Monday, 12 January 2015

Prioritas Dalam Belajar

https://kerecek.files.wordpress.com/2012/02/al_quran_by_durooob.jpg
Apa yang menjadi prioritas utama dalam pengajaran dan mana yang harus di akhirkan. Prioritas dalam pendidikan ini menjadi saya anggap penting karena menurut kami sudah banyak yang mengajarkan keislaman namun sedikit yang mampu melahirkan generasi yang komit pada keislaman. Maka kita perlu mencari formula yang tepat untuk hal ini.
Semua kaum muslimin sepakat bahwasanya umat terbaik umat ini adalah generasi para sahabat kemudian diikuti dua generasi berikutnya. Generasi terbaik umat ini adalah para sahabat Nabi Shallallahualaihi wa sallam. Mereka adalah sebaik-baik manusia. Lantas disusul generasi berikutnya, lalu generasi berikutnya. Tiga kurun ini merupakan kurun terbaik dari umat ini. Dari Imran bin Hushain radhiyallahuanhuma, bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahualaihi wa sallam bersabda:
Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (Shahih Al-Bukhari, no. 3650)
Mereka adalah orang-orang yang paling baik, paling selamat dan paling mengetahui dalam memahami Islam. Mereka adalah para pendahulu yang memiliki keshalihan yang tertinggi (as-salafu ash-shalih).
Karenanya, sudah merupakan kemestian bila menghendaki pemahaman dan pengamalan Islam yang benar maka wajib merujuk kepada mereka (as-salafu ash-shalih). Mereka adalah orang-orang yang telah mendapat keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mereka pun ridha kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
  Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (At-Taubah: 100)
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan untuk mengikuti para sahabat. Berjalan di atas jalan yang mereka tempuh. Berperilaku selaras apa yang telah mereka perbuat. 
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: 
 Dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku.” (Luqman: 15)

Ibnul Qayyim rahimahullahu dalam I’lam Al-Muwaqqi’in, terkait ayat di atas disebutkan bahwa setiap sahabat adalah orang yang kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka, wajib mengikuti jalannya, perkataan-perkataannya, dan keyakinan-keyakinan (i’tiqad) mereka.
Dan jika kita ingin mendidik generasi menjadi  generasi terbaik maka kita juga harus mencontoh para pendahulu kita dalam mendidik anak-anak mereka. Seperti yang dikatakan oleh Imam Malik rahimahullah, beliau berkata : “Dan tidak akan baik umat pada akhir zaman ini melainkan apabila mereka kembali sebagaimana ulama pertama memperbaiki umat."

Iman adalah prioritas dalam dakwah nabi, sehingga dakwah di periode mekah adalah dakwah tauhid.  Ayat-ayat yang turun pun lebih menekankan akidah. Begitu juga dalam pendidikan anak-anak kita. Begitu juga pernyataan beberapa sahabat yang mengkritik para tabiin dalam belajar. Generasi sahabat itu lebih baik dari pada tabiin karena mereka didik langsung oleh pendidik terbaik.

‘Abdullah bin ‘Umar r.a berkata, “Kami telah hidup sekian lama dari usia kami, dan salah seorang dari kami diberi iman sebelum Al-Qur’an. Sebuah surah turun kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka dia pun mempelajari apa yang halal, haram, perintah, larangan, dan hal-hal lain yang harus diperhatikan darinya, sebagaimana kalian mempelajari Al-Qur’an di hari ini. Kemudian, sungguh saya telah melihat beberapa orang di hari ini, dimana salah seorang dari mereka telah diberi Al-Qur’an sebelum iman. Maka, dia pun membaca apa yang ada diantara pembukaannya sampai penutupnya, namun dia tidak tahu-menahu apa yang diperintahkannya, apa yang dilarangnya, dan apa yang harus dia perhatikan darinya. Dia membacanya sebagaimana berjatuhannya kurma jelek ketika pohonnya diguncangkan.( Riwayat al-Baihaqi dalam Sunan-nya, no. 5496, dari ‘Abdullah bin ‘Umar. Diriwayatkan pula oleh al-Hakim, ath-Thabrani dan ath-Thahawi. Al-Hakim mengeluarkannya dalam al-Mustadrak, no. 101. Beliau berkata, “Ini hadits shahih ‘ala syarth asy-syaikhaini, setahu saya tidak ada ‘illat di dalamnya, dan mereka berdua tidak mengeluarkannya.” Ad-Dzahabi berkata dalam at-Talkhish, “Sesuai syarth al-Bukhari dan Muslim, dan tidak ada ‘illat padanya.” Ath-Thabrani mengutipnya dalam Mu’jam al-Awsath, dan menurut al-Haitsami dalam Majma’ az-Zawa’id, no. 755, “Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Awsath, dan para perawinya adalah perawi shahih.” Ath-Thahawi meriwayatkannya dalam Musykil al-Atsar, no. 1253.)

Hudzaifah bin al-Yaman berkata, “Sesungguhnya kami adalah kaum yang telah diberi iman sebelum kami diberi Al-Qur’an, sedangkan kalian adalah kaum yang diberi Al-Qur’an sebelum kalian diberi iman. “(Riwayat al-Baihaqi dalam Sunan-nya, no. 5497)

 Jundub bin 'Abdillah bin Sufyan al-Bajali  berkata “Dulu kami adalah anak-anak kecil yang sudah cukup kuat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka, kami pun mempelajari iman sebelum Al-Qur’an, kemudian kami mempelajari Al-Qur’an (setelah itu). Maka, semakin bertambahlah iman kami. Sementara kalian di hari ini, kalian mempelajari Al-Qur’an sebelum iman.” ( Riwayat al-Baihaqi dalam Sunan-nya, no. 5498)

Sedangkan keimanan ini menurut Rasulullah ada cabang-cabangnya, jika sempurna cabang-cabangnya maka kokohlah batangnya.
 Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan ‘Laailaahaillallah’, sedangkan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan, dan malu itu salah satu cabang keimanan” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pembelajaran Keimanan ini nanti akan mengantarkan seorang lebih dalam tentang Allah yang nantinya akan menjadi motivasi setiap manusia dalam beraktivitas termasuk belajar. Wallahu a'lam

No comments:

Post a Comment

Al Fatihah Bagian 2

Al Fatihah Bagian 2 ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. ٱلْحَمْدُ Dalam Tafsir At Thabari di k...