Apa yang menjadi prioritas utama dalam pengajaran dan mana yang harus di akhirkan. Prioritas dalam pendidikan ini menjadi saya anggap penting karena menurut kami sudah banyak yang mengajarkan keislaman namun sedikit yang mampu melahirkan generasi yang komit pada keislaman. Maka kita perlu mencari formula yang tepat untuk hal ini.
Semua kaum muslimin sepakat bahwasanya umat
terbaik umat ini adalah generasi para sahabat kemudian diikuti dua generasi
berikutnya. Generasi terbaik umat ini adalah para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah sebaik-baik manusia. Lantas disusul generasi berikutnya, lalu generasi berikutnya. Tiga kurun ini merupakan kurun terbaik dari umat ini. Dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhuma, bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang
yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang
yang setelah mereka.” (Shahih Al-Bukhari, no. 3650)
Mereka adalah orang-orang yang paling baik, paling selamat dan paling mengetahui dalam memahami Islam. Mereka adalah para pendahulu yang memiliki keshalihan yang tertinggi (as-salafu ash-shalih).
Karenanya, sudah merupakan kemestian bila menghendaki pemahaman dan pengamalan Islam yang benar maka wajib merujuk kepada mereka (as-salafu ash-shalih). Mereka adalah orang-orang yang telah mendapat keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mereka pun ridha kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Orang-orang
yang terdahulu lagi
yang pertama-tama
(masuk
Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang
yang mengikuti mereka dengan baik,
Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada
Allah dan
Allah menyediakan bagi mereka surga-surga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan
yang besar.” (At-Taubah: 100)
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan untuk mengikuti para sahabat. Berjalan di atas jalan yang mereka tempuh. Berperilaku selaras apa yang telah mereka perbuat.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku.” (Luqman: 15)
Ibnul Qayyim rahimahullahu dalam I’lam Al-Muwaqqi’in, terkait ayat di atas disebutkan bahwa setiap sahabat adalah orang yang kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka, wajib mengikuti jalannya, perkataan-perkataannya, dan keyakinan-keyakinan (i’tiqad) mereka.
“Dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku.” (Luqman: 15)
Ibnul Qayyim rahimahullahu dalam I’lam Al-Muwaqqi’in, terkait ayat di atas disebutkan bahwa setiap sahabat adalah orang yang kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka, wajib mengikuti jalannya, perkataan-perkataannya, dan keyakinan-keyakinan (i’tiqad) mereka.
Dan jika kita ingin mendidik generasi menjadi generasi terbaik maka kita juga harus
mencontoh para pendahulu kita dalam mendidik anak-anak mereka. Seperti yang
dikatakan oleh Imam Malik rahimahullah, beliau berkata : “Dan tidak akan baik umat pada akhir zaman ini melainkan apabila mereka kembali sebagaimana ulama pertama memperbaiki umat."
Iman adalah prioritas dalam dakwah nabi, sehingga dakwah di periode
mekah adalah dakwah tauhid. Ayat-ayat
yang turun pun lebih menekankan akidah. Begitu juga dalam pendidikan anak-anak
kita. Begitu juga pernyataan beberapa sahabat yang mengkritik para tabiin dalam
belajar. Generasi sahabat itu lebih baik dari pada tabiin karena mereka didik
langsung oleh pendidik terbaik.
‘Abdullah bin ‘Umar r.a berkata, “Kami telah hidup sekian lama dari usia
kami, dan salah seorang dari kami diberi iman sebelum Al-Qur’an. Sebuah surah
turun kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, maka dia pun mempelajari apa yang halal,
haram, perintah, larangan, dan hal-hal lain yang harus diperhatikan darinya,
sebagaimana kalian mempelajari Al-Qur’an di hari ini. Kemudian, sungguh saya
telah melihat beberapa orang di hari ini, dimana salah seorang dari mereka
telah diberi Al-Qur’an sebelum iman. Maka, dia pun membaca apa yang ada
diantara pembukaannya sampai penutupnya, namun dia tidak tahu-menahu apa yang
diperintahkannya, apa yang dilarangnya, dan apa yang harus dia perhatikan
darinya. Dia membacanya sebagaimana berjatuhannya kurma jelek ketika pohonnya
diguncangkan.( Riwayat al-Baihaqi dalam Sunan-nya, no. 5496, dari ‘Abdullah bin ‘Umar.
Diriwayatkan pula oleh al-Hakim, ath-Thabrani dan ath-Thahawi. Al-Hakim
mengeluarkannya dalam al-Mustadrak, no. 101.
Beliau berkata, “Ini hadits shahih ‘ala syarth asy-syaikhaini, setahu saya
tidak ada ‘illat di dalamnya, dan mereka berdua tidak mengeluarkannya.”
Ad-Dzahabi berkata dalam at-Talkhish, “Sesuai syarth al-Bukhari dan Muslim, dan tidak ada ‘illat padanya.” Ath-Thabrani mengutipnya dalam Mu’jam al-Awsath, dan menurut al-Haitsami dalam Majma’ az-Zawa’id, no. 755, “Diriwayatkan oleh ath-Thabrani
dalam al-Awsath, dan para
perawinya adalah perawi shahih.”
Ath-Thahawi meriwayatkannya dalam Musykil al-Atsar, no. 1253.)
Hudzaifah bin al-Yaman berkata, “Sesungguhnya kami adalah kaum yang telah diberi iman sebelum kami diberi Al-Qur’an, sedangkan kalian adalah kaum yang diberi Al-Qur’an sebelum kalian diberi iman. “(Riwayat al-Baihaqi dalam Sunan-nya, no. 5497)
Jundub bin 'Abdillah bin Sufyan al-Bajali berkata “Dulu kami adalah anak-anak kecil yang sudah cukup kuat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka, kami pun mempelajari iman sebelum Al-Qur’an, kemudian kami mempelajari Al-Qur’an (setelah itu). Maka, semakin bertambahlah iman kami. Sementara kalian di hari ini, kalian mempelajari Al-Qur’an sebelum iman.” ( Riwayat al-Baihaqi dalam Sunan-nya, no. 5498)
Sedangkan keimanan ini menurut Rasulullah ada cabang-cabangnya, jika sempurna cabang-cabangnya maka kokohlah batangnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah
shallallahu
‘alaihi wa sallam
bersabda, “Iman
itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah
ucapan ‘Laailaahaillallah’, sedangkan yang paling rendahnya adalah
menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan, dan malu itu salah satu
cabang keimanan”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Pembelajaran Keimanan ini nanti akan mengantarkan seorang lebih dalam tentang Allah yang nantinya akan menjadi motivasi setiap manusia dalam beraktivitas termasuk belajar. Wallahu a'lam
No comments:
Post a Comment