Rasulullah bersabda “Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelembutan. Dia memberikan kepada kelembutan apa yang tidak Dia berikan kepada kekerasan dan tidak pula Dia berikan kepada yang lainnya.’’ (HR Muslim).
Memaknai hadis tersebut, Imam Nawawi menjelaskan, kelembutan
adalah seutama-utamanya akhlak dari seluruh akhlak mulia lainnya. Dengan
kelemahlembutan itulah Rasulullah SAW bisa sukses besar dalam menjalankan misi
dakwahnya.
“Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.'' (QS.
3: 159).
Kita sering mendapati keadaan dimana rasa sabar kita begitu di uji ketika
menghadapi anak-anak kita. Kadang muncul rasa marah dalam hati kita. Ketika marah
inilah kekuatan seseorang di uji apakah dia bisa marah karena Allah atau hanya
marah mengikuti hawa nafsunya, hal ini sangat penting bagi para pendidik
anak-anak kaum muslimin atau kita sebagai orang tua bagi anank-anak kita.
Namun sebelumnya ijinkan saya membahas satu sifat dimana Allah memberikanya
dalam akhlak Rasulullah sehingga beliau mampu dengan sukses mampu mendidik kaum
muslimin generasi pertama menjadi generasi terbaik umat ini. Yaitu kelemah
lembutan.
Fitrah manusia cenderung kepada kebaikan dan mencintai kelembutan. Akan
tetapi, karena ego, hawa nafsu atau kepentingan sesaatlah, banyak manusia yang
kemudian berubah menjadi orang yang kasar, beringas, dan kejam. Padahal, pada
dasarnya ego dan hawa nafsu hanya akan
memberikan ketidak baikan saja baik bagi urusan dunia maupun akhirat. Jadi
wajar jika sikap kasar, beringas, dan kejam tidak akan mendapat ridha dari
Allah, akan tetapi Allah sangat menyukai kelembutan sebagaimana yang disebutkan
dalam hadits berikut.
Rasulullah bersabda , “Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai
kelembutan dalam segala urusan.” (HR. Bukhari Muslim).
Dalam Syarah Riyadhus Sholihin, Imam Nawawi mengatakan, hadis itu menjelaskan
tentang perintah agar umat Islam bersikap lemah lembut. Baik dalam ucapan
maupun perbuatan. Hal demikian melahirkan hubungan harmonis antara pendidik dan yang dididik. Yang
akhirnya akan menanamkan pula sikap kelembutan dalam hati anak-anak kaum
muslimin. Bahkan terhadap seorang penguasa zalim sekelas Fir’aun pun Allah
memerintahkan Nabi Musa berkata lemah lembut. “Maka berbicaralah kamu
berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat
atau takut.’’ (QS 20 : 44) lalu bagaimana dengan anak-anak didik kita.
Namun kelemah lembutan dalam mendidik ini juga harus di tempatkan pada
tempatnya yang sesuai, jika kita melihat apa yang dilakukan Rasulullah secara
Holistik maka kita akan mendapati beberapa keadaan dimana Rasulullah bersikap
tegas dalam mendidik, misalnya kejadian yang diceritakan oleh Abu Hurairah ra.,
ia berkata: Hasan bin Ali mengambil sebiji kurma dari kurma zakat, lalu ia
memasukkan ke dalam mulutnya. Rasullulah SAW bersabda : ‘ Wah…wah….., buanglah
kurma itu Tidakkah engkau mengetahui bahwa kita tidak boleh memakan barang
zakat ?” (HR.Bukhari dan Muslim)
Hadis di atas menjelaskan kepada kita bagaimana cara Rasulullah mendidik
cucunya yang bernama Hasan bin ‘ Ali untuk tidak makan makanan yang haram .
Ketika Rasulullah melihat Hasan memasukkan ke dalam mulutnya kurma yang dia
ambil dari tumpukan kurma zakat , beliau segera melarang dan menyuruh
memuntahkannya . Bersamaan dengan itu , Rasulullah saw, mengatakan kepada
cucunya bahwa keluarga beliau dilarang makan barang zakat .
Rasulullah mendidik Hasan bin ‘Ali secara praktis untuk memuntahkan kurma
yang ada di mulutnya dan menjelaskan kepanya bahwa kurma tersebut adalah hasil
zakat yang haram dimakan oleh keluarga Rasullulah saw. Dengan didikan secara
langsung tersebut , anak menjadi sadar bahwa makanan yang diharamkan oleh agama
harus dijauhi, bahkan kalau sudah masuk ke mulut harus dimuntahkan dengan cara
yang tegas.
Hal ini menggambarkan keindahan akhlak Rasulullah bagaimana menerapkan
kelembutan dalam mendidik secara tepat. Begitu juga beliau juga menganjurkan
kaum muslimin mendidik anak-anak kemampuan dasar berjihad seperti berkuda,
memanah dan berenang. Hal ini menjadi gambaran bahwa kelembutan dalam mendidik
tidak menafikan ketegasan dalam hal-hal tertentu. Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment