Allah Ta’ala berfirman,
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
“Berlomba-lombalah dalam kebaikan.” (QS. Al Baqarah: 148).
Ayat ini merupakan perintah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, dan perintah ini lebih dalam daripada sebatas perintah mengerjakan kebaikan. Dalam perintah ini mengandung perintah mengerjakannya, menyempurnakannya, melakukannya sebaik mungkin dan bersegera kepadanya. Barangsiapa yang bersegera kepada kebaikan ketika di dunia, maka dia adalah orang yang lebih dulu ke surganya. Oleh karena itu, mereka yang berlomba-lomba dalam kebaikan adalah orang yang paling tinggi derajatnya. Dan kata الْخَيْرَاتِ "kebaikan" di sini mencakup semua amalan fardhu maupun sunat, baik berupa shalat, puasa, zakat, hajji, Umrah, jihad, yang bermanfa'at bagi orang lain maupun sebatas untuk diri sendiri.
Begitu juga Allah Ta’ala berfirman,
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran: 133).
Di dalam hadits juga disebutkan perintah untuk bersegera dalam kebaikan yaitu perintah untuk menduduki shaf pertama. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا
“Sebaik-baik shaf laki-laki adalah shaf pertama dan yang jelek adalah yang terakhir. Sebaik-baik shaf perempuan adalah yang terakhir dan yang jelek adalah yang awal.” (HR. Muslim no. 440).
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bersegeralah melakukan amalan sholih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia” (HR. Muslim)
Dari dalil di atas menunjukkan perintah untuk segera melakukan kebaikan.Namun kadang manusia malas untuk bersegera dan cenderung menunda-nunda amal.
Padahal menunda amal shaleh merupakan bala tentara Iblis yg membinasakan banyak manusia. Sebagaimana disebutkan dalam kitab HilyatulAuliya’ wa Thabaqat Al Ashfiya, "Aku mendapati bahwa menunda-nunda kebaikan adalah salah satu dari tentara Iblis, ia telah membinasakan banyak makhluk-makhluk Allah.”
Iblis sangat senang melihat manusia terpedaya dengan melakukan berbagai penundaan, sehingga kita perlu untuk melawan nafsu & keinginan dalam menunda kebaikan.
Oleh karena itu jangan lah kita menunda-nunda amalan hari ini hingga besok, Seandainya besok itu tiba, mungkin saja kita akan kehilangan kesempatan itu.
Al Hasan Al Bashri berkata, “Hati-hati dengan sikap menunda-nunda. Engkau sekarang berada di hari ini dan bukan berada di hari besok. Jika besok tiba, engkau berada di hari tersebut dan sekarang engkau masih berada di hari ini. Jika besok tidak menghampirimu, maka janganlah engkau sesali atas apa yang luput darimu di hari ini.”
Sesungguhnya seseorang tidak mampu menjamin bahwa dia akan bertemu dengan hari esok. Maka menunda-nunda amal harusnya menjadi pantangan untuk dikerjakan oleh orang yang beriman pada Allah. Hal ini di karenakan seakan-akan orang yg menunda amal ini seperti seorang yang sombong yang mampu menjamin bahwa ia akan hidup sampai esok hari.
Sebaiknya seorang mukmin selalu bersegera berbuat kebaikan dan jangan menunggu-nunggu apa lagi menundanya, hari ini untuk beramal, insyaAllah esok kita akan menuai hasilnya.
Dari Abu Ishaq, ada yang berkata kepada seseorang dari ‘Abdul Qois, “Nasehatilah kami.” Ia berkata, “Hati-hatilah dengan sikap menunda-nunda (nanti dan nanti).”
Dari Abdullah bin Abdil Malik, beliau berkata, “Kami suatu saat berjalan bersama ayah kami di atas tandunya. Lalu dia berkata pada kami, ‘Bertasbihlah sampai di pohon itu.’ Lalu kami pun bertasbih sampai di pohon yang dia tunjuk. Kemudian nampak lagi pohon lain, lalu dia berkata pada kami, ‘Bertakbirlah sampai di pohon itu.’ Lalu kami pun bertakbir. Inilah yang biasa diajarkan oleh ayah kami.” Subhanallah … Lisan selalu terjaga dengan hal manfaat dari waktu ke waktu.
Ingatlah nasehat Imam Asy Syafi’i di mana beliau mendapat nasehat ini dari seorang sufi, “Aku pernah bersama dengan orang-orang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. (Di antaranya), dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.”
Wallahua'lam bi shawab
Temanggung, 5 November 2022
Ta' Rouf Yusuf
No comments:
Post a Comment