Robert T
kiyosaki dalam bukunya Rich dad poor dad mengatakan bahwa “jangan bekerja untuk
uang.” Akan tetapi bekerjalah untuk
membuat uang anda bekerja untuk anda. Lalu apakah harus seperti itu pula
seorang muslim mengelola keuangannya?
Walaupun
kiyosaki mengatakan demikian, akan tetapi pada hakikatnya ajaran kiyosaki
adalah ajaran matrealisme juga. Ajaran kemakmuran di dunia. Sedangkan al qur’an
mengatakan.
“ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan
dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-
megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak,
seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman
itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan
di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu.” (Al Hadid:20)
Dalam
ayat di atas seakan Allah mengatakan agar manusia tidak terbuai dengan
kehidupan dunia, karena kehidupan dunia hanyalah kehidupan yang sementara yang
tidak kekal sedangkan kehidupan akhiratlah yang sebenarnya menjadi tujuan
prioritas kita. Rasulullah juga pernah membandingkan kehidupan dunia dengan kehidupan
akhirat, rasulullah mengibaratkan bahwa kehidupan dunia ini seperti ketika Anda
mencelupkan jari ke dalam lautan, maka setetes air itulah kehidupan dunia
sedangkan lautan adalah kehidupan akhirat.
Maka
menjadi sebuah kerugian yang sangat jika seorang muslim hanya meniatkan
aktivitasnya berlelah-lelahan demi sedikit uang atau setetes kehidupan dunia.
Maka bagi seorang muslim, bekerja itu adalah sebuah wujud penghambaankepada
Allah. Acuannya bukanlah kehidupan dunia, akan tetapi kehidupan akhirat nanti.
Maka jika niat seperti ini yang ada dalam hati seorang muslim, maka dia akan
mengusahakan dengan usaha yang terbaik. Tidak akan mengendor usahanya ketika
dunia tidak ia dapatkan. Dalam mencari kehidupanpun tidak akan menggunakan
jalan yang diharamkan agama, maka dengan niat yang iklaslah keberkahan hidup
dimulai, kemakmuran kehidupan akan terasa dalam setiap keringat seorang mukmin,
karena ada pahala yang direngkuhnya dalam keringat-keringat itu.
Sebuah kisah
inspiratif.
Abdurrahman bin Auf adalah salah satu sahabat nabi yang kaya raya
dan dermawan karena kemahirannya dalam berdagang. Ia termasuk salah satu
sahabat nabi yang permulaan menerima Islam (Assabiqunal Awwaluun). Abdurrahman
memeluk agama Islam sebelum Rasulullah saw menjadi rumah al-Arqam sebagai pusat
dakwah.Ia mendapatkan hidayah dari Allah SWT dua hari sesudah Abu Bakar
al-Shiddiq masuk Islam.
Abdurrahman
bin 'Auf adalah seorang shahabat Nabi s.a.w. yang mempunyai banyak
keistimewaan, di antaranya adalah beliau diberitahukan masuk syurga oleh Allah
s.w.t. ketika masih hidup serta termasuk salah seorang dari enam orang anggota
syura.
Kelahiran
Abdurrahman
bin 'Auf dilahirkan pada tahun kesepuluh dari tahun Gajah dan umurnya lebih
lebih muda dari Nabi selama sepuluh tahun karena Nabi dilahirkan pada tahun
gajah yaitu tanggal 20 April 571M. Dengan demikian Abdurrahman dilahirkan pada
tahun 581M. Namanya pada masa jahiliyah adalah Abdu Amru dan dalam satu
pendapat lain Abdul Ka'bah. Lalu Nabi s.a.w. menggantikannya menjadi
Abdurrahman. Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Auf bin Abdu Manaf bin
Abdul Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah al-Qurasyi al-Zuhri. Nasabnya
bertemu dengan Nabi s.a.w. pada Kilab bin Murrah. Kinayahnya adalah Abu
Muhammad sedangkan laqabnya al-Shadiq al-Barr. Ibunya bernama Asysyifa binti
'Auf bin Abdu bin al-Harits bin Zuhrah.
Kepribadian
Adalah
sosok yang sangat bersegera dalam berinfak. Dialah Abdurrahman bin ‘auf, putih
kulitnya, lebat rambutnya, banyak bulu matanya, mancung hidungnya, panjang gigi
taringnya yang bagian atas, panjang rambutnya sampai menutupi kedua telinganya,
panjang lehernya, serta lebar kedua bahunya. Dia adalah sahabat yang pandai
berdagang dan sangat ulet. Maka mulailah ia menjual dan membeli. Selang
beberapa saat ia sudah mengumpulkan keuntungan dari perdagangannya.
Disamping
itu, ia juga sosok pejuang yang pemberani. Ia mengikuti peperangan-peperangan
bersama Rasulullah. Pada waktu perang Badr, ia berhasil membunuh salah satu
dari musuh-musuh Allah, yaitu Umair bin Utsman bin Ka’ab At Taimi.
Keberaniannya juga nampak tatkala perang Uhud, medan dimana banyak diantara
kaum muslimin yang lari, namun ia tetap ditempatnya dan terus berperang
Sehingga diriwayatkan, ia mengalami luka-luka sekitar dua puluh sekian luka.
Akan tetapi perjuangannya di medan perang masih lebih ringan, jika dibanding
dengan perjuangannya dalam harta yang dimilikinya.
Keuletannya
berdagang serta doa dari Rasulullah, menjadikan perdagangannya semakin
berhasil, sehingga ia termasuk salah seorang sahabat yang kaya raya. Kekayaan
yang dimilikinya, tidak menjadikannya lalai. Tidak menjadi penghalang untuk
menjadi dermawan.
Diantara
kedermawanannya, ialah tatkala Rasulullah ingin melaksanakan perang Tabuk.
Yaitu sebuah peperangan yang membutuhkan banyak perbekalan. Maka datanglah
Abdurrahman bin ‘Auf dengan membawa dua ratus ‘uqiyah emas dan menginfakkannya
di jalan allah. Sehingga berkata Umar bin Khattab, ”Sesungguhnya aku melihat,
bahwa Abdurrahman adalah orang yang berdosa karena dia tidak meninggalkan untuk
keluarganya sesuatu apapun.” Maka bertanyalah Rasulullah kepadanya, ”Wahai
Abdurrahman, apa yang telah engkau tinggalkan untuk keluargamu?” Dia menjawab,
”Wahai Rasulullah, aku telah meninggalkan untuk mereka lebih banyak dan lebih
baik dari yang telah aku infakkan.” ”Apa itu?” tanya Rasulullah. Abdurrahman
menjawab, ”Apa yang dijanjikan oleh allah dan RasulNya berupa rizki dan
kebaikan serta pahala yang banyak.”
Suatu
ketika datanglah kafilah dagang Abdurrahman di kota Madinah, terdiri dari tujuh
ratus onta yang membawa kebutuhan-kebutuhan. Tatkala masuk ke kota Madinah,
terdengarlah suara hiruk pikuk. Maka berkata Ummul Mukminin, ”Suara apakah
ini?” Maka dijawab, ”Telah datang kafilah Abdurrahman bin ‘Auf.” Ummul Mukminin
berkata, ”Sungguh aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Aku melihat Abdurrahman
masuk surga dengan keadaan merangkak’.” Ketika mendengarkan berita tersebut,
Abdurrahman mengatakan, ”Aku ingin masuk surga dengan keadaan berdiri. Maka
diinfakkanlah kafilah dagang tersebut.”
Beliau
juga terkenal senang berbuat baik kepada orang lain, terutama kepada Ummahatul
Mukminin. Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf selalu berusaha untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Mneyertainya apabila mereka berhaji, yang
ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Abdurrahman. Dia juga pernah
memberikan kepada mereka sebuah kebun yagn nilainya sebanyak empat ratus ribu.
Puncak
dari kebaikannya kepada orang lain, ialah ketika ia menjual tanah seharga empat
puluh ribu dinar, yang kemudian dibagikannya kepada Bani Zuhrah dan orang-orang
fakir dari kalangan muhajirin dan Anshar. Ketika Aisyah mendapatkan bagiannya,
ia berkata, ”Aku mendengar Rasulullah bersabda, tidak akan memperhatikan
sepeninggalku, kecuali orang-orang yang bersabar. Semoga Allah memberinya air
minum dari mata air Salsabila di surga.”
Diantara
keistimewaan Abdurrahman bin Auf, bahwa ia berfatwa tatkala Rasulullah masih
hidup. Rasulullah juga pernah shalat di belakangnya pada waktu perang tabuk.
Ini merupakan keutamaan yang tidak dimiliki orang lain. Abdurrahman bin Auf,
juga termasuk salah seorang sahabat yang mendapatkan perhatian khusus dari
Rasulullah. Terbukti tatkala terjadi suatu masalah antara dia dan Khalid bin
Walid, maka Rasulullah bersabda, ”Wahai Khalid, janganlah engkau menyakiti salah
seorang dari Ahli Badr (yang mengikuti perang Badr). Seandainya engkau berinfak
dengan emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan bisa menyamai amalannya.”
Disamping
memiliki sifat yang pemurah dan dermawan, ia juga sahabat yang faqih dalam
masalah agama. Berkata Ibnu Abbas: Suatu ketika kami duduk-duduk bersama Umar
bin Khattab. Maka Umar berkata, ”apakah engkau pernah mendegnar hadits dari
Rasulullah yang memerintahkan seseorang apabila lupa dalam shalatnya, dan apa
yang dia perbuat?”
Aku
menjawab, ”Demi Allah, tidak pernah wahai Amirul Mukminin. Apakah engkau pernah
mendengarnya?” Dia menajawab, ”Tidak pernah, demi Allah.” Tatkala kami sedang
demikian, datanglah Abdurrahman bin Auf dan berkata, ”Apa yang sedang kalian
lakukan?” Umar menjawab, ”Aku bertanya kepada Ibnu Abbas,” kemudian ia
menyebutkan pertanyaannya. Abdurrahman berkata, ”aku pernah mendengarkan
tentang hal itu dari Rasulullah.” Apa yang engkau dengar wahai Abdurrahman?”
Maka ia menjawab, ”Aku mendengar Rasulullah bersabda, apabila lupa salah
seorang diantara kalian di dalam shalatnya, sehingga tidak tahu apakah ia
menambah atau mengurangi, apabila ragu satu raka’at atau dua raka’at, maka
jadikanlah satu raka’at, dan apabila ia ragu dua raka’at atau tiga raka’at,
maka jadikanlah dua raka’at, dan apabila ia ragu tiga raka’at atau empat
raka’at, maka jadikanlah tiga raka’at, sehingga keraguannya di dalam menambah,
kemudian sujud dua kali dan dia dalam keadaan duduk sebelum salam, kemudian
salam.”
Hijrah Bersama Rasul
Abdurrahman
memeluk agama Islam sebelum Rasulullah saw menjadi rumah al-Arqam sebagai pusat
dakwah.Ia mendapatkan hidayah dari Allah SWT dua hari sesudah Abu Bakar
al-Shiddiq masuk Islam. Seperti orang-orang yang pertama masuk islam
lainnya,Abdurrahman pun tidak luput dari penyiksaan dan tekanan kaum kafir
Quraisy. Namun hal tersebut tidak membuatnya bergeming sedikitpun, sekalipun
maut akan menjemputnya. Ia tetap sadar dan konsisten membenarkan dan mengikuti
risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Lantaran konsistennya dalam menegakkan
panji-panji Islam dan menjadi pengikut setia Rasulullah, kemudian ia menjadi
salah seorang pelopor bagi orang-orang yang hijrah untuk Allah dan Rasulnya.
Abdurrahman
turut hijrah ke Habasyah (sekarang Ethiopia-red) bersama kawan-kawan seiman
untuk menyelamatkan diri dari tekanan kaum Quraisy yang tak henti-hentinya
menteror mereka.Tatkala Rasulullah SAW dan para sahabat hendak melakukan hijrah
ke Madinah, Abdurrahman termasuk orang yang menjadi pelopor kaum Muslimin untuk
mengikuti ajakan Nabi yang mulia ini. Di kota Madinah, Rasulullah SAW banyak
mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshor.Di antaranya Abdurrahman yang
dipersaudarakan dengan Saad bin Rabi' al-Anshory Ra.
Seperti
layaknya para muhajirin lainnya yang meninggalkan kota Mekkah, Abdurrahman bin
Auf di samping meninggalkan kota kelahirannya Mekkah juga meninggalkan seluruh
harta yang dimilikinya sehingga setibanya di Madinah beliau tidak memiliki
apapun harta dan bahkan beliau tidak memiliki isteri. Diriwayatkan dari Anas
bin Malik, sesungguhnya Abdurrahman bin Auf telah dipersaudarakan (oleh Nabi
s.a.w.) dengan Sa'ad bin al-Rabi' al-Ansari tatkala tiba di Madinah. Lalu Sa'ad
berkata kepadanya: Saudaraku! Saya adalah salah seorang penduduk Madinah yang
punya banyak harta, pilihlah dan ambillah/ dan saya juga mempunya dua orang
isteri, lihatlah salah satunya yang mana yang menarik hatimu sehingga saya bisa
mentalaknya untukmu. Abdurrahman menjawab semoga Allah memberkatimu pada
hartamu dan keluargamu (akan tetapi) tunjukkanlah di mana letak pasarmu.
Merekapun menunjukkan pasar, maka beliaupun melakukan transaksi jual beli
sehingga mendapatkan laba (yang banyak) dan telah mampu membeli keju dan lemak.
Kemudian tidak lama berselang iapun sudah dipenuhi oleh wewangian (menikah).
Lalu Rasulullah s.a.w. bertanya: "apa gerangan yang terjadi
denganmu?", Ia menjawab:" Wahai Rasulullah, aku telah menikah.
Baginda bertanya: apa maharnya? Ia menjawab: "emas sebesar biji
kurma". Baginda bertanya kembali: "buatlah walimah (pesta perkawinan)
walaupun dengan satu ekor kambing".
Rasulullah
s.a.w. sangat jeli melihat keadaan Abdurrahman bin Auf sehingga beliau
dipersaudarakan dengan Sa'ad bin al-Rabi' yang merupakan salah seorang penduduk
Madinah yang mempunyai banyak harta. Persaudaraan ini membuahkan hasil yang
sangat kuat sekali bagi terjalinnya ikatan yang sangat kuat di antara keduanya.
Hal ini digambarkan ketika Sa'ad bin al-Rabi' menawarkan setengah kekayaannya
untuk dibagi percuma dan istrinya yang dicintai untuk dinikahi oleh Abdurrahman
bin Auf. Abdurrahman. Walaupun Sa'ad bin al-Rabi' menawarkannya didasarkan oleh
niat tulus ikhlas namun Abdurrahman bin Auf bukanlah tipe manusia yang
memanfaatkan kesempatan sehingga beliau menolak secara halus dengan ungkapan
semoga Allah memberkatimu, keluargamu dan hartamu.
Abdurrahman
bin Auf boleh miskin materi, tapi ia tidak akan pernah menjadi miskin mental.
Jangankan meminta, ia pun pantang menerima pemberian orang selain upahnya
sendiri. 'Tangan di bawah' sama sekali bukan perilaku mulia. Abdurrahman bukan
hanya tahu, melainkan memegang teguh nilai itu. Ia pun memutar otak bagaimana
dapat keluar dari kemiskinan tanpa harus menerima pemberian orang lain. Ia
hanya minta ditunjukkan jalan ke pasar. Ia pun pergi ke pasar dan mengamatinya
secara cermat. Dari pengamatannya ia tahu, pasar itu menempati tanah milik
seorang saudagar Yahudi. Para pedagang berjualan di sana dengan menyewa tanah
tersebut, sebagaimana para pedagang sekarang menyewa kios di mal.
Kreativitas
Abdurrahman pun muncul. Ia minta tolong saudara barunya untuk membeli tanah
yang kurang berharga yang terletak di samping tanah pasar itu. Tanah tersebut
lalu dipetak-petak secara baik. Siapa pun boleh berjualan di tanah itu tanpa
membayar sewa. Bila dari berdagang itu terdapat keuntungan, ia menghimbau
mereka untuk memberikan bagi hasil seikhlasnya. Para pedagang gembira dengan
tawaran itu karena membebaskan mereka dari biaya operasional. Mereka berbondong
pindah ke pasar baru yang dikembangkan Abdurrahman. Keuntungannya berlipat. Dari
keuntungan itu, Abdurahman mendapat bagi hasil. Semua gembira. Tak perlu makan
waktu lama, Abdurrahman keluar dari kemiskinan, bahkan menjadi salah seorang
sahabat Rasul yang paling berada. Kegigihannya dalam berdagang juga seperti
yang beliau ungkapkan sendiri: "aku melihat diriku kalau seandainya akau
mengangkat sebuah batu aku mengharapkan mendapatkan emas atau perak".
Sumbangan di Jalan Allah SWT
Laba
dari perniagaannya yang semakin meningkat dari ke hari tidaklah menyebabkan
beliau menjadi manusia yang pelit dan kikir serta jauh dari jalan Allah. Bahkan
beliau tidak segan-segan untuk menyumbangkan hartanya di jalan Allah dan
disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa beliau menyumbangkan setengah dari
hartanya. Hal ini seperti disebutkan Zuhri bahwa Abdurrahman bin Auf
menyumbangkan setengah dari hartanya sebanyak empat ribu dirham pada masa
Rasulullah s.a.w., kemudian beliau menyumbangkan empat ribu dirham, kemudian
empat puluh dinar, kemudian lima ratus kuda perang di jalan Allah, kemudian
seribu lima ratus tunggangan/ rahilah di jalan Allah, dan semua penghasilannya
bersumber dari perniagaan.
Kemurahan
hatinya untuk menyumbangkan hartanya di jalan tidak hanya berhenti dengan
menyumbangkan setengah dari hartanya bahkan dalam kesempatan lainnya disebutkan
bahwa beliau menyumbangkan keseluruhan hartanya. Hal ini seperti diceritakan
oleh Ibnu Abbas r.a. bahwa manakala Abdurrahman bin Auf ditimpa oleh sebuah
penyakit beliau mewasiatkan sepertiga hartanya, maka tatkala sembuh beliau
menyumbangkan sendiri dengan tangannya, kemudian berkata: Wahai shahabat
Rasulullah s.a.w.: saya akan memberikan sebanyak empat ratus dinar ke atas
semua pasukan Badar, lalu Uthman dan beberapa orang lainnya datang menemuinya:
lalu orang-orang bertanya kepadanya: Wahai Abu Umar, bukankah anda orang kaya?
Ia berkata: ini adalah waslah dari Abdurrahman dan bukan sedekah, dan ia
termasuk harta yang halal. Maka ia menyumbangkan sebanyak seratus lima puluh
ribu dinar kepada mereka, lalu tatkala menjelang malam beliau duduk sendiri di rumahnya,
lalu menuliskan sebuah memo untuk dibagikan semua hartanya kepada para
muhajirin dan Anshar, bahkan beliau menulis bajunya yang dipakainya dalam memo
tersebut, dan tidak ada satupun yang disisakannya kecuali dibagikan semuanya
kepada kaum fakir.
Ketika
menunaikan shalat shubuh di belakang Rasulullah s.a.w. turunlah Jibril dan
berkata: Wahai Muhammad sesungguhnya Allah berfirman kepadamu: kirimkanlah
salam saya buat Abdurrahman dan terimalah semua memonya kemudian kembalikanlah
semua kepadanya dan katakan kepadanya:Allah telah menerima sedekahmu dan ia
adalah wakil Allah dan wakil RasulNya maka kembangkanlah hartanya sesuai dengan
kemauannya, dan kelolalah hartanya sebagaimana yang telah dilakukan sebelumnya
dan ia tidak akan diminta pertanggungjawab dan beritahulah kabar gembir (ia
dijamin masuk syurga).
Disamping
menyumbangkan hartanya untuk fakir miskin dan orang-orang tertentu beliau juga
diceritakan merupakan orang yang paling banyak memerdekan hamba. Dalam sebuah
riwayat Ja'far bin Burqan berkata: saya pernah mendengar bahwa Abdurrahman bin
Auf telah memerdekan hamba sebanyak tiga puluh ribu jiwa. Dan Abu Amr berkata:
dalam satu riwayat disebutkan bahwa beliau memerdekakan sebanyak tiga puluh
hamba dalam satu hari.
Keutamaan Abdurrahman bin Auf
Keislaman
Abdurrahman bin Auf sejak dini menjadikan beliau sebagai pribadi yang paling
pertama menghadapi kerasnya penentangan dari penduduk Quraisy Mekkah, sehingga
akhirnya beliau dan beberapa shahabat lainnya diizinkan oleh Nabi s.a.w.
berhijrah ke Habsyah pada gelombang pertama. Menurut para ulama, pemilihan kota
Habsyah (Ethiopia) sebagai tujuan hijrah pada masa itu disebabkan Habsyah
adalah merupakan sebuah negara yang tidak mempunyai ikatan diplomasi dengan
negara-negara Arab sehingga dalam hukum international di era modern disebutkan
bahwa negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik maka tidak boleh melakukan
ektradisi terhadap orang yang berlindung di dalam negaranya. Dan ini merupakan
pemilihan yang sangat tepat dari Rasulullah s.a.w. dan diceritakan bahwa ketika
utusan Quraisy membujuk Najasyi agar mengusir para muhajirin dari bumi Habsyah,
beliau berkata bahwa saya tidak akan melakukan kecuali setelah mengetahui
alasan dari pribadi tersebut. Dan ternyata setelah mendengarkan penjelasan dari
Ja'far bin Abi Thalib, Najasyi mengembalikan semua hadiah yang diberikan oleh
utusan Quraisy dan mengusir keduanya serta menjamin keamanan seluruh kaum
muslimin di negaranya.
Tidak
mengherankan akhirnya beliau merupakan di antara para shahabat yang mendapatkan
beberapa keistimewaan di antaranya:
1.
Menjadi Imam Shalat Nabi SAW
Dalam
sebuah riwayat disebutkan bahwa dalam satu peperangan Nabi s.a.w. menjadi
makmum Abdurrahman bin Auf. Dalam cerita panjang lebar Amr bin Wahab mengatakan
bahwa al-Mughirah bin Syu'bah menyebutkan bahwa menjelang shubuh hari Nabi
mengajak al-Mughirah untuk menemaninya membuang hajat. Setelah buang hajat Nabi
s.a.w. memintanya untuk mengambalikan air wudhu' namun ternyata mereka sudah
terlambat karena rombongan sedang menunaikan shalat yang diimami oleh
Abdurrahman bin Auf. Ketika itu ia mencuba untuk menghentikan shalat jemaah
tersebut dengan kembali mengumandangkan azan namun Nabi s.a.w. melarangnya
sehingga Nabi s.a.w. menjadi makmun kepada Abdurrahman bin Auf. Dalam satu hadits
lainnya diriwayatkan oleh al-Mughirah: Nabi tidak meninggal sehingga menjadi
makmum orang shalih dari ummatnya.
2.
Calon Penghuni Syurga
Beliau
merupakan salah seorang shahabat Nabi s.a.w. yang dijamin masuk syurga
Diriwayatkan dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Sa'id bin Zayd
berkata: Rasulullah s.a.w. berkata: sepuluh orang yang dijamin masuk syurga:
Abu Bakar, Umar, Ali, Utsman, Zubair, Thalhah, Abdurrahman bin Auf, Abu Ubaidah
bin al-Jarrah dan Sa'ad bin Abi Waqqas. Beliau berkata: beliau telah
menyebutkan satu persatu dari yang sembilan orang dan kemudian berhenti sejenak
pada bilang yang kesepuluh. Maka orang bertanya-tanya: kami memohon kepadamu
atas nama Allah siapakah orang yang kesepuluh? Beliau menjawab: kalian meminta
keseriusan saya atas nama Allah, (orang yang yang kesepuluh adalah) Abu
al-A'war (kinayah terhadap Sa'id bin Zaid).
3.
Kecintaan Nabi SAW. terhadap Abdurrahman bin Auf r.a.
Ummu
Salamah r.a. menceritakan bahwa Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya yang
akan menjaga kamu sekalian sepeninggalku adalah al-Shadiq al-Bar (Abdurrahman
bin Auf), Ya Allah hidangkanlah minuman mata air syurga kepada Abdurrahman bin
Auf.
Nabi
s.a.w. juga bersabda: "Engkau adalah orang kepercayaan penduduk bumi dan
engkau juga orang kepercayaan penduduk langit.
4.
Ayat al-Quran yang memujinya
Al-Quran
memuji keutamaannya, di antaranya seperti yang diriwayatkan dari Saib tentang
firman Allah ta'ala (al-Baqarah:267) diturunkan untuk Uthman dan Abdurrahman
bin Auf. Adapun tentang Abdurrahman bin Auf diceritakan bahwa ia menyumbangkan
empat ribu dirham kepada Nabi s.a.w. lalu ia berkata: sebenarnya saya punya
delapan ribu dirham (akan tetapi) saya tinggalkan empat ribu dirham untuk diri
sendiri dan keluarga sedangkan empat ribu dirham saya sumbangkan di jalan Allah
maka Nabi s.a.w bersabda: semoga Allah memberkati apa yang telah engkau
tinggalkan dan apa yang telah engkau sumbangkan.
5.
Salam dan berita masuk syurga dari Allah SWT
Ibnu
Abbas r.a. berkata: "manakala kafilah dagang Abdurrahman bin Auf kembali
dari Syam langsung dibawa kepada Nabi s.a.w. lalu Nabi s.a.w. berdoa untuknya
agar dimasukkan syurga, lalu turunlah Jibril berkata: Sesungguhnya Allah
mengirimkan salam untukmu dan berkata: kirimkanlah salam saya kepada
Abdurrahman bin Auf dan sampaikan berita gembira beliau masuk syurga.
6.
Penghargaan Nabi SAW
Abu
Umar dan beberapa orang lainnya berkata: Abdurrahman bin Auf ikut dalam perang
Badar dan semua peperangan lainnya, beliau tetap setia membentengi Nabi s.a.w.
pada perag Uhud, salah seorang dari sepuluh orang yang dijamin masuk syurga,
salah seorang dari lapan orang yang terdahulu masuk syurga, salah seorang dari
enam orang anggota syurga yang disaksikan oleh Umar bahwa Rasulullah s.a..w
telah ridha terhadap mereka, salah seorang dari lima orang yang masuk Islam
dalam tangan Abu Bakar, Rasulullah s.a.w pernah mengutusnya ke Dumah al-Jandal,
memakaikan surban dan menyalipnya pada ke dua bahunya lalu berkata kepadanya:
pergilah dengan mengucapkan bismillah dan mewasiatkannya beberapa wasiat, dan
berkata kepadanya: jika Allah memberi kemenangan kepadamu maka kawinilah anak
perempuan dari pemimpin mereka, atau disebutkan berkata anak perempuan raja
mereka sedangkan pemimpin mereka adalah al-Asbagh bin Tha'labah al-Kalibi lalu
iapun mengawini anak perempuannya Tamadhur dan ia adalah ibu dari anaknya Abi
Salamah.
7.
Kepercayaan Nabi SAW terhadap kekuatan imannya
Ubaidillah
bin Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud berkata: Bahwa Rasulullah SAW. memberikan
(sesuatu) kepada khalayak ramai dan tidak memberikan apapun kepada Abdurrahmah
bin Auf sedangkan ia berada dalam khalayak tersebut, lalu Abdurrahman bin Auf
keluar dari barisan tersebut dalam keadaan menangis, maka Umar bin Khattab
melihat dan berkata: apa yang membuatmu menangis? Ia menjawab: Rasulullah
s.a.w. memberikan sesuatu kepada orang ramai padahal saya ada di tengah
orang-orang tersebut, maka aku takut Rasulullah s.a.w. tidak memberikan sesuatu
kepadaku disebabkan oleh hal yang tidak disukai dariku. Beliau berkata: lalu
Umar masuk menemui Nabi s.a.w. dan menceritakan peristiwa yang dialami oleh
Abdurrahman bin Auf, lalu Rasulullah s.a.w. berkata: Saya tidak marah kepadanya
akan tetapi telah menyerahkannya kepada keimanannya.
8.
Orang yang sudah bahagia dalam perut ibunya
Ibrahim
bin Abdurrahman bin Auf berkata: manakala Abdurrahman bin Auf terlelap sebentar
kemudian bangun kembali lalu bercerita: sesungguhnya telah datang kepadaku dua
orang malaikat yang berperawakan menakutkan lalu keduanya berkata: ikuti
bersama kami untuk diadukan kepada Allah. Ia berkata: lalu keduanya dijumpai
oleh seorang malaikat maka berkata: mau dibawa kemana lelaki tersebut? Keduanya
menjawab: kami mau mengadukannya kepada Allah. Ia berkata: lepaskanlah ia
karena sesungguhnya ia telah dituliskan sebagai lelaki bahagian sedangkan ia
masih dalam kandungan ibunya.
9.
Keilmuannya
Ibnu
Abbas r.a. bahwa ketika Umar menuju ke Syam dan manakala sampai di Sara' beliau
dikabarkan bahwa Syam telah dilanda oleh penyakit waba' (penyakit menular),
lalu mengumpulkan semua shahabat Rasulullah s.a.w. dan meminta pendapat,
sehingga muncullah berbagai pendapat namun beliau menyetujui pendapat untuk
kembali (agar tidak meneruskan perjalanan). Tiba-tiba muncullah Abdurrahman bin
Auf yang menghilang beberapa saat karena buang hajat lalu berkata: Sesungguhnya
saya sangat mengertia masalah ini, karena aku pernah mendengar Rasulullah
s.a.w. bersabda: apabila terjadi penyakit menular di suatu tempat maka
janganlah kamu masuk ke dalamnya dan apabila terjadi di suatu tempat sedangkan
kamu berada di dalamnya maka janganlah kamu keluar darinya karena lari dari
penyakit tersebut.
10.
Rujukan Umar
Anas
r.a. menceritakan bahwa peminum khamar Nabi SAW dijatuhkan hukuman jilid dengan
pelepah kurma dan sandal sebanyak empat puluh kali dan demikian juga Abu Bakar.
Seterusnya Anas r.a. menceritakan ketika Umar diangkat menjadi Khalifah:
sesungguhnya orang kampung telah datang ke kota, apa pendapat kalian tentang
hukum peminum khamar? Lalu Abdurrahman bin Auf berkata: kita menetapkan
hukumannya di bawah hukuman hudud maka (Umarpun) menetapkan hukuman sebanyak
delapan puluh kali jilid.
11.
Ketawadhuannya
Walaupun
beliau merupakan sosok shahabat Nabi s.a.w. yang telah dijanjikan masuk syurga
namun beliau titel tersebut tidak menyebabkan beliau lupa diri. Sa'id bin
Jubair berkata: Abdurrahman bin Auf tidak dapat dibedakan di antara hamba
sahayanya.
Wafat
Abdurrahman
bin Auf meninggal pada tahun 31H, dalam pendapat lain disebutkan pada tahun 32H
ketika berumur 75tahun. Dalam pendapat lain disebutkan berumur 72tahun. Beliau
dimakamkan di pemakaman Baqi' yang diimami oleh Utsman berdasarkan wasiatnya.
Diriwayatkan oleh Ibnu al-Najjar di dalam kitab Akhbar al-Madinah dengan
sanadnya dari Abdurrahman bn Humaid dari Bapaknya berkata: ketika ajal hendak menjemputnya
Aisyah mengirimkan seseorang kepadanya supaya dikuburkan di sisi Rasulullah
s.a.w. dan kedua saudaranya, maka ia menjawab: saya tidak mau menyempitkan
ruang rumahmu karena sesungguhnya saya telah berjanji kepada Ibnu Maz'un siapa
saja yang meninggal maka akan dikuburkan di sisi sahabatnya dan dengan demikian
makam Utsman bin Maz'un dan Abdurrahman bin Auf berada di sisi qubah Ibrahim
bin Nabi s.a.w.
Harta Warisan
Abdurrahman
bin Auf meninggalkan dua puluh delapan anak lelaki dan delapan anak perempuan.
Hal yang sangat menarik sekali bahwa walaupun sudah menyumbangkan hampir
keseluruhan hartanya di jalan Allah SWT. namun beliau masih meninggalkan harta
warisan yang sangat banyak sekali. Dalam sebuah riwayat dari Muhammad, beliau
menceritakan bahwa di antara harta peninggalan Abdurrahman bin Auf adalah emas
murni sehingga tangan para tukang merasa kewalahan (lecet) untuk membagikannnya
dan empat orang isterinya masing-masing menerima harta warisan sebanyak delapan
puluh ribu dinar (sesuai hukum waris bahwa jatah waris istri-istri adalah
seperdelapan dari total warisan, maka perkiraan harta warisnya adalah
8x80000dinar=640000).
Abu
Amr berkata: beliau adalah seorang pedagang sukses dalam bidang bidang
perniagaan, sehingga mendapatkan laba yang sangat banyak dan meninggalkan
sebanyak seribu unta, tiga ratus kambing, seratus kuda perang yang digembalakan
di daerah Naqi' dan mempunyai lahan pertanian sehingga kebutuhan keluarganya
setahun dipasok dari hasil tanaman tersebut.
Ringkasan ajaran kiyosaky
1.
memiliki ‘tujuan’ ber-investasi, yaitu F/F = 3PI > Expenses.
Kiyosaky
mengajarkan bahwa orang akan menjadi kaya ketika pasive incomenya (penghasilan
tanpa harus bekerja,/penghasilan dari asetnya) 3 kali lebih besar dari
expensesnya (biaya gaya hidupnya).maka dengan sendirinya kekayaan seorang
tersebut akan terus meningkat
2.
‘Melek Finansial’. Pemahaman ‘yang benar’ mengenai Asset dan Liabiliti dan
pentingnya
Cashflow (daripada
capital
gain).
Asset
= sesuatu yang menghasilkan uang bagi anda
Liliabilitas=
sesuatu yang mengeluarkan uang anda
Cashflow=arus
kas pendapatan dan pengeluaran anda
Semakin besar aset daripada liliabilitas maka semakin
kayalah seseorang.
3.
‘Time and Risk Management’, yaitu kuadran E,S,B,I dan Active dan Passive
Income.
E=employe
(karyawan)
S=self
employe (seseorang yang bekerja untuk dirinya sendiri. Misal; dokter , artis
dsb)
B=bisnis
I=investor
Seorang
karyawan, waktunya akan habis untuk bekerja kepada orang lain untuk mendapatkan
gaji. Self employe menghabiskan waktu untuk bekerja agar dirinya di bayar.
Bisnisman bekerja untuk membangun bisnisnya, sehingga bisnisnyalah yang
nantinya akan memberikan penghasilan bagi dirinya. Sedangkan Investor, menggunakan uangnya untuk
berinvestasi, sehingga dari investasinya inilah dia mendapatkan deviden atau
bagi hasil.
Seorang
yang di kuadran kanan (B&I) lebih mungkin memiliki penghasilan lebih dari
satu penghasilan sehingga kebanyakan orang kaya adalah berasal dari 2 golongan
ini.
4.
Strategy ber-investasi, yaitu 3 kendaraan ber-investasi.
Kiyosaky
menyarankan agar melakukan langkah berikut ini untuk menuju kemakmuran
seseorang, yaitu dengan:
a.
membangun BISNIS
b.
berinvestasi di PROPERTI
c. berinvestasi
di PAPER ASSET
Pada dasarnya
ilmu yang diajarkan kiyosaky, sehingga beliau di anggap sebagai guru bagi para
miliader, sudah di aplikasikan oleh para pendahulu kaum muslimin. Rasulullah
sendiri pada awalnya adalah seorang pebisnis ulung. Sembilan dari para 10
sahabat yang mendapat kabar akan masuk
surgapun adalah para pelaku bisnis dan investor.
Kalau kita
melihat, kisah abdurahman bin ‘auf di atas maka kita bisa melihat bahwa ilmu
kiyosaky telah diaplikasikan secara nyata oleh beliau. Ketika beliau hijrah ke
madinah, maka semua hartanya beliau tinggal di mekah. Tapi dengan harga diri
seorang muslim, beliau berhasil membangun kerajaan bisnisnya di madinah.
Tak kalah hebat
lagi umar, ketika beliau meninggal, beliau meninggalkan 70000 ladang, yang
rata-rata harga ladangnya sebesar Rp 160 juta perkiraan konversi ke dalam
rupiah. Itu berarti, umar meninggalkan warisan sebanyak Rp 11,2 triliun. Setiap
tahun rata-rata hasil dari setiap ladang Rp.40 juta, berarti umar mendapatkan
penghasilan Rp 2,8 triliun setiap tahun atau Rp 233 miliar setiap bulan dari
70000 propertinya.