka Allah berfirman:”Dan keridhaan Allah adalah lebih besar”(QS At 
Taubah:72)
 Ridho
 adalah sifat Allah, sedang surga adalah makhluk dan sifat Allah jelas 
jauh lebih besar daripada makhluk-Nya. Keridhaan Allah adalah yang 
dicari oleh para nabi dan para Syuhada.
 Marilah
 berjuang untuk menggapai Riodha-Nya meskipun semua manusia akan 
memusuhi Anda.Asalkan Allah ridho maka cukuplah keridhaan-Nya.
 F.Syukur.
 Syukur
 berarti memperlihatkan pengaruh nikmat Ilahi pada diri seorang hamba 
pada kalbunya dengan beriman, pada lisannya dengan pujian dan sanjungan 
dan pada anggota tubuhnya dengan mengerjakan amal ibadah dan keta’atan. 
Syukur adalah kunci kebahagiaan dan merupakan salah satu nimat yang 
besar bagi seorang mukmin. Allah menyandingkan syukur dengan iaman dalam
 firmannya:
 “mengapa allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman(QS An nisaa’:147)
 bahkan
 allah tidak ingin mengadzab makhluknya yang bersyukur dan beiman.Dalam 
Al Qur’an juga disebutkan apa yang diucap sulaiman As:
 “Ini
 teremasuk karunia tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyujur atau 
mengingkari (nikmat-Nya). Barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya
 dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang 
ingkar maka sesungguhnya Rabbku Maha kaya lagi Maha murka.”(QA 
An_Naml:40)
 Jadi
 manusia diuji di dunia ini kemudian dengan ujian itu maka akan 
diketahui mana hamba-Nya yang bersyukur. Allah juga bejanji akakn 
menambah nikmat kepada hamba-Nya yang bersyukur juga akan mengadzab 
hambanya yang mengkufuri nikmat-Nya.Allah meridhoi sikab bersyukur dan 
tidak meridhoi kebaikan. Tetapi meskipun begitu utamanya syukur, tapi 
allah menggambarkan bahwa hambanya yang bersyukur adalah golongan 
minoritas:
 “dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang banyak bersyukur.”(QS Saba’:13)
 Sehubungan
 dngan hal ini,Imam Ahmad telah meriayatkan sebuah atsar darui ibnul 
Khatab bahwa pada suatu hari ia mendengar sorang lelaki mengatakan dalam
 do’anya;”Ya Allah jadikanlah aku termasuk golongan yang sedikit.” ‘Umar
 pun bertanya;”Apa yang kamu maksudkan dalam do’amu itu?” Lelaki 
tersebut menjawab:’Wahai amirul mukminin, bukankah Allah telah berfirman
 melalui ayat berikut:
 “Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit (QS hud:40), “Dan se
 dikit
 sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur.”(QS Saba’:13),”..Kecuali 
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih;dan amat 
sedikitlah mereka ini.”(QS Shaad:24)
 setelah itu barulah ‘Umar  berkata,’kamu benar!”
 Imam Ibnu Qoyim dalam kitabnya Madarijus salikhin telah menyebutkan pula hal yang berkaitan dengaan syukur:
 1.Sesungguhnya bersyukur kepada Allah merupakan amal yang menduduki peringkat yang tertinggi.
 2.berdyukur
 mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada ridho dan 
tambahannya.Karena ridho sendiri sudah termasuk dalam syukur dan 
mustahil sebuah kesyukuran tanpa keridhaan.
 3.separuh dari iman adalhg syukur dan separuhnya adalh sabar.
 4.Allah memerintahkan syukur dan melarang kufur.
 5.Allah memuji orang-orang yang bersyukur dan memberikan kepada mereka predikat sebagai makhluk-Nya yang terpilih.
 6.Allah menjadikan bersyukur menjadikan tujuan dari penciptaan makhluk-Nya dan perintah-Nya.
 7.Allah menjanjikan kepada para pelakunya dengan balasan terbaik.
 8.Allah menjadikan  sebagai penyebab bertambahnya karuni dari-Nya.
 9.bersyukur menjadi penjaga dan pemelihara nikmat.
 10.hanya orang-orang yang bersyukurlah yang beroleh manfaat dari ayat-ayat-Nya.
 11.Allah
 membelah sebagian dari asma’-Nya asysyakuur sebagai predikat buat para 
pelakunya dalam arti kata dapat menghambakan pelakunya kepada yang 
disyukurinya, bahkan akan menjadi penyebab bagi pelakunya untuk kembali 
mendapat imbalan dari yang disyukurinya.
 12.Bersyukur merupakan tujuan Tuhan dari hamba Nya.
 13.Allah
 menamai diri Nya  Syakir dan Syakuur,dan menamai orang-orang yang 
bersyukur dengan sebutan ini, dalam arti kata Allah memberikan kepada 
mereka sebutan sebagian dari asma’nya. Cukup menjadi bukti bahwa Allah 
mencintai dan memberi karunia kepada orang-orang yang bersyukur.
 14.Allah memberi tahu bahwa sedikit sekali hamba-Nya yang bersyukur.
 15.dengan mensyukuri nikmat, maka nikmat pasti akan bertambah.
 Bersyukur
 melibatkan tiga hal, yaitu kalbu, lisan dan seluruh anggota tubuh. Nabi
 muhammad SAW. Selalu membasahi lisannya dengan dzikir. Kakinya melepuh 
karena melakukan shalat malam. Lalu jika Nabi SAW. Mencontohkan pada 
kita untuk bersyukur maka apa yng membuat anda meninggalkannya?.
 Setiap
 detik yang kita lalui dalam keimanan adalah nikmat. Nafas saat 
berdzikir adalah nikmat.mata yang terjaga ketika jihad. Sungguh betapa 
benyak nikmat yang luput dari perhatian kita sehingga kita lupa 
bersyukur. “Rabb Ilhamkanlah dalam diri kami untuk bersyukur.”
 F.Sabar.
 Imam
 Ahmad meriwayatkan sebuah atsar dari ‘Umar ibnul Khatab ra. Yang telah 
mengatakan,” Kami jumpai sebaik-baik penghidupan kemi berada dalm 
kesabaran,” Sungguh mulia sifat sabar,Yaitu: Sabar terhadap perintah 
Allah, sabar menjauhi larangan Allah juga sabar dalam menerima takdir.
 Orang
 sering mengira bahwa sabar adalah sebuah keharusan ketika menghadapi 
takdir saja, padahal sabar itu lebih luas, Sabar adalah obat penawar 
bagi cobaan dimana kita hidaup dalam berbagai macam cobaan. Sabar adalah
 pilihan dan jika anda memilih kesabaran maka beruntunglah Anda.
 Allah SWT. berfirman:
 ‘Hai
 orang-orang yang beriman bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu 
dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu)dan bertaqwalah kepada
 Allah supaya kamu beruntung.”(QS: Ali Imran:200).
 Sabar
 adalah menahan diri dari apa yang dibencinya dengan ridha dan rela. 
Seorang muslim menahan diri dari berbuat maksiat yang 
menggiurkan,melaksanakan keta’atan meskipun terasa berat, ia menahan 
diri dari cobaan yang menimpanya tanpa berkeluh kesah terhadap takdir 
menunjukkan ketidak ridhaannya sedang sikpanya yangtidak ridha terhadap 
takdir Allah berarti mengecam Allah SWT. Sabar menjanjikan pahala 
sedangkan ketidakabaran menjanjikan dosa.
 Sabar
 adalah sesuatu yang sangat berat yang bisa didapat dengan melatih diri 
dengan sebenar-benarnya. Allah ta’la menjanjikan keberuntungan yang 
banyak, salah satunya tergambar dalam firman Allah SWT:
 “Hai
 orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran 
kalian dan tetaplah bersiapsiaga (di perbatasan negeri kalian) dan 
bertaqwalah kepaa Allah supaya kalian beruntung(Ali Imran:200)
“sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”(AZ Zumar:10)
Juga dalam sabda Rasulullah SAW:
“Luar
 biasa urusan orang mukmin, sesungguhnya semua urusan itu baik, dan itu 
semua tidak dimiliki kecuali oleh orang mukmin. Jika ia mendapatkan 
kebahagiaan, ia bersyukur dan itu sangat baik baginya. Jika ia ditimpa 
cobaan, ia bersabar dan itu sangat baik baik baginya.” (HR Bukhory)
“
 Sesungguhnya besarnya pahala itu ssuai dengan besarnya ujian. Jika 
Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Maka barang siapa ridha 
maka ia mendapatkan keridhaan dan barang siapa murka maka ia mendapatkan
 kemurkaan (HR: tirmidzi, Ibnu Majah)
Begitu
 mulianya sabar, Sungguh mulia orang muslim yang bertahan dari siksa 
ketika memegang agama Allah mereka tetap bersabar dengan cobaan dan 
mencari keridhaan-Nya. Sahabat Khatab bin Al-Arat ra bercerita:
“Kami
 mengadu kepada rasulullah SAW. Yang ketika itu barsandar dikain di 
bawah ka’bah dan kami berkata,” kenapa engkau tidak meminta pertolongan 
untuk kita?’ Rosulullah SAW kemudian kemudian bersabda, “Sungguh salah 
seorang sebelum kalian ditangkap, dibuatkan galian, ia dimasukkan 
kedalmnya, gergaji didatngkan kepadanya, kemudian deletakkan di 
kepalanya hingga kepalanya terbelah menjadi dua, dan ia disisir dengan 
sisir dari besi yang menyisir dagingnya dan tulangnya, namun hal 
tersebut tidak memalingkan dari agama Allah.”(HR: Bukhari).
Bersabarlah
 orang muslim, harapkan ridha Allah ta’ala, bertahan, tidak mengeluh, 
tidak membalas keburukan dengan keburukan yang sama namun membalas 
kejahatan dengan kebaikan, dan maafkanlah:
“Tetapi
 orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang 
demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan” (Asy-Ssyura:43)
Mari
 kita simak senuah nasehat indah dari imam Ibnul jauzi,’ Saya senantiasa
 menunggu pahala yang baik dari Allah atas pekerjaan saya. Saya biarkan 
semuanya berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Saya berharap kesabaran 
ini berbuah ganjaran hingga saya dapat merasakan kedalamannya. Saya 
sadar bahwa pahala kesabaran sering Allah percepat namun sering pula Dia
 tunda. Andai dia mempercepatnya, saya tidak akan pernah ragu akan 
pahala yang akan saya peroleh. Sesungguhnya manusia yang akan 
meninggalkan sesuatu karena Allah, Dia akan menggantinya dengan yang 
lebih baik.”
G. Adil
Adil
 adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Maka bagi orang muslim adil 
adalh sebuah keharusan. Muslim harus adil dalam ucapan, perbuatan dan 
bahkan dalm segala hal sehingga menjadi akhlak yang ada pada dirinya.
Firma Allah Ta’la:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.”(An-Nahl:90)
Bahkan
 Nabi SAW. Bersabda bahwa salah satu dari golongan yang akan dinaungi 
oleh AllahSWT dalam naungan-Nya  pada hari dimana tidak ada lagi naungan
 kecuali naungan Allah adalah pemimpin yang adil. Orang yang telah 
memiliki sifat adil maka dia tidak akan condong kepada nafsu dan syahwat
 dan juga tidak berbuat zhalim sehingga Allah akan mencintainya dan 
mendapat keridhaan Nya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya
 orang-orang yang adil di sisi Allah berada di mimbar-mimbar dari cahaya
 ,yaitu orang-orang yang adil dalam hukum mereka, keluarga mereka dan 
(amanah) yang diberikan kepada mereka.”(HR Muslim)
“Penghuni
 surga itu tiga golongan;pemimpin yang adil dan mendapat taufik, orang 
yang penyayang hatinya, lembut terhadap setiap kerabat dekat dan orang 
islam, dan orang yang hidup dengan bersih, berusaha untuk tetap 
bersih(dengan kerja keras) sedang ia memiliki tanggungan keluarga yang 
banyak.”(HR muslim).
Syeikh
 Abu Bakar jabir Al Jazairi menulis dalam minhajul muslimnya, bahwa adil
 memiliki fenomena-fenomena yang baik sekali, antara lain adalah:
1.                  Adil
 kepada Allah ta’la dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun 
dalam menyembah-Nya dan sifat-sifat-Nya,ta’at kepada-Nya, dzikir 
kepada-Nya dan syukur kepadanya.
2.                  Adil dalam memberikan keputusan hukum kepada manusia dengan memberikan hak kepada pemiliknya.
3.                  Adil
 diantara istri-istrinya dan anak-anak dengan dengan tidak melebihkan 
salah satu istri  atas istri-istri yang lain, atau salah satu anak atas 
anak-anak yang lain.
4.                  Adil dalam perkataan dengan tidak bersaksi dengan kesaksian palsu dan tidak dikatakan sebagai orang pembohong.
5.                  Adil
 dalam keyakinan dengan tidak meyakini kecuali kebenaran, kejujuran dan 
dirinya tidak dipuji dengan sesuatu yang tidak ada pada dirinya.
Semoga kita dapat berbuat adil pada diri kita,  setiap keputusan kita dan adil dalam segala perbuatan kita.
H.Benar & Jujur.
Kebenaran
 disamping sebagai sesuatu yang harus dimiliki tapi kebenaran adalah 
penyempurna iman dan pelengkap keislaman, karena Allah memerintahkan 
dalam firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaknya kalian bersama orang-orang yang benar. (AtTaubah:119)
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad SAW) dan, membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa (Az zumar:33)
Rasullah SAW. Juga bersbada:
“Hendaklah
 kalian benar, karena kebenaran membawa kepada kebaikan dan kebaikan 
membawa ke surga. Seseorang itu selalu benar dan memilih kebenaran 
hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang benar. Tinggalkan 
oleh kalian kebohongan, karena kebohongan membawa keburukan dan 
keburukan membawa ke neraka. Seseorang selalu berbohong dan memilih 
kebohongan hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pembohong.”(HR 
Muslim).
Betapa
 mulianya kebenaran sehingga dapat mengantarkan pemiliknya ke surga. 
Mari kita jujur pada diri kita dan jujur terhadap segala hal sehingga 
Allah mencatat sebagai orang yang benar. Kejujuran adalah bekal mencari 
kebenaran dan kebenaran yang akan mengantarkan kita ke surga-Nya.
BAB V
KETIKA MUSIBAH MENYAPA
A.Musibah Untuk Hamba.
Allah SWT  Dzat yang memberikan kita kehidupan, setelah menetapkan hidup kita di dunia ini sebagai ujian. Allah berfirman:
“Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk mengujimu, siapakah di antara kamu semua yang baik amalnya. (Al Mulk:2).
“Sungguh,
 kami pasti akan mengujimu dengan sebagian dari rasa takut, lapar, serta
 kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira 
kepada orang-orang yang sabar.”(Al baqoroh:155)
Musibah
 atau bencana adalah bagian dari kehidupan. Musibah satu berganti 
bencana  yang lain seperti iringan pena yang menggores kata demi kata 
sehingga menjadi sebuah puisi kehidupan. Jika Anda menharap kebahagiaan 
hakiki di dunia ini maka anda sulit sekali mendapatkannya karena seakan 
setiap langkah kita di kehidupan selalu dihadapkan dengan ujian demi 
ujian kemudian Allah memberi obat bagi kedukaan:
“(yaitu)
 Orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan “Inna 
lillahi wa inna ‘ilaihi raji’un (sesungguhnya Kita milik Allah dan 
sesungguhnya kepada-Nya kita kembali) Mereka itulah yang mendapat 
keberkatan yang semnpurna dan rahmat dari rabb mereka dan mereka itulah 
 orang-orang yang mendapat petunjuk (Al Baqoroh:156-157)
Jujunungan kita Nabi Muhammad SAW. Membrikan beberapa tips dalam meredam perihnya duka kehidupan:
“Tidak
 ada seorangpun tertimpa musibah lantas mengucapkan “innalillahi wa inna
 ilaihi rajiun, allahuma’ jurni fi musibati wa aklif li khoiron minha 
(sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kami kembali.
 Ya Allah berilah aku pahala  dalam musibahku dan berilah pula aku 
penngganti yang lebih baik darinya) Kecuali Allah pasti memberikan 
pahala kepadanya atas musibahnya itu dan memberinya pula pengganti yng 
lebih baik darinya (HR Ahmad)
Do’a
 dalam hadits di atas merupakan obat bagi kita yng tertimpa musibah. 
Jika anda merenungi do’a itu maka anda akan menemui penawar bagi segala 
macam musibah dan Anda pasti akan merasa terhibur.
Seorang
 hamba menyadari bahwa dia dan semua yang dimilikinya di dunia ini 
adalah pinjaman dari Allah dan ketika  Yang memiliki  mengambil 
pinjamannya maka sudah seharusnya ikhlas memberikannya. Kepemilikan 
hamba terhadapnya hanyalah kesenangan yang dipinjamkan dalam jangka 
waktu yang sudah ditentukan Nya. Hamba bukanla yang mengadakan dari 
ketiadaan dan tidak bisa menjaganya ketika ada dan juga tidak bisa 
mengekalkannya dalam kehendaknya sehingga secara hakiki kita tidak 
memilkanya . Dalam penggunannya ada batasan-batasan yang membatasi 
seperti seorang budak yang dipinjami sesuatu oleh majikannya sehungga 
tidak bisa menggunakan semaunya sendiri. Tempat kembali seorang hamba 
hamba adalah kepada tuanya yang sejati. Hamba akan dihadapkan kepada-Nya
 hanya bertemankan amalnya. Lalu apakah masih pantas seorang budak yang 
dipinjami sesuatu kemudian diambil pemiliknya merasa berhak menahannya.
Sesuatu
 yang telah ditakdirkan memnimpa dirinya tidak akan dihindari begitu 
pula apa yang ditakdirkan terhindar darinya tidak akan menimpanya. Allah
 SWT berfirman: “Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan 
(tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab 
(lauh mahfudz) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian 
itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu )supaya 
kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya 
kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.Dan
 Allah tidak menytukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan 
diri.”(Al Hadid:22-23).
Musibah
 adalah sebuah keharusan dalam kehidupan kita. Setiap kesenangan kadang 
akan diikuti musibah yang bertubi-tubi. Jangan pernah mengeluh karena 
mengeluh tidak akan mengurangi kepedihan duka. Bersabarlah! Jangan 
sampai pahala kesabaran hilang dari hadapan Anda ketika musibah datang.
“Orang-orang
 pada hari kiamat berangan-angan andaikata dulu kulitnya digergaji di 
dunia karena (besarnya) pahala orang-orang yang terkena bala’ yang 
mereka lihat.”(HR Tirmidzi)
Musibah
 juga merupakan tungku penggodok untuk memilih siapa hamba yang ridho 
dan mencintai Allah.”Sesungguhnya ujian adalah tanda kecintaan Allah 
pada kita. Yang sebenarnya musibah adalah kemurkaan Allah.
B.Mengapa Diuji?
“Apakah
 kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu 
(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahlu sebelum kamu. Mereka 
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan 
bermacam-macam cobaan) sehingga sehingga berkatalah Rosul dan 
orang-orang yang beriman bersamanya:”kapankah datang pertolonganAllah?” 
Ingatr, sesungguhnya pertolongan Allah itru dekat(QS Albaqoroh:214)
Jika
 anda ditanya dimana tempat yang ingin anda tempati diakhirat kelak, 
pasti anda akan memilih surga sebagai tempat kembali. Mungkin anda juga 
masih tetap memeprtanyakan mengapa Anda masih diuji. Atau Anda akan 
memilih sabar tanpa menanyakan mengapa karena Anda yakin takdir Allah 
adalah takdir terbaik atau Anda melakukan keduanya?
“Apakah
 kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum nyata bagi Allah
 ornag-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang 
sabar.”(QS Ali Imran:142).
Pembuktian.
 Mungkin kata itu akan menjawab pertanyaan Anda. Pembuktian tentang 
siapa Anda. Pembuktian apa yang ada pada diri sehingga layakkah anda 
mendapatkan balasan kemenangan. Sungguh indah seruan para Mujahid ketika
 berperang di jalan Allah:
“       Sesungguhnya kemenanganitu hanya hanya membutuhkan kesabaran sesaat!”
Kesabaranlah
 yang akan membuktikan siap yang berdiri terakhir. Gigitlah Alqur’an dan
 sunnah maka jangan bersedih jika musibah menimpa anda selama Allah 
bersama Anda. Kebersamaan (ma’iyyah) Allah seperti tertuli dalam firman 
Allah SWT:
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”(Al Baqoroh:153)
“sesungguhnya
 Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang bertaqwa 
dan orang-orang yang berbuat baik.”(An Nahl:128)
“Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik.”(QS Al ankabut:69)
C.                 Yang Tegar Menghadapi Musibah.
Ibrahim
 as mengahadapi cobaan yang berat tetapi dia tetap sabar karena meyakini
 keesaan Allah dan janji-Nya. Ketika tubuhnya dilempar ke dalam bara api
 yang besar , dia berkata: “cukuplah Allah sebagai penolongku, Dia 
adalah sebaik-baik pelindung.”
Ketika
 Allah memerintahkan menyembelih putranya maka, dengan sabar dia 
membaringkan Isma’il dan akhirnya diganti oleh Allah dengan seekor 
kambing.
Siang
 dan malam selama 950 tahun Nabi nuh As Berdakwah baik secara 
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Tiada satu kesempatan yang 
dilewatkan oleh Nabu Nuh As.
Nabi
 ayub menderita penyakit yang membuat dia dikucilkan, namun janji Allah 
membuat dia dikucilkan, namun janji Allah membuat dia bersabar dan ridho
 terhadap takdirnya.
Nabi
 musa mengalami berbagai ancaman dan gangguan dari kaumnya dan juga kaum
 fir’aun, tetapi dia tetap bersabar sampai Nabi Muhammad SAW. memujinya.
“Semoga
 Allah merahmati Musa sesungguhnya dia telah disakiti dengan perlakuan 
yang lebih parah daripada ini namun dia tetap bersabar.”(HR Bukhari).
Penutup
 Para Nabi, Muhammad SAW. Sudah banyak sekali menerima gangguandari 
kaumnya. Mereka menuduhnya sebagai orang gila, tukang sihir, pendusta 
dan berbagai macam gangguan fisik maupun psikis.
Mereka
 membunuhi sebagian sahabat-sahabat dan menyiksa sebagian yang lain, 
bukankah sangat berat ketika melihat pengikut setianya disiksa dan 
dibunuh di depan matanya.Belau berjumpa dengan sebagian dari mereka yang
 disiksa dan tiada yang bisa dilakukannya kecuali bersabda:
“Bersabarlah wahai keluarga yasir, karena sesungguhnya pahala yang dijanjikan untuk kalian nanti di surga “
Beliau
 tetap sabar menghadapi cobaan demi cobaan dalam menyampaikan risalah 
tuhannya. Bahkan setelah hijrah ke Madinah tetap saja cobaan demi cobaan
 menghampirinya. Hingga akhirnya Allah mewafatkannya setelah sempurna 
risalah islam.
Demikian
 pula dengan sahabat-sahabatnya, seperti Bilal, Sumayyah, 
Shuhaib,’Ammar,Miqdad dan abu Bakar semoga Allah meridhoi mereka dan 
mencukupkan mereka dengan limpahan pahala dan balasan yang setimpal bagi
 mereka. Bilal disiksa di bawah terik matahari, sahabat lain yang 
bernama Habib bin Yazid r.a yang diutus pada musailamah al kadzab tetapi
 malah dibunuh lalu menyalibnya. Seorang wanita yang ditingal syahid 
oleh ayah, saudara dan suaminya tetap tegar menghadapi hidup meski 
begitu berat.
Begitu
 juga para tabi’in penerus para sahabat Abu Qibbah termasuk orang yang 
diuji di tubuh dan agamanya akhirnya meninggal setelah melarikan diri 
demi agamanya akhirnya mati dengan seluruh anggota tubuhnya tak 
berfungsi. Ahmad bin Nashr al Khuza’iy tetap tegar sampai dipancung demi
 mempertahankan keyakinannya. Imam Ahmad dipenjara juga demi memegang 
keyakinannya bahwa Al Qur’an adalah kalam Allah.
Semoga kita mendapatkan akhlak mulia seperti mereka dalam menghadapi ujian kehidupan. Amin
Akhir
 dari Risalah adalah Alhamdulillah’alla kulli hal. Penulis Berharap 
semoga ini menjadi amal penulis yang mengalirkan pahala kepada penulis 
dan orang-orang yang telah berjasa kepada penulis mulai dari kedua orang
 tua penulis, guru-guru penulis dan siapa saja yang berjasa sehingga 
risalah ini ada di hadapan pembaca. Semua kebenaran datangnya dari Allah
 dan mohonkanlah ampun buat kesalahan yang penulis lakukan. 
Shalawat
 dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad 
Shalallahu’alaihi wa Sallam dan semua orang yang mengikuti jalanya 
hingga hari kiamat kelak.
DAFTAR PUSTAKA
1.                  Al-Qur’aanul Karim.
2.                  Indahnya Kerlip Cahaya Al Qur’an, Muhammad Ali Ash Shabuni, Media Hidayah Publiser, 2005, Bandung.
3.                  Riyadhus Shalihin 1, Abu Zakariya An Nawawi, Takhrij M. Nasiruddin Al Albani, Duta Ilmu, 2004, Surabaya.
4.                  Riyadhus Shalihin 2, Abu Zakariya An Nawawi, Takhrij M. Nasiruddin Al Albani, Duta Ilmu, 2004, Surabaya.
5.                  Kitab Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Media Hidayah, 2004, Yogyakarta.
6.                  Syarah Kitab Tauhid 1, Muhammad Al Utsaimin, Darul Falah, 2003, Jakarta.
7.                  Kitab Tauhid 1, Shalih Al Fauzan, Darul Haq, 2006, Jakarta.
8.                  Cambuk Hati, ‘Aidh bin Abdullah Al Qarni, Irsyad Baitus Salam, 2004, Bandung.
9.                  Silsilah Amalan Hati, Muhammad bin Shalih Al Munajid, Irsyad Baitus Salam, 2006, Bandung.
10.              Fiqih Sehari-Hari, Shalih Al Fauzan, Gema Insani Press, 2006, Depok.
11.              Shaidul Khatir, Ibnu Al Jauzy, Maghfirah Pustaka, 2006, Jakarta.
12.              Perangkap Setan, Ibnul Jauzy, Pustaka Al-Kautsar, 2005, Jakarta Timur.
13.              Penawar Hati Yang Sakit, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Gema Insani Press, 2003, Jakarta.
14.              Meredam Duka Saat Menghadapi Musibah, Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah, Al -Qowam, 2006, Solo.
15.              Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, Afzalurrahman, Yayasan Swarna Bhumy, 2000, Jakarta.
16.              Zero To Hero, Sholikhin Abu Izzudin, Pro-U Media, 2006, Yogyakarta.
17.              Dalam Selimut Kabut Maksiat, Abu Umar Basyir, Rumah Dzikir, 2006, Solo.
*Karya tulis saya beberapa tahun yang lalu, pernah saya publikasikan di http://joushuf.blogspot.co.id/2011/01/menghadapi-kehidupan.html  pada jumat, 14 Januari 2011. Semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment