Friday, 7 October 2016

Arti Tauhid dan cara menjaganya

Pertanyaan :
Assalamualaikum, pak ustadz.
Boleh tolong jelaskan tentang tauhid dan cra menjaganya?
Linda

Jawab:
Tauhid sesungguhnya merupakan fitrah dari manusia sejak Adam alaihissalam pertama kali diciptakan (QS. 7:172, 30:30). Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yang mengubahnya menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi”. (HR. At-Thabrani dan Al-Baihaqi)

Kata “Tauhid” dalam bahasa Arab merupakan masdar (kata dasar) dari kata: wahhada- yuwahhada-tauhid yang berarti mengesakan/mengakui keesaan.   

Tauhid sesungguhnya merupakan fitrah dari manusia sejak Adam alaihissalam pertama kali diciptakan (QS. 7:172, 30:30). Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yang mengubahnya menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi”. (HR. At-Thabrani dan Al-Baihaqi)

Dalam jami'ul bayan fi ta'wilil quran Imam  Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah  berkata,

نخلص له العبادة، ونوحد له الربوبية، فلا نشرك به شيئا، ولا نتخذ دونه ربا

“Kami memurnikan ibadah hanya kepada-Nya, dan kami mengesakan bagi-Nya rububiyyah, maka kami tidak menyekutukan-Nya dengan apapun juga (dalam ibadah), dan kami tidak menjadikan selain-Nya sebagai Rabb.”

Kemudian untuk menjelaskan Tauhid para ulama beijtihad membagi tauhid menjadi beberapa macam. Ada yang membagi menjadi tiga yaitu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid asma wa shifat hal ini berdasarkan kajian terhadap pendapat-pendapat ulama salaf. Ada juga yang membagi menjadi empat macam tauhid sebagaimana dalam surat An Nas. Dan masih ada pendapat lain.

Dalam kitab Ats-Tsawabit wal Mutaghayyiraat fi Masiiroh Al-‘Amal Al-Islami Al-Mu’ashir, DR. Sholah Ash-Showi, mengatakan “Sesungguhnya pembagian tauhid hanyalah pembagian menurut istilah, tujuannya adalah mendekatkan permasalahan dan membuat sistematika pembelajarannya, sebagaimana para ulama telah membuat istilah-istilah untuk ilmu-ilmu lainnya. Berdasarkan hal ini maka tidak perlu ada perdebatan dalam istilah.

Dan dalam masalah ini tidaklah ada batas-batas yang memisahkan antara bagian tauhid yang masuk dalam kategori tauhid rububiyah, uluhiyah maupun asma’ was shifat, bahkan pembagian seperti ini sepanjang yang kami ketahui memang tidak berdasar pada suatu ayat yang muhkam ataupun sunnah yang diikuti, maka yang menjadi patokan sebagaimana yang mereka katakan adalah, sebuah istilah dipahami sesuai dengan maksud-maksudnya dan makna-maknanya, dan bukan lafaz-lafaz maupun cara-cara pengungkapannya.

Demikianlah, meskipun para ulama senantiasa menggunakan dan menetapkan pembagian ini sejak kurun waktu yang panjang sehingga menjadikan pembagian ini sebagai warisan salaf, maka sepatutnya diterima namun tanpa menjadikannya pijakan dalam wala’ dan bara’.”

Lalu bagaimana upaya kita dalam menjaga tauhid. Kalau ttauhid sudah merupakan fitrah adalah merawat dan menjaganya sebagaimana tanaman yang memerlukan pupuk. Cara menjaganya adalah dengan mengilmuinya dengan benar dan merawatnya dengan mengikut apa-apa yang di bawa oleh Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam.

Wallahu a'lam


No comments:

Post a Comment

Al Fatihah Bagian 2

Al Fatihah Bagian 2 ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. ٱلْحَمْدُ Dalam Tafsir At Thabari di k...