كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي
وَلا تَكْفُرُونِ
Sebagai mana Kami telah mengutus kepada kalian Rasul di antara kalian
yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kalian dan menyucikan kalian dan
mengajarkan kepada kalian Al-Kitab dan hikmah, serta mengajarkan kepada kalian
apa yang belum kalian ketahui. Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya
Aku ingat (pula) kepada kalian; dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah
kalian mengingkari (nikmat-Ku). (Al
Baqarah 151-152 )
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, ketika menafsirkan surat Al
Maidah "Ini merupakan nikmat Allah yang paling besar terhadap umat ini.
Yaitu dengan Dia menyempurnakan untuk mereka agama mereka, sehingga mereka
tidak lagi membutuhkan agama selain itu dan juga tidak membutuhkan nabi selain
nabi mereka, semoga shalawat dan salam terlimpahkan untuk mereka. Karena itu
Alalh menjadikannya (Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam) sebagai akhir
para nabi dan diutus untuk jin dan manusia. Tidak ada yang halal kecuali apa
yang dia halalkan, tidak ada yang haram kecuali apa yang dia haramkan, tidak
ada agama kecuali apa yang dia ajarkan. Semuanya telah dia sampaikan. Beliau
adalah orang yang benar dan jujur, tidak ada dusta dan penipuan padanya.
Sebagaiman firman Allah Ta'ala,
"Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang
benar dan adil." (QS. Al-An'am: 115)
Maksudnya adalah benar dalam penyampaiannya dan adil dalam perkara
perintah dan larangan. Ketika agama telah disempurkan bagi mereka, maka berarti
nikmat telah disempurnakan kepada mereka." (Tafsir Ibnu Katsir, 3/26)
Maka dapat kita simpulkan di antara nkmat Allah yang paling besar
adalah nikmat Iman dan taufiq untuk menjalankan syariatnya. Syariat Islam meberikan
solusi setiap permasalahan dalam kehidupan manusia, di samping itu syariat ini
adalah syariat yang di janjikan Allah jika kita mengkutinya maka akan
mengantarkan keselamatan di akhirat kelak.Lalu nikmat apa yang lebih besar dari
pada nikmat yang mampu memberi solusi bagi permasalahan manusia yang terbesar
yaitu masuk Neraka.
Hal ini disandingkan pula dengan nikmat yang disebutkan sebelumnya
yaitu menghadap ke arah kakbah di dalam sholat. Kabah adalah tempatibadah yang
sebenarnya di bangun sejak awal bahan sebelum manusia di ciptakan. Allah
mengabarkan dalam Al-Quran: Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun
untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan
menjadi petunjuk bagi semua manusia . (QS. Ali Imran : 96).
Konon di zaman Nabi Nuh as, ka’bah ini pernah tenggelam dan runtuh
bangunannya hingga datang masa Nabi Ibrahim as bersama anak dan istrinya ke
lembah gersang tanpa air yang ternyata disitulah pondasi Ka’bah dan bangunannya
pernah berdiri. Lalu Allah swt memerintahkan keduanya untuk mendirikan kembali
ka’bah di atas bekas pondasinya dahulu. Dan dijadikan Ka’bah itu sebagai tempat
ibadah bapak tiga agama dunia. Dan ketika Kami menjadikan rumah itu (ka’bah)
tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam
Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail:
“Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’
dan yang sujud”. (QS. ). Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji,
niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta
yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, (QS. Al-Hajj : 27).
Maka dua nikmat ini menjadi Nikmat yang agung yang di berikan secara
sempurna kepada umat Nabi muhammad shalallahu alaihi wa sallam. Dimana Agama
yang di berikan adalah penyempurna semua agama sebelumnya kiblatnyapun adalah tempat ibadah pertama yang di buat untuk
beribadah kepada Allah.
Penyebab sempurnanya nikmat ini adalah di utusnya Rasulullah Muhammad
shalallahu alaihi wa sallam. Di mana Rasulullah membacakan dan mengaplikasikan
syariat paripurna ini. Dan juga menjalananya, dan mengajak para sahabat untu
menjalankan syariat ini. Dimana dengan menjalankan syariat ini dengan benar,
maka akan membersihkan manusia dari kekotoran-kekotoran baik yang bersifat
ruhiyah maupun jasadiyah. Maka dua tugas inilah yang mengantarkan manusia pada
puncak paripurnanya sebuah peradaban. Dimana seluruh aspek manusia termanajemen
dengan manajemen terbaik sehingga akan didapatkan hasil yang terbaik pula.
Maka satu kunci seseorang mendapatkan kenikmatan yang hakiki ketika
seorang menjalankan dengan sempurna syariat Allah ini. Maka kita kemudian di
perintahkan untuk banyak mengingat sang pemberi nikmat yang membuahkan ma’rifatullah
kemudian bersyukur kepadaNya.
Syukur secara bahasa,
الثناء على المحسِن بما
أَوْلاكَهُ من المعروف
“Syukur adalah pujian bagi orang yang memberikan kebaikan, atas
kebaikannya tersebut” (Lihat Ash Shahhah Fil Lughah karya Al Jauhari). Atau
dalam bahasa Indonesia, bersyukur artinya berterima kasih.
Sedangkan istilah syukur dalam agama, adalah sebagaimana yang
dijabarkan oleh Ibnul Qayyim:
الشكر ظهور أثر نعمة
الله على لسان عبده:
ثناء واعترافا، وعلى قلبه شهودا
ومحبة، وعلى جوارحه انقيادا
وطاعة
“Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan
melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia
telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan
kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada
Allah” (Madarijus Salikin, 2/244).
Lawan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu enggan menyadari atau
bahkan mengingkari bahwa nikmat yang ia dapatkan adalah dari Allah Ta’ala,
dimana kekufuran ini akan mengantarkan ke Neraka.
Wallahu a’lam
Temanggung, 19 Januari 2019 M / 13 Jumadil Awwal 140 H
Ta’ Rouf Yusuf
No comments:
Post a Comment