Tuesday, 3 November 2015

Berdiri Tegar Menghadapi Kehidupan *

Oleh : TR. Yusuf

Kata Pengantar
Bismillahirrahmaanirrahim,
Segala puji bagi Allah Yang Maha Berkuasa lagi Maha Penyayang. Dialah Yang Esa yang telah menurunkan dinul Islam sebagai  jalan selamat dunia akhirat. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata. Dialah Rabb langit & bumi serta yang berada diantara keduanya. Aku bersaksi bahwa Muhammas SAW. Adalah hamba segaligus utusan-Nya. Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada beliau yang menjadi penyampai islam kepada manusia, semoga juga tercurahkan kepada keluarga dan para sahabat beliau yang merupakan sosok-sosok pilihan.
Allah Berfirman:
“(Dialah) yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa diantara kamu  yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha perkasa, Maha Pengampun.”(Al Mulk:2)
Di tengah maraknya kebudayaan barat yang tengah menyerang kita seakan kaum muslimin kehilangan jati dirinya sebagai soerang muslim sehingga banyak dari kita yang lebih berpikir materialistis dan seakan hidup kita hanya untuk di dunia ini saja. Penulis ingin bernostalgia kembali dengan fitrah diri kita yang butuh akan Islam sebagai jalan hidup bukan hanya sebagai pemenuh kebutuhan spiritual semata.. Semoga risalah ini menjadi teman dikala harus berdiri tegar menghadapi kehidupan.
Semoga risalah ini bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan bagi saudara sesama muslim yang mau mengambil manfaat dari tulisan ini. Semoga Allah memelihara penulisan ini dari kebodohan diri penulis. Jika nanti ada kesalahan dalam tulisan ini maka itu semua semata hanya kebodohan penulis dan jika ada kebenaran maka itu hanya dari Allah SWT.
Semoga Allah memaafkan setiap dosa penulis, ayah, bunda, guru-guru penulis dan segenap kaum muslimin wal muslimat. Amin.                                                                                                                                                                                                                                                      Penulis.


BAB I
SIAPAKAH ANDA ?
Kelahiran Kedua.
Sesungguhnya orang mukmin itu dilahirkan dua kali, sedang orang kafir mati dua kali. Kelahiran seorang mukmin yang pertama adalah saat ia dilahirkan oleh ibunya, yaitu saat nafas mulai berhembus, ia menangis karena kezhaliman dan kesesatan yang ada dalam kehidupan ini serta kesulitan dan masalah yang akan dihadapinya.
Kelahiran yang kedua adalah ketika mukmin dihidupkan dalam iman Al Qur’an dan Assunnah Rasulullah Muhammad SAW. Inilah kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan dimana akan beroleh keselamatan seperti sabda Nabi SAW yang telah meninggalkan dua hal dimana orang yang memegangnya maka akan selamat, yaitu Al Qur’an dan Assunnah.Imam Ibnu Jauzy menerangkan tentang As Sunnah dalam kitab Talbis iblisnya. As Sunnah itu adalah jalan. Tidak diragukan bahwa ahlun-naqli wal-atsari, yaitu orang-orang yang mengikuti jejak Rasulullah dan Para Shahabat adalah Ahlus-Sunnah, sebab mereka berada diatas jalan itu, yang disana tidak ada hal baru yang diada-adakan dalam agama. Sebab hal-hal baru dalam agama itu baru muncul sepeninggal Rasulullah SAW dan Para Shahabat. Padahal Allah telah bersabda bahwa Islam telah sempurna, seperti dalam firman-Nya :
Diharmkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir Telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa Karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”  ( Al Ma’idah : 3 )
Jalan inilah dimana anda akan beroleh keselamatan di dunia dan di akherat kelak. Jalan dimana telah dipersiapkan Pencipta manusia untuk menunjuki setiap makhluknya untuk berjalan didalam kehidupan yang penuh duri beracun yang siap menancapkan tajamnya di tubuh orang mukmin. Oleh karena itu selamatkan diri Anda sebelum sakaratul maut menghampiri Anda. Sebelum datangnya janji Allah yang disebut kematian. Padahal kematian itu pasti akan datang walaupun Anda tidak mengimaninya. Selamatkan diri Anda. Sungguh, hidup ini penuh dengan cobaan, baik yang kita sadari sebagai cobaan, maupun tidak kita sadari sebagai cobaan.
Orang kafir mati ketika hatinya mati dan ketika Allah menetapkan kematian atasnya seperti kematian hewan, ketika nafas terhenti maka betapa  sialnya orang yang mati dalam keadaan kafir.- Ya Allah, jangan matikan kami dalam kekafiran-. Hal di atas seperti yang difirmankan Allah dalam surat Al Mukmin ayat: 11 :
“Mereka menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau Telah mematikan kami dua kali dan Telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka Adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?”
Marilah memaknai kedua Syahadad kita karena dalam Islam kedua syahadad itu bukan hanya persaksian semata tapi memiliki konsekuensi yang harus dijalankan oleh orang yang telah mengikrarkannya. Kedua syahadad inilah yang menjadi dasar Dienul Islam yang merupakan satu-satunya jalan selamat bagi manusia.
La illaha illallah adalah mentauhidkan Allah ....
Allah Ta’ala berfirman :
“ Orang-orang yang mereka seru itu sebenarnya mereka juga mencari jalan kepada Rabb mereka. Siapa diantara mereka yang lebih dekat ( kepada Allah ) dan mengharapkan rahmat Nya, serta takut dengan siksa Nya. Sesungguhnya siksaan Rabbmu adalah suatu hal yang harus ditakuti. “ ( QS. Al Isra’ : 57 ).
Dalam ayat tersebut dijelaskan bantahan terhadap orang-orang musyrik yang berdo’a kepada orang0orang shalih dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa berdo’a kepada orang shalih adalah syirik.
Juga perkataan Ibrahim Al Khalil As kepada orang-orang kafir
“ Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah, tetapi ( aku hanya menyembah ) kepada Rabb yang telah menjadikanku. “ (QS. Az Zukhruf : 26-27).
Dalam hal ini Nabi Ibrahim mengecualikan Allah dari sesmbahan selain Nya. Sikap berlepas diri terhadap sesembahan selain Allah dan loyal kepada Allah adalah tafsiran La illaha illalllah. Juga sabda Nabi Muhammad SAW :
“ Barang siapa mengucapkan La illaha illallah dan mengingkari sesembahan selain Allah, niscaya terlindungi harta dan darahnya. Sedangkan hisab (perhitungannya) terserah kepada Allah. “ ( HR. Muslim ).
Juga firman Allah SWT :
Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang Telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”( An Nahl :36 )                             .                                  Ibnu Qayyim mengatakan bahwa thaghut adalah segala sesuatu ( Selain Allah ) yang disembah, diikuti dan ditaati sehingga melampui batas oleh seseorang hamba,. Umar ra, mengatakan bahwa thaghut adalah setan. Sedang Jabir ra mengatakan bahwa thaghut adalah dukun yang selalu didatangi setan. Senada dengan mereka Imam Malik mengatakan bahwa thaghut adalah segala yang disembah selain Allah.                                                                                             .

Muhammadu rasuulullah
Nabi Muhammad SAW, diutus untuk membenarkan yang haq dan menyalahkan yang bathil. Beliau diutus dengan membawa bukti yang putih, agama yang cemerlang dan syari’at yang toleran. Beliau diutus dengan membawa keadilan dan kebajikan, dan membantu kaum kerabat. Beliau diutus dengan membawa kebaikan menyebar kedamaian, amal bakti, kecintaan, kebahagiaan, keshalihan, keamanan dan iman. Beliau diutus dengan membawa kesucian, sholat, zakat, puasa, haji dan jihad serta memerintahkan kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran. Beliau diutus dengan membawa urusan yang tinggi, akhlaq yang mulia, karakter yang baik dan inti keutamaan yang mencakup segalanya. Beliau diutus untuk menghancurkan kemusyrikan, mengusir kebodohan, memerangi kezhaliman dan mencabut kebathilan. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah  dan syari’at yang dibawanya adalah kebenaran. Keselamatan yang harus kita taati. Jalan Iman, Al qur’an dan Assunah. Aku mendengar dan menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan Rosulnya itulah makna syahadatain.

Tiga karakter manusia, dimanakah kita ?                            .
Alif laam miin. Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat[, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah Telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang amat berat.. Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.. Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain Telah beriman." mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu Telah beriman?" Ingatlah, Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami Telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok." Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api[26], Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat Melihat. Mereka tuli, bisu dan buta[27], Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar), (Al Baqarah : 1-18 )

Dalam surat Al Baqarah ayat 2 – 18  diatas Allah menerangkan pada kita tentang tiga karakter manusia. Ayat kedua sampai ayat ke lima menerangkan ciri orang bertaqwa. Ayat ke enam dan ketujuh menunjukan ciri orang kafir. Sedang selebihnya menunjukkan karakter orang yang munafik.                                           .
Dimanakah kita ? jika kita berbeda sebagai orang orang yang beriman dan bertaqwa maka bahagialah kita, pertahankan sampai mati kita.:

“ Hai orang – orang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar – benar taqwa kepada – Nya dan jangan sekali – kali kamu mati kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam ( Ali Imron : 102 ). Jika ciri – ciri dalam diri kita adalah ayat 6 – 18 maka marilah bertaubat sebelum ajal menjemput kita. Marilah berusaha terlahir kembali sebagai mukmin yang mengamalkan petunjuk Nabi kita. Semoga kita ditolong Allah untuk mengikuti Jalan Rosullulah SAW dan para sahabatnya.
“ Aku berwasiat kepada kalian untuk tetap bertaqwa kepada Allah ‘Azzawa jalla, taat ( kepada pemimpin ) meskipun kalian dipimpin oleh seorang budak Habsyi. Karena orang yang hidup sesudahku akan melihat banyak perselisihan, karena itu berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rosiydin yang mendapat petunjuk. Gigitlah kuat-kuat sunnah itu dengan  gigi gerahammu dan hindarilah hal-hal baru (dalam agama) karena setiap hal-hal baru dalam agama adalah sesat.                 ( HR Abu Dawud dan Tirmidzi )

Mengapa Anda ada ?
Dalam al Qur’an, Allah menyebutkan mengapa kita diciptakan ;
‘ Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin & manusia melainkan supaya beribadah kepadaKu. “ ( Adz Dzariyat : 56 )
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mendefinisikan ibadah adalah sesuatu ungkapan yang mencangkup segala ucapan dan perbuatan baik yang lahir maupun yang batin yang dicintai dan diridhai Allah.
Menjadi hamba Allah berarti menyerahkan seluruh hidup agar sesuai dengan kehendak Nya untuk mencapai ridha Nya, yakni beramal sebaik mungkin tanpa henti untuk mendapatkan ridha Allah, takut hanya kepada Allah dan mengarahkan seluruh pikiran, ucapan serta perbuatan untuk tujuan tersebut. Allah mengingatkan dalam Al Qur’an :
“ Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An’am : 162).
Maka marirah kita menyadarkan hati kita. Bukankah seharusnya seluruh aktifitas kita dalam kehidupan adalah bentuk peribadatan kita kepada Pencipta kita karena itulah satu-satunya alasan mengapa kita diciptakan.. Tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah.
BAB II
DUNIA

A.    Perumpamaan Dunia.
Imam Bukhari r.a menjelaskan dengan menggunakan firman Allah SWT :
“ Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, suatu yang melalaikan, perhiasan, bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak-anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akherat ( nanti ) ada adzab yang keras dan ampunan dari allah serta keridhaan Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya. “ ( QS. Al Hadiad : 20 ).
Selanjutnya Imam Bukhari meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad yang telah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda :
“ Tempat cemeti seseorang di antara kamu di surga lebih baik daripada dunia dan segala isinya. Sesungguhnya berpagi hari atau berpetang hari di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan segala isinya. “
( HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad ).
Sadarkah Anda sekarang bahwa dunia adalah permainan yang menyibukkan tubuh kita dan melalaikan hati kita. Sungguh perbandingan dunia ini hanyalah seperti yang disabdakan Nabi SAW :
“ Tidakkah dunia itu dibandingkan dengan akherat melainkan bagaikan salah seorang kamu yang memasukkan jari tangannya ke dalam lautan, perhatikanlah apa yang dibawa oleh jari itu ! ( HR. Muslim ).
Silahkan Anda memilih yang mana. Memang dunia itu tunai di hadapan kita tapi bukankah laut lebih luas dibandingkan setetes air di jari kita. Saya tidak mengajak Anda untuk melalaikan dunia tapi jangan sampai dunia ini melalaikan Anda akan kehidupan akherat yang kekal. Kesulitan dan kesenangan di dunia ini hanyalah sebentar saja dibandingkan kehidupan Anda di akherat.
Perumpamaan dunia adalah seperti ketika Anda masih anak-anak dan sedang bermain-main. Anda membuat gedung-gedungan dan rumah-rumahan, kemudian ditanamai pohon sekitarnya. Setelah sore hari anda dan teman-teman Anda merusaknya. Seperti itulah perumpamaan kehidupan dunia.
Dari Sa’id Al Khudri r.a bahwasannya Rasulullah SAW bersabda :
“ Sesungguhnya dunia ini manis dan mempesona, sedangkan Allah menugaskan kamu didalamnya, maka Dia hendak melihat bagaimana kamu berbuat. Karena itu takutlah terhadap ( fitnah / godaan ) dunia dan takutlah terhadap ( fitnah ) wanita. “ ( HR. Muslim ).
Sebelum lebih lanjut Anda membaca, saya ingin Anda merenungi nasehat Imam Ibnu Qayyim dalam Kitab Al Fawaaid :
“ Sejak diciptakan, manusia terus menerus jadi musafir yang tidak berhenti dari perjalanan panjangnya kecuali di surga atau neraka. Orang berakal mengetahui bahwa safarinya penuh dengan berbagai kesulitan dan cobaan. Adalah mustahil, kelezatan, kenikmatan dan kebahagiaan hakiki itu di dapat sebelum sampai kepada tempat tujuan. “
Jadikanlah kehidupan Anda seperti ketika Anda melewati kebun yang penuh duri dan ular berbisa serta binatang berbahaya lainnya. Berhati-hatilah jangan sampai Anda celaka di dalamnya sehingga Anda akan merugi. Berhati-hatilah.

B.     Dunia Atau Akherat ? Mana Yang Lebih Menarik ?
Saya yakin Anda telah memilih mana tujuan utama Anda. Alangkah indahnya nasehat Imam Ibnu Jauziy dalam kitabnya Shaidul Khatir :
“ Godaan dunia sangatlah beragam adanya. Ada godaan yang muncul dalam diri manusia. Baginya, urusan akherat adalah sesuatu yang berada di luar tabiatnya, lagi pula akherat merupakan hal yang ghaib. Orang yang berilmu mengira daya tarik akherat lebih kuat daripada daya tarik dunia., di saat ia mendengarkan nasehat-nasehat dan ancaman yang datang dari Al Qur’an. Oh, tidaklah demikian. Perumpamaan tabiat kecenderungan manusia kepada dunia laksana air yang terus mengalir mencari daerah yang lebih rendah. Untuk mengangkatnya ke atas diperlukan energi dan tenaga. Oleh karenanya, syariat menguatkannya dengan kabar gembira dan ancaman yang mempertajam akal. Daya tarik tabiat manusia sungguh sangat beragam, maka bukanlah hal yang aneh jika ia sering kali menang dalam pertarungan. Justru aneh dan ajaib jika kita terkalahkan. Seperti itulah ketertarikan kita. Mungkin butuh banyak cambuk untuk menyadarkan kita, mana yang kita pilih. Mari mencambuk diri kita dengan sebuah Hadits berikut ini :
Dari Anas r.a, dia berkata : “ Rasulullah bersabda: Akan dihadirkan orang yang paling nikmat di dunia dari penghuni neraka pada hari kiamat. Lalu ia di celup di neraka dengan sekali celupan kemudian di tanya : “ hai manusia, apakah kamu pernah melihat kebaikan, apakah kamu pernah merasakan kenikmatan ? Maka ia menjawab : “ Tidak pernah, demi Allah ya Rabbi.” Dan dihadirkan manusia yang paling menderita dulunya di dunia dari penghuni surga, lalu ia dicelupkan dengan sekali celupan di dalam surga. Kemudian ia di tanya : “ hai manusia, pernahkah kamu melihat satu penderitaan ? pernahkah kau merasakan kesulitan ? “ Maka dia menjawab : “ Tidak demi Allah, aku tidak pernah merasakan penderitaan sedikitpun dan aku tidak pernah melihat kesusahan sedikitpun “ ( HR. Muslim ).
Hanya butuh satu celupan untuk menghilangkan kata paling yang kita sandang di dunia ini. Maka, “ Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau pengembara.” ( HR. Bukhari ).
Sungguh Anda mungkin pernah ketemu orang di sore hari tapi keesokan harinya sudah meninggal. Padahal ketika seseorang mati, terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal : Shodaqoh Jariyah, Ilmu yang di ambil manfaatnya atau anak shaleh yang mendo’akan dirinya.
Al Ghazali berkata, “ Anak turun Adam itu badannya diibaratkan jaring yang dia gunakan untuk mencari amal shaleh. Apabila dia telah mendapatkan kebaikan, kemudian dia mati, maka cukuplah baginya, dan dia tidak lagi membutuhkan jaring tersebut, yaitu badannya yang telah ia tinggalkan setelah dirinya mati. Tidak diragukan lagi bahwa, jika seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah keinginan syahwatnya terhadap dunia, sedang dirinya hanya menginginkan amal shaleh  sebagai bekal di alam kubur. Amabila dia mempunyai amal shaleh, maka dia pun tidak membutuhkan apa-apa lagi. Namun bila dia tidak mempunyai amal shaleh, maka dia ingin kembali ke dunia lagi, untuk mencari bekal, padahal jaringnya telah di ambil darinya. Kemudian dikatakan kepadanya : Amat jauh karena telah terlambat. Akhirnya dia pun hanya bingung dan menyesal selamanya, karena dahulu dia mengabaikan dalam mencari bekal sebelum jaringnya dicabut darinya. Oleh karena itulah Rasulullah SAW bersabda : “ Dan pergunakanlah hidupmu sebelum datang kematianmu, sungguh tiada daya dan kekuatan kecuali dari pertolongan Allah.”
Para Ulama mengatakan yang intinya, “ Janganlah kamu condong kepada dunia dan menjadikannya sebagai tempat tinggal. Dan janganlah membisikkan kepada dirimu bahwa kamu akan tinggal begitu lama di dalamnya, dan mencurahkan perhatian kepadanya. Dan janganlah terikat dengannya kecuali sebatas apa yang diperlukan oleh orang asing yang tinggal di negeri lain. Dan janganlah kamu menyibukkan diri dengan hal-hal yang biasanya orang asing yang hendak pulang menuju keluarganya tidak ambil peduli.”

C.     Jika Harus Menjadi ......
Anda mungkin berharap bahwa dunia menjauhi Anda atau mungkin Anda merasa tidak akan mampu jika dijauhi dunia. Sungguh Allah tidak mengharamkan dunia yang diperoleh dengan halal dan baik, tetapi jangan sampai dunia ini memperdaya Anda sehingga Anda lupa bahwa kematian telah menunggu. Beramallah ! Beramallah !
Ada sebuah kisah indah yang diceritakan oleh Abu Hurairah r.a, beliau berkata :
“ Demi Allah yang tiada sesembahan yang haq kecuali Dia. Aku pernah mengikatkan batu di perutku karena lapar. Sungguh pada suatu hari aku pernah duduk di jalan yang dilewati orang-orang. Kemudian Nabi SAW melewati saya. Beliau mengetahui apa yang ada di raut muka saya dan apa yang ada dalam diri. Kemudian Beliau bersabda : “ Hai Abu Hirr.” Saya jawab : “ Labbaik yang Rasulullah.” Beliau bersabda : “ Ikuti Aku !” Beliau berjalan maka saya mengikutinya, Beliau masuk rumah, lalu saya minta izin masuk dan saya diizinkan, maka saya masuk. ( Di situ ) Beliau menemukan susu dalam sebuah mangkuk, Beliau lalu bertanya : “ Dari manakah susu ini ?” Mereka menjawab : “ Fulan atau Fulanah menghadiahkan untuk Anda .” Beliau berkata : “ Hai Abu Hirr.” Saya menjawab : “ Labbaik ya Rasulullah.” Beliau bersabda : “ Pergilah ke ahli shuffah, undanglah mereka kemari.” Abu Hurairah berkata : “ Ahlu Shuffah itu tamu-tamu Islam, mereka tidak memiliki keluarga, harta atau saudara. Apabila Rasulullah SAW mendapatkan sedekah, Beliau langsung mengirim kepada mereka, tanpa mengambil sedikitpun darinya. Dan apabila Beliau mendapatkan hadiah maka Beliau mengirimkan kepada mereka dan mengambil bagian daripadanya serta Beliau ikut makan bersama mereka.” Maka hal itu membuat tidak enak dalam hati saya : “ Mengapa susu ini diberikan kepada ahli shuffah ?” Saya seharusnya lebih berhak untuk mendapatkan bagian satu teguk dari susu ini agar saya bisa kuat. Jika mereka datang dan Beliau memerintah saya untuk memberikan kepada mereka, bisa jadi saya tidak mendapatkan bagian dari susu ini. Tetapi taat kepada Allah dan Rasul Nya adalah pasti ( tidak bisa tidak / ditawar ). Maka saya mendatangi mereka dan mengundang mereka. Mereka pun datang dan meminta izin. Beliau mengizinkan mereka dan merekapun mengambil tempat duduk di rumah itu. Beliau bersabda : “Hai Abu Hirr.” Saya jawab : “Labaik ya Rassullullah.” Beliau bersabda : “ Ambillah lalu berikan kepada mereka.” Dia berkata : “Saya segera mengambil mangkok tersebut lalu saya berikan kepada seseorang, hingga minum puas. Kemudian dia mengembalikan mangkok kepadaku, lalu saya berikan kepada orang lain, diapun minum hingga puas, kemudian dia mengembalikan mangkok kepadaku, hingga akhirnya saya memberikan kepada Rasulullah SAW. –setelah semua orang puas- Beliau mengambil mangkok lalu meletakkannya di atas tangannya. Beliau memandang saya lalu tersenyum. Beliau berkata : “Hai Abu Hirr.” Saya jawab : “Labaik ya Rassullullah.” Beliau berkata : “Tinggal Aku dan kamu.” Saya katakan : “Anda benar ya Rasulullah.” Beliau bersabda : “Duduklah lalu minumlah.” Maka saya duduk lalu minum. Beliau tidak berhenti mengucapkan :”Minumlah.” Sampai saya berkata : “Tidak demi Allah yang mengutus Anda dengan kebenaran, saya tidak mendapatkan lagi tempat untuknya (di perutku).” Beliau bersabda : “Perlihatkanlah (mangkok itu) padaku.” Maka saya memberikannya kepada Beliau. Beliau lalu memuji Allah, menyebut nama Nyadan meminum susu yang tersisa.” ( HR. Bukhari ).
Sungguh sebuah kisah yang menawan tentang orang yang paling menawan akhlaknya dan yang tahu mana yang diprioritaskan. Seperti dalam sabda Beliau : “Seandainya saya memiliki emas sebesar gunung Uhud tentu Aku bergembira manakala tidak sampai lewat tiga hari pada emas itu aku tidak memilikinya sedikitpun kecuali beberapa dinar yang aku simpan untuk keperluan hutang.” ( HR. Bukhari-Muslim ). Sungguh benar pula jika zuhud terhadap dunia membuat Allah mencintainya, dan juga sikap zuhudnya terhadap apa yang di tangan manusia sehingga berjuta orang mencintainya hingga saat ini.
Juga kita lihat salah seorang dari hasil didikan Rasulullah yang berjiwa besar dalam mentaati perintah Baliau SAW. Benar pula jika generasi sahabat adalah generasi terbaik umat ini. Tetapi di lain pihak Allah berfirman :
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” ( QS. Al Lail : 5-7 )                           .  
Nabi SAW juga bersabda dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a.: “Tidak boleh hasad kecuali kepada dua nikmat ; orang yang diberi Al Qur’an oleh Allah maka dia menegakkannya disaat-saat malam dan disaat-saat siang dan seseorang yang diberi harta kemudian dia menginfaqkannya disaat-saat malam dan disaat-saat siang.” ( HR. Bukhari-Muslim ).

Siapapun Anda dan apapun cita-cita Anda maka ingatlah bahwa kita hanya sebentar di dunia ini. Jadilah muslim yang bermanfaat bagi saudaranya. Berlomba-lombalah dalam kebajikan. Bijaklah dalam menjalani kehidupan ini. Sikap Qona’ah, ‘iffah serta hemat akan membahagiakan hati Anda. Rasulullah juga pernah bersabda :
“Sungguh beruntung orang yang telah masuk Islam dan diberi rizki yang cukup serta dijadikan puas oleh Allah terhadap apa yang telah dianugerahkan kepadanya.” (HR. Muslim).
Sebelum saya menutup pembahasan ini mari kita dengar nasehat ulama rabbani Imam Ibnu Al Jauziy :
Saya memperhatikan perihal orang-orang yang memiliki keutamaan. Saya mendapati umumnya mereka tidak banyak memiliki harta benda. Saya memperhatikan juga dunia memang selalu berada di tangan orang-orang yang mencintainya. Saya melihat manusia-manusia utama menyayangkan diri mereka, mengapa mereka tidak memiliki apa yang telah dicapai oleh manusia-manusia yang tidak sempurna itu, “Alangkah naifnya engkau. Engkau melakukan banyak kesalahan.”
Pertama, jika Anda memiliki semangat untuk menggapai dunia, maka bangkitlah dan berusahalah untuk menggapainya, niscaya Anda tak akan terus menerus mengeluh. Sesungguhnya ketika Anda bermalas-malasan sambil berharap memperoleh apa yang diperoleh oleh orang lain selain engkau yang bersungguh-sungguh, adalah tindakan bodoh dan pertanda kelemahan jiwa Anda.
Kedua, sesungguhnya dunia ini hanya untuk dilalui dan bukan untuk diramaikan. Hal itu tentunya telah Anda ketahui dan pahami. Apa yang dicapai oleh orang-orang yang sangat cinta akan dunia hanyalah akan menyakitkan badan dan merusak agamanya. Jika Anda tahu akan hal itu, kemudian Anda meratapi hilangnya sesuatu yang tidak sepatutnya Anda miliki, maka kesedihan itu akan menyiksa Anda, karena kelak Anda akan mengetahui maslahat dibalik kehilangan itu. Bersabarlah menerima kesedihan itu sebagai balasan kini, agar Anda selamat dari siksa yang datang kemudian.
Ketiga, pastilah Anda mengetahui betapa sedikitnya kenikmatan duniawi yang diberikan kepada manusia, jika dibandingkan dengan apa yang dirasakan oleh binatang. Makhluk Allah itu tampaknya lebih banyak menerima kenikmatan daripada yang manusia dapatkan. Binatang bahkan memperolehnya dengan tenang, sedangkan Anda mendapatkannya dengan penuh kekhawatiran. Oleh karena itu, jika bagian harta Anda dilipatgandakan seperti yang Anda kehendaki, maka Anda akan bersama kelompok hewan dan binatang itu.
Di satu sisi, keinginan Anda akan dunia akan mengalihkan perhatian Anda dari hal-hal yang mulia, sedangkan ringannya beban duniawi akan menggerakkan Anda untuk meraih martabat yang mulia. Jika Anda lebih memilih untuk mengedepankan sesuatu yang berlebihan, maka Anda akan kembali kepada kondisi seperti dahulu Anda tiada berilmu dan pilihan Anda akan kacau.
Kesimpulannya; Dunia ini menjadi arena ujian dan cobaan, maka hendaklah akal dikedepankan. Barang siapa yang menyerah kepada hawa nafsunya, ia akan sangat mudah celaka. Ini yang berhubungan dengan badan dan dunia. Kini coba Anda lakukan perbandingan pada hal-hal yang bersifat ukhrawi.
“Maka bertaqwalah kamu kepada Allah dan lakukanlah cara yang baik dalam pencarianmu.” (HR. Ibnu Majah dan Al Hakim).
Saya menulis Bab ini bukan mengajak Anda meninggalkan semua yang ada di dunia, tapi mari kita ingat firman Allah :
“Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan..” (QS. Al Qashash : 77).
Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntu” (QS. Jumuah : 10).
Firman Allah sungguh sangat jelas menyuruh kita untuk bersegera untuk akherat tapi jangan sampai meninggalkan bagian di dunia. Bahkan Allah menekankan, “ carilah karunia Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.”
Nabi juga pernah bersabda :
“Sesungguhnya bekerja mencari rizki yang halal itu merupakan kewajiban setelah ibadah fardhu.” (HR. Thabrani & Baihaqy).
Juga jangan sampai kita di dunia ini merendahkan diri kita dengan meminta-minta atau menjadi beban bagi orang lain. Umar bin Khatab pernah berkata pada ahli Qira’ah,”wahai ahli Qira’ah, berlombalah dalam kebaikan, dan carilah karunia dan rizki Allah, janganlah kalian menjadi beban hidup orang lain.”
Hanya kebaikanlah yang saya harap dari tulisan ini.
Bab III
WAKTU

A.                Waktu Adalah ...........
Yang membuat anak kecil berubah dan orang lanjut usia mati adalah perputaran pagi dan petang. Apabila malam hari telah menjadikan tua siang harinya sesudah itu datanglah hari yang muda. Yang membuat kita berangkat pagi dan petang hari adalah keperluan kita. Dan keperluan orang hidup itu tiada habis-habisnya. Dan selama ia masih hidup keperluan itu tetap ada padanya. ( Syair Arab Kuno ).
Waktu adalah yang membuat bayi menjadi anak kemudian remaja, kemudian dewasa, kemudian tua, kemudian mati. Waktu berjalan ke depan dan tak pernah mundur. Imam Ahmad mengatakan,”Demi Allah, aku tidak punya perumpamaan bagi masa muda, kecuali hanya seperti sesuatu yang mulanya berada di tanganku, kemudian terjatuh darinya.”
Seandainya seorang tua jika bisa muda kembali tentu tidak akan menyia-nyiakan masa yang sangat mahal harganya.
Waktu yang berlalu dalam kehidupan setiap manusia akan diperhitungkan kelak. Berapa lama usianya yang ia gunakan untuk beribadah kepada Allah yang merupakan tugas utama manusia. Sungguh setiap detik yang telah berlalu tak dapat di ulang lagi. Allah SWT berfirman :
“ Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang Telah kami kerjakan". dan apakah kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun” (QS. Faatir : 37).
Bahkan Allah SWT bersumpah dalam Al ‘Asr :
“Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”(QS. Al ‘Asr : 1-3).
Imam Syafi’i mengomentari surat tersebut,”Seandainya Allah SWT menurunkan surat ini saja tanpa surat-surat yang lain, niscaya sudah cukup bagi manusia.” Sungguh komentar yang mungkin mengejutkan Anda. Mengapa Imam Syafi’i yang terkenal kealimannya sampai mengatakan seperti itu.
Surat ini menyebutkan orang yang merugi adalah orang yang menyia-nyiakan waktunya. Orang yang beruntung adalah orang yang beriman, mengerjakan kebajikan dan saling menasehati tentang kebenaran dan kesabaran dalam hidup mereka. Sungguh demi Allah, waktu memang sangat berharga. Dengan demikian waktu hidup manusia akan berjalan dengan baik.

B.                 Bagaiman Salafus Shalih Menggunakan Waktunya ?
Ada beberapa orang yang menemui seorang ulama salaf, kemudian mereka berkata,”Barangkali kami telah menyibukkanmu.” Orang Alim itu berkata,”Aku benarkan perkataanmu karena saat engkau masuk aku sedang membaca, tapi saat ini aku tinggalkan demi engkau sekalian.”
Suatu ketika ada seorang ahli ibadah datang ke tempat Sary as Saqty. Orang itu melihat banyak kumpulan manusia di sekitar Sary, lalu berkata,” Jika duduk bersama mereka aku akan menjadi seorang penganggur.”
Ada sekelompok manusia yang duduk-duduk di majlis Ma’ruf Al Khardi dan mereka berlama-lama. Melihat gejala itu, berkatalah Ma’ruf,”Sesungguhnya Penguasa Matahari (Allah) tidak pernah berhenti memutar rotasinya. Apakah kalian tidak akan bangun dari tempat duduk kalian.”
Suatu saat ada seseorang yang berkata kepada Amir bin Qais,”Bangunlah, aku ingin berbicara padamu.” Dia kemudian berkata,”Jika begitu yang engkau mau, peganglah matahari agar dia berhenti berputar.”
Coba kita renungkan, betapa mahalnya waktu untuk kita sia-siakan. Betapa sering kita menghabiskan waktu kita dengan sia-sia sehingga terlepaslah banyak sekali pahala dari tangan kita. Usman Al Baqilawi adalah seorang ulama yang tak pernah lepas dari dzikir. Dia pernah berkata,”Sesungguhnya saat berbuka, aku merasakan sepertinya ruhku lepas karena aku disibukkan oleh makanan hingga tak bisa berdzikir.”
Beberapa ulama salaf memberi nasehat kepada para sahabatnya,”Jika kalian keluar dari tempatku ini, berpencarlah karena mungkin diantara kalian ada yang membaca Al Qur’an di tengah jalan. Jika berjalan berbondong-bondong, kalian akan terus mengobrol.”
Imam Hasan Al Bashri pernah mengingatkan,”Ketika fajar menjelang, maka waktu akan berseru, Hai anak Adam, aku adalah makhluk baru dan aku menjadi saksi terhadap amalmu. Maka berbekallah denganku, sebab jika aku sudah lewat, tak mungkin bisa kembali lagi sampai kiamat.
Apakah Anda mengira waktu Anda masih panjang? Sudah berapa teman sebaya Anda yang sudah meninggal? Bukankah selalu ada kemungkinan yang berikutnya meninggal adalah Anda? Mari kencangkan ikat pinggang untuk berlomba dengan waktu untuk menggapai ridha Allah.
Jangan Menunda Pekerjaan
Rasulullah pernah memegang pundak Ibnu Umar r.a, kemudian bersbda,”Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau pengembara.” Ibnu Umar berkata : apa bila kamu berada diwaktu sore, maka janganlah kamu menunggu hingga pagi hari, apa bila kamu berada pada waktu pagi, maka janganlah kamu menunggu hingga waktu sore hari. Manfaatkanlah hidupmu sebelum datang kematianmu. (HR.bukhori).
Imam nawawi menjelaskan hadits diatassebagai berikut, “jadilah engkau didunia ini seperti orang asing atau seorang pengembara. Maksudnya janganlah kamu menganggapnya sebagai negrimu, jangan sampai jiwamu ingin tinggal selamanya didalamnya, jangan cenderung kepadanya dan janganlah kamu bergantung kepadanya kecuali seperti bergantungnya orang asing kepada negri yang bukan tempat tinggalnya, ia ingin pergi meninggalkan negri tersebut dan kembali kepada keluarganya. Ini adalah makna ucapan salman alfarisi ra, “kekasihku saw. Memerintahku agar aku tidak mengambil dari dunia ini kecuali hanya seperti bekal orang yang bepergian”. Dalam hadits ini terdapat dalil agar tidak panjang angan-angan, segera bertaubat dan mempersiapkan diri menghadapi maut. Jiaka kamu berangan-angan maka ucapkanlah: insyaAlloh ta’ala.
“dan sekali-kali janganlah kamu mengatakan terhadap sesuatu: “sesungguhnya aku akan mengerjakan besok pagi.” Kecuali [dengan menyebut] : insya Alloh (apa bila Alloh menghendaki). “(QS. Al-kahfi: 23-24)
Untuk nasehat Ibnu umar maka mari kita menyimak komentar syeikh Usaimin: “kemudian nasehat ini diambil dari Abdullah ibnu Umar yang tulus dari hatinya. Oleh karena itu dia berkata, “apabila kamu berada diwaktu sore, maka janganlah kamu menunggu hingga pagi hari dan apabila kamu berada diwaktu pagi maka janganlah kamu menunngu hingga sore hari. “maksudnya apabila kamu berada disore hari maka jangan katakan: aku akan tinggal sampai pagi. Berapa banyak orang berada pada waktu sore,tetapi tidak sampai waktu pagi.demikian juga ucapan dia:”Dan apabila kamu berada pada waktu pagi,maka janganlah kamu menunggu hingga sore hari.” berapa banyak orang yang berada pada waktu pagi,tetapi tidak sampai waktu sore. Maksud ibnu umar adalah agar setiap orang benar-benar memanfaatkan waktu luangnya sehingga dia disibukkan oleh urusan dunia dalam keadaan tidak sadar. Dia berkata :” Dan manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu.”Maksudnya bersegeralah beramal ketika sehat sebelum waktu sakit.Seeorang biasanya malas beramal ketika dalam kondisi sehat karena dia merasa sehat,hatinya lapang dan jiwanya senang.Namun ketika sakit dadanya menjadi sempit ,jiwanya tidak senang dan tidak malas beramal.”Dan manfaatkanlah hidupmu sebelum kematianmu.”ya’ni manfaatkanlah hidupmu ini selagi kami masih hidup mati.Ketika seseorang telah mati,maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal:shodaqoh jariyah,ilmu yang diambil manfaatnya atau anak sholeh yang mendoakan dirinya.
Jika dua penjelasan itu belum membuat anda meninggalkan menunda pekerjaan,maka simaklah sekelumit nasehat imam Ibnu Jauzi:”Orang yang cerdas adalah orang yang bertekat melakukan apa yang mungkin dilakukan dengan cara memetakan segala kemungkinan dalam otak dan pikirannya.Ia akan selalu melakukan apa saja yang mungkin untuk dikerjakan demi tujuan itu.Jika ajalnya masih panjang, ia sungguh beruntung,dan jika umurnya pendek,ia sebenarnya telah melakukan yang terbaik”
Kerjakanlah amal yang bisa anda kerjakan saat ini.Menunda pekerjaan adalah menumpuk pekerjaan yang akan anda kerjakan nanti.Padahal akan ada pekerjaan baru.Dan nanti anda harus mengerjakan pekerjaan baru dan mengerjakan pekerjaan yang anda tunda.Saat itu anda punya dua pilihan yaitu mengerjakan dengan ‘stessing’ yang tinggi atau meninggalkannya tidak dikerjakan.
Saya ingin anda mengingat sebuah ungkapan,”waktu adalah pedang”.Anda bisa membabat musuh dengan berani atau pedang itu justru akan melukai bahkan membunuh anda.Ingat juga setajam pedang ditangan anda akan tidak berguna jika anda tidak bisa atau takut menggunakan pedang itu.Jadilah ksatria hebat yang siap menggunakan pedang dan ketika pedang di tangan anda maka jadilah ksatria yang gagah berani yang berjuang di jalan Allah.
“gunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara lainnya ; gunakanlah masa mudamu sebelum masa tuamu, masa hidupmu sebelum kematianmu, waktu luangmu sebelum waktu sibukmu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum  waktu miskinmu.” (HR. Baihaqi, ibnu Abi Syikal, Al quda’i, Abu Na’im, imam Hakim)
BAB IV
BEKAL PENGEMBARAAN KEHIDUPAN
A. Niat Yang Ikhlas
Seorang pengembara seharusnya memiliki tujuan yang akan ditujunya.Niat merupakan tolok ukur keabsahan setiap amal.Ulama’ salaf pun senang meniatkan semua kegiatan hidupnya untuk beribadah meraih ridho Allah karena itulah alasan manusia diciptakan.Niat yang benar merupakan salah satu amal yang benar,maka jika jika niatnya rusak maka jelaslahnkerusakan amal.Amal yang disertai niat ( yang benar) mempunyai tiga keadaan:
Pertama,mengerjakan suatu amalan karena takut kepada Allah ta’ala. Ini adalah ibadah para hamba sahaya.
Kedua,mengerjakan amalan tersebut untuk mendapatkan surga dan pahala.ini adalah ibadah pedagang.
Ketiga,mengerjakan amalan tersebut karena malu kepada Allah ta’la,selain itu untuk menunaikan kewajiban beribadah dan sebagai cerminan rasa syukur sembari melihat kekurangan dirinya serta hatinya selalu khawatir karena dirinya tidak tahu apakah amalnya diterima atau tidak.ini adalah ibadahnya orang merdeka.Ibadah jenis ini telah diisyaratkan Rosulullah ketika ditanya Aisyah mengapa beliau beliau shalat malam sampai telapak kakinya pecah-pecah,dan jawaban beliau: “Bukankah aku harus menjadi hamba yang bersyukur.”(HR.Bukhori-Muslim)
Tiga amalan ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang ikhlas.Lafadz ikhlas menunjukkan pengertian jernih,bersih dan suci dari campuran dan pencemaran.Sesuatu yang murni artinya bersih tanpa ada campuran, baik yang bersifat materi ataupun non materi. Dikatakan,”Aku memurnikan keta’atanku hanya kepada Allah.” Artinya hanya ditujukan karena Allah tanpa riya’. Al-Fa’iruzabadi mengatakan,”Ikhlas karena Allah.”artinya meninggalkan riya’ dan pamer.
Ikhlas merupakan istilah tauhid.Orang-orang yang ikhlas adalah mereka yang mengesakan Allah dan merupakan hamba-hamba-Nya yang terpilih.Adapun pengertian ikhlas menurut pengertian syara’adalah seperti yang diungkapakan Ibnu Qoyim rahimahumullah berikut:” Mengesakan Allah yang Hak dalam berniat melakukan keta’atan,bertujuan hanya kepada-Nya tanpa mempersekutukannya dengan sesuatu apapun.”
Adapun ungkapan ulama’ salaf rahimahumullah sehubungan dengan pengertian ikhlas antara lain:
1.Melakukan amal karena Allah semata,tiada bagian bagi selain Allah di dalamnya.
2.Mengasakan Allah yang Hak dalam berniat melakukan keta’tan.
3.Membersihkan amal dari perhatian makhluk.
4.membersihkan amalk dari setiap pencemaran yang dapat mengeruhkan kemurniannya.
Orang yang ikhlas adalah seorang yang tidak peduli meskipun semua penghargaan dalam kalbu orang lain lenyap kalau harus demikian jalannya,demi meraih kebaikan hubungan kalbunya dengan Allah , sedang dia tidak menginginkan sama sekali ada orang lain yang mengetahui  amal kebaikannya barang seberat dzarah pun.Allah SWT telah berfirman:”Katakanlah.”Hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan keta’atan  kepada-Nya dalam (menjalankan)agamaku.”(QS Azzumar:14)
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku , ibadahku , hidupku dan matiku , hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam , tiada sekutu baginya , dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”(QS:Al An’aam;162-163)
Keikhlasan kadang diikuti penyakit ujub.Maka dari itu jika anda merasa bangga dengan amalannya,maka terhapuslah kadang juga tercampur dengan riya’ sehingga mengotori tauhid anda. Al Fudhail Ibnu ‘Iyadh berkata,”Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’,sedangkan mengerjakan amalan karena manusia adalah syirik.Ikhlas adalah jika Allah menyelamatkan dirimu dari keduanya”Makna ucapan beliau adalah jika anda bertekat bulatmengerjakan suatu ibadah namun anda meninggalkannya karena khawatir akan dipuji orang maka hal itu adalah riya’.Namun anda meninggalkannya untuk mengerjakannya di tempat sepi yang tidakterlihat orang maka itu disunahkan dengan syarat amalan itu bukan amalan wajib seperti shlat lima waktu atau zakat wajib.Atau bukan seorang ‘alim yang diteladani.Jika syarat itu dipenuhi maka mengerjakan amal dengan terang-terangan itu lebih utama .Demikian pula jika anda melakukan amal karena seseorang maka itu termasuk syirik.Dalam sebuah hadits qudsi Allah ta’ala berfirman,”Aku adalah dzat yang paling tidak membutuhkan persekutuan.Oleh karena itu barang siapa mengerjakan suatu amalan yang ia persekutukan untuk-Ku bersama selain-Ku mak Aku terlepas dari dirinya.”(HR.Muslim,Ibnu Majah,Ahmad dan Aththaya lisi).Semoga kita terhindar dari ujub,riya’ dan sum’ah (Melakukan sembunyi kemudian menceritakan kepada orang lain). Ikhlaslah dalam beribadah,menjalani ibadah dan menghadapi cobaan.
B.Ilmu Agama
Jika alasan Allah SWT menciptakan manusia adalah untuk menyembah dalam artian melakukan hal-hal yang diridhoi-Nya maka sudah seharusnya kita mempelajari apa yang membuat Allah ridho. Syariat islamlah yang akan menunjukkan hal-hal yang diridhoai-Nya dan mendapatkan kebaikan dikehidupan ini.”Barang siapa yang dikehandaki kebaikan oleh Allah,maka Allah akan menjadikan faqih (paham) dalam Agama.”(HR Bukhari-Muslim) Allah SWT berfirman: “Dialah yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk dan agama yang benar.”(Attaubah:33) Petunjuk itu adalah ilmu yang bermanfaat dan agama yang benar adalah amal saleh.
Allah memerintah Nabi-Nya untuk memohon ditambah ilmu ‘Dan katakanlah,”Ya Tuhanku,tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”(Attaahaa:114)
Alhafizh Ibnu Hajar berkata,”Ayat ini amat jelas menerangkan tentang keutamaan ilmu pengetahuan.Karena Allah tidak memerintahkan Nabi-Nya untuk meminta tambahan sesuatu kecuali meminta tambahan ilmu pengetahuan.Nabi SAW. Menamakan majelis yang di dalamnya terdapat orang yang mempelari ilmu yang bermanfaat dengan istilah “Taman surga”’juga juga memberitahukan bahwa ‘ulama adalah pewaris para Nabi.”
Tentunya , seseorang sebelum melakukan suatu perbuatan, ia harus mengetahui cara mngerjakan perbuatan itu dengan benar. Sehingga perbuatannya itu menjadi benar dan memberikan hasil yang diinginkan.
Dalam kaitan antara ilmu penegetahuan dan amal , manusia terbagi menjadi tiga golongan:
1. Mereka yang mempelajari ilmu yang bermanfaat dan mengamalkan amal amalan saleh.Mereka itu telah diberikan hidayah oleh Allah kepada jalan orang-orang yang diberikan nikmat yaitu para nabi shiddiqiin,syuhada dan shalihin.
2. Mereka yang mempelajari ilmu yang bermanfaat tapi tidak beramal dengannya.Mereka itu adalah orang-orang yangmendapat murka dari Allah,yaitu orang-orang yahudi dan pengikutnya.
3. Orang-orang yang beramal tanpa ilmu.Mereka itu adalah orang-orang yang tersesat dari kalangan nasranidan orang-orng yang mengikuti mereka.
Ketiga golongan di atas terngkum dalam firman Allah SWT: “Tunjukkanlah kami jalan yang lurus,(yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat kepada mereka,bukan (jalan) mereka yang dimurkaidan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”(Alfatihah:6-7).
Syaikh Muhammad bin Abdul wahab berkata,”sedangkan firman Allah,”bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat,”maksudnya dengan orang-orang yang dimurkai adalah para ‘Ulama yang tak beramal dengan ilmu mereka.Sedangkan orang-orang  yang sesat adlah mereka yang beramal tanpa ilmu.Yang pertama adalah sifat orang-orang yahudi , sedangkan yang kedua adalah sifat orang-orang nasrani.
Perlu anda ketahui pula ilmu yang paling bermanfaat adalah ilmu yang didapatkan dari Al qur’an dan asunnah,dengan memahami dan mentadaburinya, sambil meminta bimbingan dari para guru yang mumpuni dalam hal ilmu tafsir,syarah haditds,kitab fiqih,kitab nahwu dan bahasa Arab yang merupakan bahasa al Qur’an.karena ilmu-ilmu tadi adalah jalan memahami Alqur’an dan Asunnah.
Ilmu itu juga berkembang dan bertambah baik dengan adanya ‘amal perbuatan.Maka,jika anda beramal dengan ilmu yang adna ketahui,niscaya Allah akan menambah ilmu kepada anda. Allah berfirman:
“Dan bertaqwalah kepada Allah.Allah mengajarmu,dan Allah maha mengetahui segala sesuatu.”(QS Albaqoroh:282).
Allah SWT juga memuji para ‘ulama yang beramal shleh dengan meninggikan derajat mereka dalam alqur’an:
“Katakanlah,”adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan oarang-orang yang tidak mengetahui? “Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”(Azzumar:9).
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(al Mujaadilah:11).
Dalam ayat ini Allah menjelaskan keutamaan orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan yang disertai dengan keimanan.Kemudian dia memberitahukan bahwa Dia maha mengetahui tentang apa yang kita kerjakan dan mengawasinya. Hal ini untuk menujukkan kepada kita bahwa harus ada ilmu dan amal sekaligus,dan semua itu hendaknya lahir dari keimanan dan muraqabah kepada Allah.
Rasulullah melakukan shalat malam sampai kakinya bengkak.Abu bakar selalu sedih dan menangis.umar terlihat garis di pipi bekas tangisnya.Utsman yang menghatamkan Al Qur’an dalam sekali sholat.Ali  menangis di mihrabnya hingga janggutnya basah oleh air mata.Hasan Bashri hidup dalam kesusahan semasa hidupnya.sufyan ats-tsauri menangis darah karena takut kepada Allah yang akan menghanguskan rasa takut kepada selain Allah.

C.Taqwa
Muadz bin jabal r.a adalah seorang sahabat yang mempunyai keduduka yang sangat tinggi di sisi rasulullah SAW karena baliau SAW pernah bersabda kepadanya,” Hai Mu’adz, sesungguhnya aku mencintaimu.”
Mari kita mengingat apa yang disabdakan Nabi kepada Mu’adz ketika menugaskan sebagai duta ke negeri Yaman :
“hai mu’adz, bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada dan iringilah keburukan dengan kebaikan,niscaya kebaikan akan dapat menghapuskannya dan perlakukanlah orang lain dengan akhlak yang baik!”
Padahal Mu’adz adalah sahabat besar dan termasuk pimpinan kaum serta salah seorang yang paling ‘alim masalah halal & haram.nabi SAW sangat percaya kepadanya dan mengutusnya ke berbagai wilayah yang cukup banyak,termasuk negeri Yaman yang mengangkatnya sebagai qadhi dan hakim.Pada hari kiamat nanti,semua ‘ulama dihimpunkan dibawah panji mu’adz bin jabal.
Sahabat Ibnu mas’ud yang termasuk sahabat muhajirin pernah berkata tentang Mu’adz,”sesungguhnya Mu’adz adalah pemimpin yang patuh kepada Allah lagi hanif dan dia bukan orang-orang yang musyrik.Meskipun ke’aliman Mu’adz sehebat itu.nabi tetap berpesan,”Bertaqwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada...”Sehebat apakah kata taqwa sehingga sahabat sekaliber mu’adz bin Jabal masih membutuhkan nasehat untuk bertaqwa?
”Umar ra. Pernah bertanya kepada ubay bin ka’ab ra:”Apakah taqwa itu?”Ubay balik bertanya:”Wahai Amirul mukminin, pernahkah engkau menempuh jalan yang banyak anak durinya?
Umar menjawab:”ya, pernah.” Ubay bertanya:”Lalu apakah yang engkau lakukan? “Umar menjawab:”Aku angkat betisku seraya memandang ke tempat-tampat yang telah ddinjak oleh telapak kakiku, lalu aku memajukan salah satu kakiku atau memundurkan yang lainnya karena aku takut bila kakiku tertusuk duri.” Ubay bin ka’ab pun barkata:”demikianlah gambaran taqwa, yaitu menyingsingkan lengan baju untuk mengerjakan keta’atan, membedakan mana yang halal dfan mana yang haram, bersikap hatio-hati agra tidak tergelincir dan senantiasa merasa takut Tuhan Yang Maha besar Lagi Maha Tinggi.”
Sedangkan lafadz at taqwa adalah bentuk isim at-tuqo, sedangkan bentuk masdarnya adalah at-ittiqo diambil dari materi waqa.Berasal dari al-wiqoyah yang artinya sesuatu yang dijadikan sarana pelindung oleh manusia untuk menghindari diri dari sesuatu yang membahayakan. Dengan demikian al-wiqoyah artinya pelindung sesuatu.
Ibnu rajab telah mengatakan bahwa pengertrian asal taqwa ialah bila seseorang hamaba membuat pelinadung antara dirinya dan hal-hal yang ditakuti dan diwaspadai agar terhindar darinya.
Imam Ibnul Qoyyim sehubungan dengan definisi taqwa menurut pengertian syari’at telah mengatakan bahwa hakikat taqwa itu ialah mengerjakan keta’atan kepada Allah karena Iman dan mengharapkan pahala-Nya,baik yang berkaitan dengan perintah maupun larangan.Oleh karena itu, seseorang hamba yang bertaqwa akan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah, karena beriman kepada Dia yang memerintahkannya dan mempercayai akan janji-Nya. Dia meninggalkan apa yangdilarang oleh-Nya karena beriman kepada dia yang melarang dan takut akan ancamannya.
Pengertian taqwa itu mengandung tiga tingkatan:
1.Menghindarkan diri dari berbagai penyebab yang dapat mengekalkan pelakunya di dalam neraka, yaitu kesyirikan dan kekafiran dengan cara mengikuti ajaran dan memurnikannya.
2.Menghindarkan diri dari segala hal yang mendatangkan adzab di dalam neraka meskipun hanya sebentar, baik berupa dosa-dosa besar maupun dosa-dosa kecil yang sudah dikenal dalam istilah syari’at.
3.hendaknya seorang hamba enggan melakukan hal-hal yang memalingkan dirinya dari Allah meskipun hal itu berupa perkara yang diperbolehkan, sebab dapat memalingkan perhatiannya dari menempuh jalan Allah atau memperlambat perjalanannya.Dan hal ini merupakan tingkatan yang dapat diraih oleh orang-orang yang sempurna ketaqwaannya lagi mempunyai kedudukan yang tinggi, karena sesungguhnya menyibukkan diri dengan hal-hal yang diperbolehkan dapat memalingkan kalbu pelakunya dari Allah, dan ada kalanya akan membuat klbunya menjadi keras, sehingga dengan mudah ia dapat terjerumus ke dalam berbagai hal yang dimakruhkan dan lambat laun tidak menutup kemungkinan bila pelakunya akan terjerumus ke dalam hal-hal yang haram.
Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan jangan sekali-kali kamu mati kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam(QS Ali Imrain:102)
“dan perihalah dirimu dari (adzab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada allah, kemudian masing-masing diri diberi balasan yang smpurna atas apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan) ‘(QS albaqoroh:281)
Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa. Jagalah diri anda dari api neraka! Jagalah anda dari dosa-dosa meskipun hanya dosa kecil karena gunung adalah kumpulan dari batu kerikil.Berhati-hatilah dalam menjalani hidup seperti kehatia-hatian Anda ketika berjalan di hutan penuh duri. Pakailah perisai taqwa Anda sebelum panah iblis menembus dada Anda.
‘takutlah  kepada Yang Maha Agung Allah Swt. Mengamalkan wahyu yang diturunkan-Nya artinya mengaku dirinya bertaqwa kepada Allah, kemudian tidak menganal dengan cara apa ia bertaqwa dan taqwanya bukan berdasarkan keterangan dari Al Kitab dan sunnah, berarti dia bukanlah seorang yang bertaqwa. Puas dengan sedikit rizqi, artinya Anda tidakk menjadikan dunia sebagai pusat peerhatian Anda, tetapi cukup bagi Anda darinya sebagaimana apa yang dianggap cukup oleh seorang musafir. Berbekalah untuk hari keberangkatan yakni hari kemudian dalam kehidupan yang kekal.  Demikian nasehat Ali bin Abi Thalib ketika beliau ditanya tentang taqwa.
Bertaqwalah karena sabaik-baiknya bekal adalah taqwa dan semoga kita beruntung menjadi golongan orang-ornag yang bertaqwa. Amin.

D. Tawakal
Menurut istilah bahasa, Tawakal ialah mengandalkan, menyerahkan, dan mewakilkan suatu  urusan kepada seseorang, yakni menyerahkan dan mempercayakan urusan itu untuk ditanganinya. Tawakkal artinya sama dengan mengakui ketidakmampuan diri dan mengandalkan kepda orang lain.
Syekh Ibnu ‘Utsaimin telah mengatakan, “Tawakkal ialah mempercayakan sepenuhnyab kepada Allah yang dapat mendatangkan manfaat dan menolak bahaya disertai dengan upaya menjalankan semua penyebab yang diperintahkan oleh Allah sebagai realisasinya.
Pengertian tawakal tidak bisa lepas dari usaha menempuh berbagai penyebab yang diperbolehkan syariat. Tawakkal ialah percaya kepada Allah dan berpegang teguh pada-Nya disertai dengan upaya menempuh berbagai penyebab. Tawakal adalah memadukan dua hal di atas secara tepat. Tetapi penyebab tidak boleh kita yakini sebagai pemberi tetapi cukup sebagai penyebab datangnya ketentuan Allah.
Akan tetapi tawakal harus sesuai antara lisan dan hati. Tawakal harus kita tanamkan dalam kalbu kita agar jika semua penyebab telah kita lakukan tetapi gagal kita tidak boleh langsung frustasi seperti orang-orang matrealistis. Orang mukmin selalu mempunyai harapan untuk mendapatkan keberuntungan meskipun usahanya gagal karena kita yakin hanya Allah lah yang mampu mendatangkan manfaat dan menolak bahaya.
Ibnu Qayim telah mengatakan bahwa tawakal adalah separuh agama, sedangkan separuh yang lainnya terletak pada inabah, karena sesungguhnya agama itu pada intinya terletak pada meminta pertolongan kepda Tuhan dan menghambakan diri kepada-Nya. Kedudukan tawakal dalam hal ini tak ubahnya bagaikan meminta pertolongan, sedang kedudukan inabah sama halnya dengan ibadah.
Kedudukan tawakal memang sangat diperlukan oleh semua hamba Allah. Apabila mereka mendapat suatu masalah, mereka pasti meminta tolong kepada Allah seraya kembali kepadanya dengan penuh rasa tawakal. Dengan demikian, Allahpun akan meleyapkan kesulitan dan memberi kemudahan serta merealisasikan bagi hamba yang bersangkutan apa yang diinginka, sehingga dia merasa tenang hatinya, teduh jiwanya lahi ridha dengan apa yang telah ditetapkan dan ditakdirkan oleh Allah atas dirinya, serta menghargainya dengan sepenuh hati.
“Hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawaqal jika kamu benar-benar beriman.”(Q.S. Al-Maaidah : 23)

D.                Ridha
Menurut syariat, Ridha seorang hamba kepada Allah artinya hamba yang bersangkutan tidak pernah mengeluh terhadap apa yang ditetapkan oleh takdir-Nya. Adapun ridha Allah kepada hamba-Nya ialah bila sang hamba terlihat tetap mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Allah berfirman :
“Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhai Islam itu jadi agamamu.” (Q.S. Al Maaidah : 3).
Allah telah meridhai Islam sebagai jalan hidup manusia. Allah meridhai Jika Anda pasrah kepada perintah-Nya dan patuh dalam ketaatan kepada-Nya dengan mengerjakan semua hal yang telah Allah perintahkan kepada Anda dan Anda pasrah dan tunduk  patuh kepada syari’at Nya sebagai tanda keta’atan Anda kepada-Nya.
Para sahabat ketika mereka berjihad di jalan Allah mengikuti Nabi-Nya, membela  syari’at Nya, menyebarkan agama-Nya dan menyampaikan syariat Nya kepada generasi penerusnya, maka mereka mendapat imbalan berupa keridhaan Allah seperti disebutkan dalam firmanNya :
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka, lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (Q.s. Al Fath : 18).
Rasulullah telah mengajarkan kita untuk membaca :
“Aku ridha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai nabi anutanku.” (HR. Muslim).
Ridha Allah sebagai Tuhan berarti ridha mencintai-Nya semata, ridha menyembah-Nya semata, takut dan berharap hanya kepada-Nya, merendahkan diri dihadapan-Nya, beriman kepada pengaturan-Nya dan menyukainnya, bertawakal dan meminta pertolongan hanya kepada Nya, dan ridha kepada apa yang telah diperbuat-Nya. Anda ridha kepada apa yang telah ditakdirkan-Nya dan ridha dengan hukum Nya juga meridhai apapun yang ditetapkan atas Anda.
Ridha kepada nabi Muhammad Saw sebagai nabi artinya Anda beriman kepadanay, patuh kepadanya, dan pasrah kepda perintahnya. Hendaknya beliau Saw lebih dipentingkan daripada Anda sendiri, bahkan seharusnya Anda rela mati untuk membelanya. Ridha terhadap sunnahnya adalah Anda menjadikan beliau Saw sebagai hakim dalam permasalahan Anda. Anda mentaati perintahnya dan meninggalkan larangannya.
Sedang pengertian ridha dengan Islam sebagai agama adalah apa saja yang ada dalam Islam, baik berupa hukum perintah maupun larangan, maka seharusnya meridhai secara keseluruhan, tanpa ada rasa keberatan meski sedikitnya Anda pasrah menerima Islam secara lengkap.Anda tetap berpegang dengan prinsip ini meskipun harus bertentangan dengan kesenangan anda, meskipun sebagian besar manusia menyalahinya, meskipun jalan terjal yang harus anda hadapi dan meskipun banyak musuh yang akan menghadang anda.
Kemudian jika anda telah Ridho Allah sebagai Tuhan, Muhammad SAW. Sebagai utusan-Nya dan Islam sebagai agama maka,Allah akan meridhoi Anda. Begitu besar ridho Allah itu bahkan Allah ketika menyebutkan nikmat surgawi maka Allah berfirman:”Dan keridhaan Allah adalah lebih besar”(QS At Taubah:72)
Ridho adalah sifat Allah, sedang surga adalah makhluk dan sifat Allah jelas jauh lebih besar daripada makhluk-Nya. Keridhaan Allah adalah yang dicari oleh para nabi dan para Syuhada.
Marilah berjuang untuk menggapai Riodha-Nya meskipun semua manusia akan memusuhi Anda.Asalkan Allah ridho maka cukuplah keridhaan-Nya.

F.Syukur.
Syukur berarti memperlihatkan pengaruh nikmat Ilahi pada diri seorang hamba pada kalbunya dengan beriman, pada lisannya dengan pujian dan sanjungan dan pada anggota tubuhnya dengan mengerjakan amal ibadah dan keta’atan. Syukur adalah kunci kebahagiaan dan merupakan salah satu nimat yang besar bagi seorang mukmin. Allah menyandingkan syukur dengan iaman dalam firmannya:
“mengapa allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman(QS An nisaa’:147)
bahkan allah tidak ingin mengadzab makhluknya yang bersyukur dan beiman.Dalam Al Qur’an juga disebutkan apa yang diucap sulaiman As:
“Ini teremasuk karunia tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyujur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar maka sesungguhnya Rabbku Maha kaya lagi Maha murka.”(QA An_Naml:40)
Jadi manusia diuji di dunia ini kemudian dengan ujian itu maka akan diketahui mana hamba-Nya yang bersyukur. Allah juga bejanji akakn menambah nikmat kepada hamba-Nya yang bersyukur juga akan mengadzab hambanya yang mengkufuri nikmat-Nya.Allah meridhoi sikab bersyukur dan tidak meridhoi kebaikan. Tetapi meskipun begitu utamanya syukur, tapi allah menggambarkan bahwa hambanya yang bersyukur adalah golongan minoritas:
“dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang banyak bersyukur.”(QS Saba’:13)
Sehubungan dngan hal ini,Imam Ahmad telah meriayatkan sebuah atsar darui ibnul Khatab bahwa pada suatu hari ia mendengar sorang lelaki mengatakan dalam do’anya;”Ya Allah jadikanlah aku termasuk golongan yang sedikit.” ‘Umar pun bertanya;”Apa yang kamu maksudkan dalam do’amu itu?” Lelaki tersebut menjawab:’Wahai amirul mukminin, bukankah Allah telah berfirman melalui ayat berikut:
“Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit (QS hud:40), “Dan se

dikit sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur.”(QS Saba’:13),”..Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih;dan amat sedikitlah mereka ini.”(QS Shaad:24)
setelah itu barulah ‘Umar  berkata,’kamu benar!”
Imam Ibnu Qoyim dalam kitabnya Madarijus salikhin telah menyebutkan pula hal yang berkaitan dengaan syukur:
1.Sesungguhnya bersyukur kepada Allah merupakan amal yang menduduki peringkat yang tertinggi.
2.berdyukur mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada ridho dan tambahannya.Karena ridho sendiri sudah termasuk dalam syukur dan mustahil sebuah kesyukuran tanpa keridhaan.
3.separuh dari iman adalhg syukur dan separuhnya adalh sabar.
4.Allah memerintahkan syukur dan melarang kufur.
5.Allah memuji orang-orang yang bersyukur dan memberikan kepada mereka predikat sebagai makhluk-Nya yang terpilih.
6.Allah menjadikan bersyukur menjadikan tujuan dari penciptaan makhluk-Nya dan perintah-Nya.
7.Allah menjanjikan kepada para pelakunya dengan balasan terbaik.
8.Allah menjadikan  sebagai penyebab bertambahnya karuni dari-Nya.
9.bersyukur menjadi penjaga dan pemelihara nikmat.
10.hanya orang-orang yang bersyukurlah yang beroleh manfaat dari ayat-ayat-Nya.
11.Allah membelah sebagian dari asma’-Nya asysyakuur sebagai predikat buat para pelakunya dalam arti kata dapat menghambakan pelakunya kepada yang disyukurinya, bahkan akan menjadi penyebab bagi pelakunya untuk kembali mendapat imbalan dari yang disyukurinya.
12.Bersyukur merupakan tujuan Tuhan dari hamba Nya.
13.Allah menamai diri Nya  Syakir dan Syakuur,dan menamai orang-orang yang bersyukur dengan sebutan ini, dalam arti kata Allah memberikan kepada mereka sebutan sebagian dari asma’nya. Cukup menjadi bukti bahwa Allah mencintai dan memberi karunia kepada orang-orang yang bersyukur.
14.Allah memberi tahu bahwa sedikit sekali hamba-Nya yang bersyukur.
15.dengan mensyukuri nikmat, maka nikmat pasti akan bertambah.
Bersyukur melibatkan tiga hal, yaitu kalbu, lisan dan seluruh anggota tubuh. Nabi muhammad SAW. Selalu membasahi lisannya dengan dzikir. Kakinya melepuh karena melakukan shalat malam. Lalu jika Nabi SAW. Mencontohkan pada kita untuk bersyukur maka apa yng membuat anda meninggalkannya?.
Setiap detik yang kita lalui dalam keimanan adalah nikmat. Nafas saat berdzikir adalah nikmat.mata yang terjaga ketika jihad. Sungguh betapa benyak nikmat yang luput dari perhatian kita sehingga kita lupa bersyukur. “Rabb Ilhamkanlah dalam diri kami untuk bersyukur.”

F.Sabar.
Imam Ahmad meriwayatkan sebuah atsar dari ‘Umar ibnul Khatab ra. Yang telah mengatakan,” Kami jumpai sebaik-baik penghidupan kemi berada dalm kesabaran,” Sungguh mulia sifat sabar,Yaitu: Sabar terhadap perintah Allah, sabar menjauhi larangan Allah juga sabar dalam menerima takdir.
Orang sering mengira bahwa sabar adalah sebuah keharusan ketika menghadapi takdir saja, padahal sabar itu lebih luas, Sabar adalah obat penawar bagi cobaan dimana kita hidaup dalam berbagai macam cobaan. Sabar adalah pilihan dan jika anda memilih kesabaran maka beruntunglah Anda.
Allah SWT. berfirman:
‘Hai orang-orang yang beriman bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu)dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.”(QS: Ali Imran:200).
Sabar adalah menahan diri dari apa yang dibencinya dengan ridha dan rela. Seorang muslim menahan diri dari berbuat maksiat yang menggiurkan,melaksanakan keta’atan meskipun terasa berat, ia menahan diri dari cobaan yang menimpanya tanpa berkeluh kesah terhadap takdir menunjukkan ketidak ridhaannya sedang sikpanya yangtidak ridha terhadap takdir Allah berarti mengecam Allah SWT. Sabar menjanjikan pahala sedangkan ketidakabaran menjanjikan dosa.
Sabar adalah sesuatu yang sangat berat yang bisa didapat dengan melatih diri dengan sebenar-benarnya. Allah ta’la menjanjikan keberuntungan yang banyak, salah satunya tergambar dalam firman Allah SWT:
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiapsiaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertaqwalah kepaa Allah supaya kalian beruntung(Ali Imran:200)
“sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”(AZ Zumar:10)
Juga dalam sabda Rasulullah SAW:
“Luar biasa urusan orang mukmin, sesungguhnya semua urusan itu baik, dan itu semua tidak dimiliki kecuali oleh orang mukmin. Jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur dan itu sangat baik baginya. Jika ia ditimpa cobaan, ia bersabar dan itu sangat baik baik baginya.” (HR Bukhory)
“ Sesungguhnya besarnya pahala itu ssuai dengan besarnya ujian. Jika Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Maka barang siapa ridha maka ia mendapatkan keridhaan dan barang siapa murka maka ia mendapatkan kemurkaan (HR: tirmidzi, Ibnu Majah)
Begitu mulianya sabar, Sungguh mulia orang muslim yang bertahan dari siksa ketika memegang agama Allah mereka tetap bersabar dengan cobaan dan mencari keridhaan-Nya. Sahabat Khatab bin Al-Arat ra bercerita:
“Kami mengadu kepada rasulullah SAW. Yang ketika itu barsandar dikain di bawah ka’bah dan kami berkata,” kenapa engkau tidak meminta pertolongan untuk kita?’ Rosulullah SAW kemudian kemudian bersabda, “Sungguh salah seorang sebelum kalian ditangkap, dibuatkan galian, ia dimasukkan kedalmnya, gergaji didatngkan kepadanya, kemudian deletakkan di kepalanya hingga kepalanya terbelah menjadi dua, dan ia disisir dengan sisir dari besi yang menyisir dagingnya dan tulangnya, namun hal tersebut tidak memalingkan dari agama Allah.”(HR: Bukhari).
Bersabarlah orang muslim, harapkan ridha Allah ta’ala, bertahan, tidak mengeluh, tidak membalas keburukan dengan keburukan yang sama namun membalas kejahatan dengan kebaikan, dan maafkanlah:
“Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan” (Asy-Ssyura:43)
Mari kita simak senuah nasehat indah dari imam Ibnul jauzi,’ Saya senantiasa menunggu pahala yang baik dari Allah atas pekerjaan saya. Saya biarkan semuanya berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Saya berharap kesabaran ini berbuah ganjaran hingga saya dapat merasakan kedalamannya. Saya sadar bahwa pahala kesabaran sering Allah percepat namun sering pula Dia tunda. Andai dia mempercepatnya, saya tidak akan pernah ragu akan pahala yang akan saya peroleh. Sesungguhnya manusia yang akan meninggalkan sesuatu karena Allah, Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik.”

G. Adil
Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Maka bagi orang muslim adil adalh sebuah keharusan. Muslim harus adil dalam ucapan, perbuatan dan bahkan dalm segala hal sehingga menjadi akhlak yang ada pada dirinya.
Firma Allah Ta’la:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.”(An-Nahl:90)
Bahkan Nabi SAW. Bersabda bahwa salah satu dari golongan yang akan dinaungi oleh AllahSWT dalam naungan-Nya  pada hari dimana tidak ada lagi naungan kecuali naungan Allah adalah pemimpin yang adil. Orang yang telah memiliki sifat adil maka dia tidak akan condong kepada nafsu dan syahwat dan juga tidak berbuat zhalim sehingga Allah akan mencintainya dan mendapat keridhaan Nya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Allah berada di mimbar-mimbar dari cahaya ,yaitu orang-orang yang adil dalam hukum mereka, keluarga mereka dan (amanah) yang diberikan kepada mereka.”(HR Muslim)
“Penghuni surga itu tiga golongan;pemimpin yang adil dan mendapat taufik, orang yang penyayang hatinya, lembut terhadap setiap kerabat dekat dan orang islam, dan orang yang hidup dengan bersih, berusaha untuk tetap bersih(dengan kerja keras) sedang ia memiliki tanggungan keluarga yang banyak.”(HR muslim).
Syeikh Abu Bakar jabir Al Jazairi menulis dalam minhajul muslimnya, bahwa adil memiliki fenomena-fenomena yang baik sekali, antara lain adalah:
1.                  Adil kepada Allah ta’la dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dalam menyembah-Nya dan sifat-sifat-Nya,ta’at kepada-Nya, dzikir kepada-Nya dan syukur kepadanya.
2.                  Adil dalam memberikan keputusan hukum kepada manusia dengan memberikan hak kepada pemiliknya.
3.                  Adil diantara istri-istrinya dan anak-anak dengan dengan tidak melebihkan salah satu istri  atas istri-istri yang lain, atau salah satu anak atas anak-anak yang lain.
4.                  Adil dalam perkataan dengan tidak bersaksi dengan kesaksian palsu dan tidak dikatakan sebagai orang pembohong.
5.                  Adil dalam keyakinan dengan tidak meyakini kecuali kebenaran, kejujuran dan dirinya tidak dipuji dengan sesuatu yang tidak ada pada dirinya.
Semoga kita dapat berbuat adil pada diri kita,  setiap keputusan kita dan adil dalam segala perbuatan kita.

H.Benar & Jujur.
Kebenaran disamping sebagai sesuatu yang harus dimiliki tapi kebenaran adalah penyempurna iman dan pelengkap keislaman, karena Allah memerintahkan dalam firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaknya kalian bersama orang-orang yang benar. (AtTaubah:119)
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad SAW) dan, membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa (Az zumar:33)
Rasullah SAW. Juga bersbada:
“Hendaklah kalian benar, karena kebenaran membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa ke surga. Seseorang itu selalu benar dan memilih kebenaran hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang benar. Tinggalkan oleh kalian kebohongan, karena kebohongan membawa keburukan dan keburukan membawa ke neraka. Seseorang selalu berbohong dan memilih kebohongan hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pembohong.”(HR Muslim).
Betapa mulianya kebenaran sehingga dapat mengantarkan pemiliknya ke surga. Mari kita jujur pada diri kita dan jujur terhadap segala hal sehingga Allah mencatat sebagai orang yang benar. Kejujuran adalah bekal mencari kebenaran dan kebenaran yang akan mengantarkan kita ke surga-Nya.
BAB V
KETIKA MUSIBAH MENYAPA

A.Musibah Untuk Hamba.
Allah SWT  Dzat yang memberikan kita kehidupan, setelah menetapkan hidup kita di dunia ini sebagai ujian. Allah berfirman:
“Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk mengujimu, siapakah di antara kamu semua yang baik amalnya. (Al Mulk:2).
“Sungguh, kami pasti akan mengujimu dengan sebagian dari rasa takut, lapar, serta kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”(Al baqoroh:155)
Musibah atau bencana adalah bagian dari kehidupan. Musibah satu berganti bencana  yang lain seperti iringan pena yang menggores kata demi kata sehingga menjadi sebuah puisi kehidupan. Jika Anda menharap kebahagiaan hakiki di dunia ini maka anda sulit sekali mendapatkannya karena seakan setiap langkah kita di kehidupan selalu dihadapkan dengan ujian demi ujian kemudian Allah memberi obat bagi kedukaan:
“(yaitu) Orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan “Inna lillahi wa inna ‘ilaihi raji’un (sesungguhnya Kita milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kita kembali) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang semnpurna dan rahmat dari rabb mereka dan mereka itulah  orang-orang yang mendapat petunjuk (Al Baqoroh:156-157)
Jujunungan kita Nabi Muhammad SAW. Membrikan beberapa tips dalam meredam perihnya duka kehidupan:
“Tidak ada seorangpun tertimpa musibah lantas mengucapkan “innalillahi wa inna ilaihi rajiun, allahuma’ jurni fi musibati wa aklif li khoiron minha (sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kami kembali. Ya Allah berilah aku pahala  dalam musibahku dan berilah pula aku penngganti yang lebih baik darinya) Kecuali Allah pasti memberikan pahala kepadanya atas musibahnya itu dan memberinya pula pengganti yng lebih baik darinya (HR Ahmad)
Do’a dalam hadits di atas merupakan obat bagi kita yng tertimpa musibah. Jika anda merenungi do’a itu maka anda akan menemui penawar bagi segala macam musibah dan Anda pasti akan merasa terhibur.
Seorang hamba menyadari bahwa dia dan semua yang dimilikinya di dunia ini adalah pinjaman dari Allah dan ketika  Yang memiliki  mengambil pinjamannya maka sudah seharusnya ikhlas memberikannya. Kepemilikan hamba terhadapnya hanyalah kesenangan yang dipinjamkan dalam jangka waktu yang sudah ditentukan Nya. Hamba bukanla yang mengadakan dari ketiadaan dan tidak bisa menjaganya ketika ada dan juga tidak bisa mengekalkannya dalam kehendaknya sehingga secara hakiki kita tidak memilkanya . Dalam penggunannya ada batasan-batasan yang membatasi seperti seorang budak yang dipinjami sesuatu oleh majikannya sehungga tidak bisa menggunakan semaunya sendiri. Tempat kembali seorang hamba hamba adalah kepada tuanya yang sejati. Hamba akan dihadapkan kepada-Nya hanya bertemankan amalnya. Lalu apakah masih pantas seorang budak yang dipinjami sesuatu kemudian diambil pemiliknya merasa berhak menahannya.
Sesuatu yang telah ditakdirkan memnimpa dirinya tidak akan dihindari begitu pula apa yang ditakdirkan terhindar darinya tidak akan menimpanya. Allah SWT berfirman: “Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauh mahfudz) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu )supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.Dan Allah tidak menytukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”(Al Hadid:22-23).
Musibah adalah sebuah keharusan dalam kehidupan kita. Setiap kesenangan kadang akan diikuti musibah yang bertubi-tubi. Jangan pernah mengeluh karena mengeluh tidak akan mengurangi kepedihan duka. Bersabarlah! Jangan sampai pahala kesabaran hilang dari hadapan Anda ketika musibah datang.
“Orang-orang pada hari kiamat berangan-angan andaikata dulu kulitnya digergaji di dunia karena (besarnya) pahala orang-orang yang terkena bala’ yang mereka lihat.”(HR Tirmidzi)
Musibah juga merupakan tungku penggodok untuk memilih siapa hamba yang ridho dan mencintai Allah.”Sesungguhnya ujian adalah tanda kecintaan Allah pada kita. Yang sebenarnya musibah adalah kemurkaan Allah.

B.Mengapa Diuji?
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahlu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga sehingga berkatalah Rosul dan orang-orang yang beriman bersamanya:”kapankah datang pertolonganAllah?” Ingatr, sesungguhnya pertolongan Allah itru dekat(QS Albaqoroh:214)
Jika anda ditanya dimana tempat yang ingin anda tempati diakhirat kelak, pasti anda akan memilih surga sebagai tempat kembali. Mungkin anda juga masih tetap memeprtanyakan mengapa Anda masih diuji. Atau Anda akan memilih sabar tanpa menanyakan mengapa karena Anda yakin takdir Allah adalah takdir terbaik atau Anda melakukan keduanya?
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum nyata bagi Allah ornag-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.”(QS Ali Imran:142).
Pembuktian. Mungkin kata itu akan menjawab pertanyaan Anda. Pembuktian tentang siapa Anda. Pembuktian apa yang ada pada diri sehingga layakkah anda mendapatkan balasan kemenangan. Sungguh indah seruan para Mujahid ketika berperang di jalan Allah:
“       Sesungguhnya kemenanganitu hanya hanya membutuhkan kesabaran sesaat!”
Kesabaranlah yang akan membuktikan siap yang berdiri terakhir. Gigitlah Alqur’an dan sunnah maka jangan bersedih jika musibah menimpa anda selama Allah bersama Anda. Kebersamaan (ma’iyyah) Allah seperti tertuli dalam firman Allah SWT:
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”(Al Baqoroh:153)
“sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat baik.”(An Nahl:128)
“Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik.”(QS Al ankabut:69)
C.                 Yang Tegar Menghadapi Musibah.
Ibrahim as mengahadapi cobaan yang berat tetapi dia tetap sabar karena meyakini keesaan Allah dan janji-Nya. Ketika tubuhnya dilempar ke dalam bara api yang besar , dia berkata: “cukuplah Allah sebagai penolongku, Dia adalah sebaik-baik pelindung.”
Ketika Allah memerintahkan menyembelih putranya maka, dengan sabar dia membaringkan Isma’il dan akhirnya diganti oleh Allah dengan seekor kambing.
Siang dan malam selama 950 tahun Nabi nuh As Berdakwah baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Tiada satu kesempatan yang dilewatkan oleh Nabu Nuh As.
Nabi ayub menderita penyakit yang membuat dia dikucilkan, namun janji Allah membuat dia dikucilkan, namun janji Allah membuat dia bersabar dan ridho terhadap takdirnya.
Nabi musa mengalami berbagai ancaman dan gangguan dari kaumnya dan juga kaum fir’aun, tetapi dia tetap bersabar sampai Nabi Muhammad SAW. memujinya.
“Semoga Allah merahmati Musa sesungguhnya dia telah disakiti dengan perlakuan yang lebih parah daripada ini namun dia tetap bersabar.”(HR Bukhari).
Penutup Para Nabi, Muhammad SAW. Sudah banyak sekali menerima gangguandari kaumnya. Mereka menuduhnya sebagai orang gila, tukang sihir, pendusta dan berbagai macam gangguan fisik maupun psikis.
Mereka membunuhi sebagian sahabat-sahabat dan menyiksa sebagian yang lain, bukankah sangat berat ketika melihat pengikut setianya disiksa dan dibunuh di depan matanya.Belau berjumpa dengan sebagian dari mereka yang disiksa dan tiada yang bisa dilakukannya kecuali bersabda:
“Bersabarlah wahai keluarga yasir, karena sesungguhnya pahala yang dijanjikan untuk kalian nanti di surga “
Beliau tetap sabar menghadapi cobaan demi cobaan dalam menyampaikan risalah tuhannya. Bahkan setelah hijrah ke Madinah tetap saja cobaan demi cobaan menghampirinya. Hingga akhirnya Allah mewafatkannya setelah sempurna risalah islam.
Demikian pula dengan sahabat-sahabatnya, seperti Bilal, Sumayyah, Shuhaib,’Ammar,Miqdad dan abu Bakar semoga Allah meridhoi mereka dan mencukupkan mereka dengan limpahan pahala dan balasan yang setimpal bagi mereka. Bilal disiksa di bawah terik matahari, sahabat lain yang bernama Habib bin Yazid r.a yang diutus pada musailamah al kadzab tetapi malah dibunuh lalu menyalibnya. Seorang wanita yang ditingal syahid oleh ayah, saudara dan suaminya tetap tegar menghadapi hidup meski begitu berat.
Begitu juga para tabi’in penerus para sahabat Abu Qibbah termasuk orang yang diuji di tubuh dan agamanya akhirnya meninggal setelah melarikan diri demi agamanya akhirnya mati dengan seluruh anggota tubuhnya tak berfungsi. Ahmad bin Nashr al Khuza’iy tetap tegar sampai dipancung demi mempertahankan keyakinannya. Imam Ahmad dipenjara juga demi memegang keyakinannya bahwa Al Qur’an adalah kalam Allah.
Semoga kita mendapatkan akhlak mulia seperti mereka dalam menghadapi ujian kehidupan. Amin
Akhir dari Risalah adalah Alhamdulillah’alla kulli hal. Penulis Berharap semoga ini menjadi amal penulis yang mengalirkan pahala kepada penulis dan orang-orang yang telah berjasa kepada penulis mulai dari kedua orang tua penulis, guru-guru penulis dan siapa saja yang berjasa sehingga risalah ini ada di hadapan pembaca. Semua kebenaran datangnya dari Allah dan mohonkanlah ampun buat kesalahan yang penulis lakukan.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa Sallam dan semua orang yang mengikuti jalanya hingga hari kiamat kelak.
DAFTAR PUSTAKA

1.                  Al-Qur’aanul Karim.
2.                  Indahnya Kerlip Cahaya Al Qur’an, Muhammad Ali Ash Shabuni, Media Hidayah Publiser, 2005, Bandung.
3.                  Riyadhus Shalihin 1, Abu Zakariya An Nawawi, Takhrij M. Nasiruddin Al Albani, Duta Ilmu, 2004, Surabaya.
4.                  Riyadhus Shalihin 2, Abu Zakariya An Nawawi, Takhrij M. Nasiruddin Al Albani, Duta Ilmu, 2004, Surabaya.
5.                  Kitab Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Media Hidayah, 2004, Yogyakarta.
6.                  Syarah Kitab Tauhid 1, Muhammad Al Utsaimin, Darul Falah, 2003, Jakarta.
7.                  Kitab Tauhid 1, Shalih Al Fauzan, Darul Haq, 2006, Jakarta.
8.                  Cambuk Hati, ‘Aidh bin Abdullah Al Qarni, Irsyad Baitus Salam, 2004, Bandung.
9.                  Silsilah Amalan Hati, Muhammad bin Shalih Al Munajid, Irsyad Baitus Salam, 2006, Bandung.
10.              Fiqih Sehari-Hari, Shalih Al Fauzan, Gema Insani Press, 2006, Depok.
11.              Shaidul Khatir, Ibnu Al Jauzy, Maghfirah Pustaka, 2006, Jakarta.
12.              Perangkap Setan, Ibnul Jauzy, Pustaka Al-Kautsar, 2005, Jakarta Timur.
13.              Penawar Hati Yang Sakit, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Gema Insani Press, 2003, Jakarta.
14.              Meredam Duka Saat Menghadapi Musibah, Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah, Al -Qowam, 2006, Solo.
15.              Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, Afzalurrahman, Yayasan Swarna Bhumy, 2000, Jakarta.
16.              Zero To Hero, Sholikhin Abu Izzudin, Pro-U Media, 2006, Yogyakarta.
17.              Dalam Selimut Kabut Maksiat, Abu Umar Basyir, Rumah Dzikir, 2006, Solo.
 
 
*Karya tulis saya beberapa tahun yang lalu, pernah saya publikasikan di http://joushuf.blogspot.co.id/2011/01/menghadapi-kehidupan.html  pada jumat, 14 Januari 2011. Semoga bermanfaat

No comments:

Post a Comment

Al Fatihah Bagian 2

Al Fatihah Bagian 2 ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. ٱلْحَمْدُ Dalam Tafsir At Thabari di k...