Oleh : TR. Yusuf
Kata Pengantar
Bismillahirrahmaanirrahim,
Segala
puji bagi Allah Yang Maha Berkuasa lagi Maha Penyayang. Dialah Yang Esa
yang telah menurunkan dinul Islam sebagai jalan selamat dunia akhirat.
Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain
Allah semata. Dialah Rabb langit & bumi serta yang berada diantara
keduanya. Aku bersaksi bahwa Muhammas SAW. Adalah hamba segaligus
utusan-Nya. Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada
beliau yang menjadi penyampai islam kepada manusia, semoga juga
tercurahkan kepada keluarga dan para sahabat beliau yang merupakan
sosok-sosok pilihan.
Allah Berfirman:
“(Dialah)
yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa diantara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha perkasa, Maha Pengampun.”(Al
Mulk:2)
Di
tengah maraknya kebudayaan barat yang tengah menyerang kita seakan kaum
muslimin kehilangan jati dirinya sebagai soerang muslim sehingga banyak
dari kita yang lebih berpikir materialistis dan seakan hidup kita hanya
untuk di dunia ini saja. Penulis ingin bernostalgia kembali dengan
fitrah diri kita yang butuh akan Islam sebagai jalan hidup bukan hanya
sebagai pemenuh kebutuhan spiritual semata.. Semoga risalah ini menjadi
teman dikala harus berdiri tegar menghadapi kehidupan.
Semoga
risalah ini bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan bagi saudara
sesama muslim yang mau mengambil manfaat dari tulisan ini. Semoga Allah
memelihara penulisan ini dari kebodohan diri penulis. Jika nanti ada
kesalahan dalam tulisan ini maka itu semua semata hanya kebodohan
penulis dan jika ada kebenaran maka itu hanya dari Allah SWT.
Semoga
Allah memaafkan setiap dosa penulis, ayah, bunda, guru-guru penulis dan
segenap kaum muslimin wal muslimat.
Amin.
Penulis.
BAB I
SIAPAKAH ANDA ?
Kelahiran Kedua.
Sesungguhnya
orang mukmin itu dilahirkan dua kali, sedang orang kafir mati dua kali.
Kelahiran seorang mukmin yang pertama adalah saat ia dilahirkan oleh
ibunya, yaitu saat nafas mulai berhembus, ia menangis karena kezhaliman
dan kesesatan yang ada dalam kehidupan ini serta kesulitan dan masalah
yang akan dihadapinya.
Kelahiran
yang kedua adalah ketika mukmin dihidupkan dalam iman Al Qur’an dan
Assunnah Rasulullah Muhammad SAW. Inilah kehidupan yang sesungguhnya.
Kehidupan dimana akan beroleh keselamatan seperti sabda Nabi SAW yang
telah meninggalkan dua hal dimana orang yang memegangnya maka akan
selamat, yaitu Al Qur’an dan Assunnah.Imam
Ibnu Jauzy menerangkan tentang As Sunnah dalam kitab Talbis iblisnya.
As Sunnah itu adalah jalan. Tidak diragukan bahwa ahlun-naqli
wal-atsari, yaitu orang-orang yang mengikuti jejak Rasulullah dan Para
Shahabat adalah Ahlus-Sunnah, sebab mereka berada diatas jalan itu, yang
disana tidak ada hal baru yang diada-adakan dalam agama. Sebab hal-hal
baru dalam agama itu baru muncul sepeninggal Rasulullah SAW dan Para
Shahabat. Padahal Allah telah bersabda bahwa Islam telah sempurna,
seperti dalam firman-Nya :
“Diharmkan
bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang
jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat
kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah,
(mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini
orang-orang kafir Telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari
Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Maka barang siapa terpaksa Karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( Al Ma’idah : 3
)
Jalan
inilah dimana anda akan beroleh keselamatan di dunia dan di akherat
kelak. Jalan dimana telah dipersiapkan Pencipta manusia untuk menunjuki
setiap makhluknya untuk berjalan didalam kehidupan yang penuh duri
beracun yang siap menancapkan tajamnya di tubuh orang mukmin. Oleh
karena itu selamatkan diri Anda sebelum sakaratul maut menghampiri Anda.
Sebelum datangnya janji Allah yang disebut kematian. Padahal kematian
itu pasti akan datang walaupun Anda tidak mengimaninya. Selamatkan diri
Anda. Sungguh, hidup ini penuh dengan cobaan, baik yang kita sadari
sebagai cobaan, maupun tidak kita sadari sebagai cobaan.
Orang
kafir mati ketika hatinya mati dan ketika Allah menetapkan kematian
atasnya seperti kematian hewan, ketika nafas terhenti maka betapa
sialnya orang yang mati dalam keadaan kafir.- Ya Allah, jangan matikan
kami dalam kekafiran-. Hal di atas seperti yang difirmankan Allah dalam
surat Al Mukmin ayat: 11 :
“Mereka
menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau Telah mematikan kami dua kali dan Telah
menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami.
Maka Adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?”
Marilah
memaknai kedua Syahadad kita karena dalam Islam kedua syahadad itu
bukan hanya persaksian semata tapi memiliki konsekuensi yang harus
dijalankan oleh orang yang telah mengikrarkannya. Kedua syahadad inilah
yang menjadi dasar Dienul Islam yang merupakan satu-satunya jalan
selamat bagi manusia.
La illaha illallah adalah mentauhidkan Allah ....
Allah Ta’ala berfirman :
“
Orang-orang yang mereka seru itu sebenarnya mereka juga mencari jalan
kepada Rabb mereka. Siapa diantara mereka yang lebih dekat ( kepada
Allah ) dan mengharapkan rahmat Nya, serta takut dengan siksa Nya.
Sesungguhnya siksaan Rabbmu adalah suatu hal yang harus ditakuti. “ (
QS. Al Isra’ : 57 ).
Dalam
ayat tersebut dijelaskan bantahan terhadap orang-orang musyrik yang
berdo’a kepada orang0orang shalih dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa
berdo’a kepada orang shalih adalah syirik.
Juga perkataan Ibrahim Al Khalil As kepada orang-orang kafir
“
Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah, tetapi (
aku hanya menyembah ) kepada Rabb yang telah menjadikanku. “ (QS. Az
Zukhruf : 26-27).
Dalam
hal ini Nabi Ibrahim mengecualikan Allah dari sesmbahan selain Nya.
Sikap berlepas diri terhadap sesembahan selain Allah dan loyal kepada
Allah adalah tafsiran La illaha illalllah. Juga sabda Nabi Muhammad SAW :
“
Barang siapa mengucapkan La illaha illallah dan mengingkari sesembahan
selain Allah, niscaya terlindungi harta dan darahnya. Sedangkan hisab
(perhitungannya) terserah kepada Allah. “ ( HR. Muslim ).
Juga firman Allah SWT :
“Dan
sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di
antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada
pula di antaranya orang-orang yang Telah pasti kesesatan baginya. Maka
berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”( An Nahl :36
) . Ibnu
Qayyim mengatakan bahwa thaghut adalah segala sesuatu ( Selain Allah )
yang disembah, diikuti dan ditaati sehingga melampui batas oleh
seseorang hamba,. Umar ra, mengatakan bahwa thaghut adalah setan. Sedang
Jabir ra mengatakan bahwa thaghut adalah dukun yang selalu didatangi
setan. Senada dengan mereka Imam Malik mengatakan bahwa thaghut adalah
segala yang disembah selain
Allah.
.
Muhammadu rasuulullah
Nabi
Muhammad SAW, diutus untuk membenarkan yang haq dan menyalahkan yang
bathil. Beliau diutus dengan membawa bukti yang putih, agama yang
cemerlang dan syari’at yang toleran. Beliau diutus dengan membawa
keadilan dan kebajikan, dan membantu kaum kerabat. Beliau diutus dengan
membawa kebaikan menyebar kedamaian, amal bakti, kecintaan, kebahagiaan,
keshalihan, keamanan dan iman. Beliau diutus dengan membawa kesucian,
sholat, zakat, puasa, haji dan jihad serta memerintahkan kepada
kebajikan dan mencegah kemungkaran. Beliau diutus dengan membawa urusan
yang tinggi, akhlaq yang mulia, karakter yang baik dan inti keutamaan
yang mencakup segalanya. Beliau diutus untuk menghancurkan kemusyrikan,
mengusir kebodohan, memerangi kezhaliman dan mencabut kebathilan. Aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah dan syari’at yang dibawanya
adalah kebenaran. Keselamatan yang harus kita taati. Jalan Iman, Al
qur’an dan Assunah. Aku mendengar dan menjalankan apa yang diperintahkan
Allah dan Rosulnya itulah makna syahadatain.
Tiga karakter manusia, dimanakah kita ? .
Alif
laam miin. Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa,(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib,
yang mendirikan shalat[, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami
anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al
Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan)
akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka,
dan merekalah orang-orang yang beruntung. Sesungguhnya orang-orang
kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri
peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah Telah mengunci-mati
hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi
mereka siksa yang amat berat.. Di antara manusia ada yang mengatakan:
"Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu
Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.. Mereka hendak menipu Allah
dan orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya
sendiri sedang mereka tidak sadar.. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu
ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta.. Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bumi". mereka menjawab: "Sesungguhnya
kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, Sesungguhnya
mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak
sadar. Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana
orang-orang lain Telah beriman." mereka menjawab: "Akan berimankah kami
sebagaimana orang-orang yang bodoh itu Telah beriman?" Ingatlah,
Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan: "Kami Telah beriman". dan bila mereka kembali kepada
syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami
sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok." Allah akan
(membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing
dalam kesesatan mereka. Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan
dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah
mereka mendapat petunjuk. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang
menyalakan api[26], Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah
hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam
kegelapan, tidak dapat Melihat. Mereka tuli, bisu dan buta[27], Maka
tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar), (Al Baqarah : 1-18 )
Dalam
surat Al Baqarah ayat 2 – 18 diatas Allah menerangkan pada kita
tentang tiga karakter manusia. Ayat kedua sampai ayat ke lima
menerangkan ciri orang bertaqwa. Ayat ke enam dan ketujuh menunjukan
ciri orang kafir. Sedang selebihnya menunjukkan karakter orang yang
munafik. .
Dimanakah
kita ? jika kita berbeda sebagai orang orang yang beriman dan bertaqwa
maka bahagialah kita, pertahankan sampai mati kita.:
“
Hai orang – orang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar
– benar taqwa kepada – Nya dan jangan sekali – kali kamu mati kecuali
dalam keadaan memeluk agama Islam ( Ali Imron : 102 ). Jika ciri – ciri
dalam diri kita adalah ayat 6 – 18 maka marilah bertaubat sebelum ajal
menjemput kita. Marilah berusaha terlahir kembali sebagai mukmin yang
mengamalkan petunjuk Nabi kita. Semoga kita ditolong Allah untuk
mengikuti Jalan Rosullulah SAW dan para sahabatnya.
“
Aku berwasiat kepada kalian untuk tetap bertaqwa kepada Allah ‘Azzawa
jalla, taat ( kepada pemimpin ) meskipun kalian dipimpin oleh seorang
budak Habsyi. Karena orang yang hidup sesudahku akan melihat banyak
perselisihan, karena itu berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah
Khulafaur Rosiydin yang mendapat petunjuk. Gigitlah kuat-kuat sunnah itu
dengan gigi gerahammu dan hindarilah hal-hal baru (dalam agama) karena
setiap hal-hal baru dalam agama adalah sesat. ( HR Abu
Dawud dan Tirmidzi )
Mengapa Anda ada ?
Dalam al Qur’an, Allah menyebutkan mengapa kita diciptakan ;
‘ Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin & manusia melainkan supaya beribadah kepadaKu. “ ( Adz Dzariyat : 56 )
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah mendefinisikan ibadah adalah sesuatu ungkapan yang
mencangkup segala ucapan dan perbuatan baik yang lahir maupun yang batin
yang dicintai dan diridhai Allah.
Menjadi
hamba Allah berarti menyerahkan seluruh hidup agar sesuai dengan
kehendak Nya untuk mencapai ridha Nya, yakni beramal sebaik mungkin
tanpa henti untuk mendapatkan ridha Allah, takut hanya kepada Allah dan
mengarahkan seluruh pikiran, ucapan serta perbuatan untuk tujuan
tersebut. Allah mengingatkan dalam Al Qur’an :
“
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An’am : 162).
Maka
marirah kita menyadarkan hati kita. Bukankah seharusnya seluruh
aktifitas kita dalam kehidupan adalah bentuk peribadatan kita kepada
Pencipta kita karena itulah satu-satunya alasan mengapa kita
diciptakan.. Tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah.
BAB II
DUNIA
A. Perumpamaan Dunia.
Imam Bukhari r.a menjelaskan dengan menggunakan firman Allah SWT :
“
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan,
suatu yang melalaikan, perhiasan, bermegah-megahan antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak-anak, seperti hujan
yang tanam-tanamannya mengagumkan petani, kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di
akherat ( nanti ) ada adzab yang keras dan ampunan dari allah serta
keridhaan Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang memperdaya. “ ( QS. Al Hadiad : 20 ).
Selanjutnya
Imam Bukhari meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad yang telah mengatakan
bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda :
“
Tempat cemeti seseorang di antara kamu di surga lebih baik daripada
dunia dan segala isinya. Sesungguhnya berpagi hari atau berpetang hari
di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan segala isinya. “
( HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad ).
Sadarkah
Anda sekarang bahwa dunia adalah permainan yang menyibukkan tubuh kita
dan melalaikan hati kita. Sungguh perbandingan dunia ini hanyalah
seperti yang disabdakan Nabi SAW :
“
Tidakkah dunia itu dibandingkan dengan akherat melainkan bagaikan salah
seorang kamu yang memasukkan jari tangannya ke dalam lautan,
perhatikanlah apa yang dibawa oleh jari itu ! ( HR. Muslim ).
Silahkan
Anda memilih yang mana. Memang dunia itu tunai di hadapan kita tapi
bukankah laut lebih luas dibandingkan setetes air di jari kita. Saya
tidak mengajak Anda untuk melalaikan dunia tapi jangan sampai dunia ini
melalaikan Anda akan kehidupan akherat yang kekal. Kesulitan dan
kesenangan di dunia ini hanyalah sebentar saja dibandingkan kehidupan
Anda di akherat.
Perumpamaan
dunia adalah seperti ketika Anda masih anak-anak dan sedang
bermain-main. Anda membuat gedung-gedungan dan rumah-rumahan, kemudian
ditanamai pohon sekitarnya. Setelah sore hari anda dan teman-teman Anda
merusaknya. Seperti itulah perumpamaan kehidupan dunia.
Dari Sa’id Al Khudri r.a bahwasannya Rasulullah SAW bersabda :
“
Sesungguhnya dunia ini manis dan mempesona, sedangkan Allah menugaskan
kamu didalamnya, maka Dia hendak melihat bagaimana kamu berbuat. Karena
itu takutlah terhadap ( fitnah / godaan ) dunia dan takutlah terhadap (
fitnah ) wanita. “ ( HR. Muslim ).
Sebelum lebih lanjut Anda membaca, saya ingin Anda merenungi nasehat Imam Ibnu Qayyim dalam Kitab Al Fawaaid :
“
Sejak diciptakan, manusia terus menerus jadi musafir yang tidak
berhenti dari perjalanan panjangnya kecuali di surga atau neraka. Orang
berakal mengetahui bahwa safarinya penuh dengan berbagai kesulitan dan
cobaan. Adalah mustahil, kelezatan, kenikmatan dan kebahagiaan hakiki
itu di dapat sebelum sampai kepada tempat tujuan. “
Jadikanlah
kehidupan Anda seperti ketika Anda melewati kebun yang penuh duri dan
ular berbisa serta binatang berbahaya lainnya. Berhati-hatilah jangan
sampai Anda celaka di dalamnya sehingga Anda akan merugi.
Berhati-hatilah.
B. Dunia Atau Akherat ? Mana Yang Lebih Menarik ?
Saya yakin Anda telah memilih mana tujuan utama Anda. Alangkah indahnya nasehat Imam Ibnu Jauziy dalam kitabnya Shaidul Khatir :
“
Godaan dunia sangatlah beragam adanya. Ada godaan yang muncul dalam
diri manusia. Baginya, urusan akherat adalah sesuatu yang berada di luar
tabiatnya, lagi pula akherat merupakan hal yang ghaib. Orang yang
berilmu mengira daya tarik akherat lebih kuat daripada daya tarik
dunia., di saat ia mendengarkan nasehat-nasehat dan ancaman yang datang
dari Al Qur’an. Oh, tidaklah demikian. Perumpamaan tabiat kecenderungan
manusia kepada dunia laksana air yang terus mengalir mencari daerah yang
lebih rendah. Untuk mengangkatnya ke atas diperlukan energi dan tenaga.
Oleh karenanya, syariat menguatkannya dengan kabar gembira dan ancaman
yang mempertajam akal. Daya tarik tabiat manusia sungguh sangat beragam,
maka bukanlah hal yang aneh jika ia sering kali menang dalam
pertarungan. Justru aneh dan ajaib jika kita terkalahkan. Seperti itulah
ketertarikan kita. Mungkin butuh banyak cambuk untuk menyadarkan kita,
mana yang kita pilih. Mari mencambuk diri kita dengan sebuah Hadits
berikut ini :
Dari
Anas r.a, dia berkata : “ Rasulullah bersabda: Akan dihadirkan orang
yang paling nikmat di dunia dari penghuni neraka pada hari kiamat. Lalu
ia di celup di neraka dengan sekali celupan kemudian di tanya : “ hai
manusia, apakah kamu pernah melihat kebaikan, apakah kamu pernah
merasakan kenikmatan ? Maka ia menjawab : “ Tidak pernah, demi Allah ya
Rabbi.” Dan dihadirkan manusia yang paling menderita dulunya di dunia
dari penghuni surga, lalu ia dicelupkan dengan sekali celupan di dalam
surga. Kemudian ia di tanya : “ hai manusia, pernahkah kamu melihat satu
penderitaan ? pernahkah kau merasakan kesulitan ? “ Maka dia menjawab :
“ Tidak demi Allah, aku tidak pernah merasakan penderitaan sedikitpun
dan aku tidak pernah melihat kesusahan sedikitpun “ ( HR. Muslim ).
Hanya
butuh satu celupan untuk menghilangkan kata paling yang kita sandang di
dunia ini. Maka, “ Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau
pengembara.” ( HR. Bukhari ).
Sungguh
Anda mungkin pernah ketemu orang di sore hari tapi keesokan harinya
sudah meninggal. Padahal ketika seseorang mati, terputuslah semua
amalnya kecuali tiga hal : Shodaqoh Jariyah, Ilmu yang di ambil
manfaatnya atau anak shaleh yang mendo’akan dirinya.
Al
Ghazali berkata, “ Anak turun Adam itu badannya diibaratkan jaring yang
dia gunakan untuk mencari amal shaleh. Apabila dia telah mendapatkan
kebaikan, kemudian dia mati, maka cukuplah baginya, dan dia tidak lagi
membutuhkan jaring tersebut, yaitu badannya yang telah ia tinggalkan
setelah dirinya mati. Tidak diragukan lagi bahwa, jika seseorang telah
meninggal dunia, maka terputuslah keinginan syahwatnya terhadap dunia,
sedang dirinya hanya menginginkan amal shaleh sebagai bekal di alam
kubur. Amabila dia mempunyai amal shaleh, maka dia pun tidak membutuhkan
apa-apa lagi. Namun bila dia tidak mempunyai amal shaleh, maka dia
ingin kembali ke dunia lagi, untuk mencari bekal, padahal jaringnya
telah di ambil darinya. Kemudian dikatakan kepadanya : Amat jauh karena
telah terlambat. Akhirnya dia pun hanya bingung dan menyesal selamanya,
karena dahulu dia mengabaikan dalam mencari bekal sebelum jaringnya
dicabut darinya. Oleh karena itulah Rasulullah SAW bersabda : “ Dan
pergunakanlah hidupmu sebelum datang kematianmu, sungguh tiada daya dan
kekuatan kecuali dari pertolongan Allah.”
Para
Ulama mengatakan yang intinya, “ Janganlah kamu condong kepada dunia
dan menjadikannya sebagai tempat tinggal. Dan janganlah membisikkan
kepada dirimu bahwa kamu akan tinggal begitu lama di dalamnya, dan
mencurahkan perhatian kepadanya. Dan janganlah terikat dengannya kecuali
sebatas apa yang diperlukan oleh orang asing yang tinggal di negeri
lain. Dan janganlah kamu menyibukkan diri dengan hal-hal yang biasanya
orang asing yang hendak pulang menuju keluarganya tidak ambil peduli.”
C. Jika Harus Menjadi ......
Anda
mungkin berharap bahwa dunia menjauhi Anda atau mungkin Anda merasa
tidak akan mampu jika dijauhi dunia. Sungguh Allah tidak mengharamkan
dunia yang diperoleh dengan halal dan baik, tetapi jangan sampai dunia
ini memperdaya Anda sehingga Anda lupa bahwa kematian telah menunggu.
Beramallah ! Beramallah !
Ada sebuah kisah indah yang diceritakan oleh Abu Hurairah r.a, beliau berkata :
“
Demi Allah yang tiada sesembahan yang haq kecuali Dia. Aku pernah
mengikatkan batu di perutku karena lapar. Sungguh pada suatu hari aku
pernah duduk di jalan yang dilewati orang-orang. Kemudian Nabi SAW
melewati saya. Beliau mengetahui apa yang ada di raut muka saya dan apa
yang ada dalam diri. Kemudian Beliau bersabda : “ Hai Abu Hirr.” Saya
jawab : “ Labbaik yang Rasulullah.” Beliau bersabda : “ Ikuti Aku !”
Beliau berjalan maka saya mengikutinya, Beliau masuk rumah, lalu saya
minta izin masuk dan saya diizinkan, maka saya masuk. ( Di situ ) Beliau
menemukan susu dalam sebuah mangkuk, Beliau lalu bertanya : “ Dari
manakah susu ini ?” Mereka menjawab : “ Fulan atau Fulanah menghadiahkan
untuk Anda .” Beliau berkata : “ Hai Abu Hirr.” Saya menjawab : “
Labbaik ya Rasulullah.” Beliau bersabda : “ Pergilah ke ahli shuffah,
undanglah mereka kemari.” Abu Hurairah berkata : “ Ahlu Shuffah itu
tamu-tamu Islam, mereka tidak memiliki keluarga, harta atau saudara.
Apabila Rasulullah SAW mendapatkan sedekah, Beliau langsung mengirim
kepada mereka, tanpa mengambil sedikitpun darinya. Dan apabila Beliau
mendapatkan hadiah maka Beliau mengirimkan kepada mereka dan mengambil
bagian daripadanya serta Beliau ikut makan bersama mereka.” Maka hal itu
membuat tidak enak dalam hati saya : “ Mengapa susu ini diberikan
kepada ahli shuffah ?” Saya seharusnya lebih berhak untuk mendapatkan
bagian satu teguk dari susu ini agar saya bisa kuat. Jika mereka datang
dan Beliau memerintah saya untuk memberikan kepada mereka, bisa jadi
saya tidak mendapatkan bagian dari susu ini. Tetapi taat kepada Allah
dan Rasul Nya adalah pasti ( tidak bisa tidak / ditawar ). Maka saya
mendatangi mereka dan mengundang mereka. Mereka pun datang dan meminta
izin. Beliau mengizinkan mereka dan merekapun mengambil tempat duduk di
rumah itu. Beliau bersabda : “Hai Abu Hirr.” Saya jawab : “Labaik ya
Rassullullah.” Beliau bersabda : “ Ambillah lalu berikan kepada mereka.”
Dia berkata : “Saya segera mengambil mangkok tersebut lalu saya berikan
kepada seseorang, hingga minum puas. Kemudian dia mengembalikan mangkok
kepadaku, lalu saya berikan kepada orang lain, diapun minum hingga
puas, kemudian dia mengembalikan mangkok kepadaku, hingga akhirnya saya
memberikan kepada Rasulullah SAW. –setelah semua orang puas- Beliau
mengambil mangkok lalu meletakkannya di atas tangannya. Beliau memandang
saya lalu tersenyum. Beliau berkata : “Hai Abu Hirr.” Saya jawab :
“Labaik ya Rassullullah.” Beliau berkata : “Tinggal Aku dan kamu.” Saya
katakan : “Anda benar ya Rasulullah.” Beliau bersabda : “Duduklah lalu
minumlah.” Maka saya duduk lalu minum. Beliau tidak berhenti mengucapkan
:”Minumlah.” Sampai saya berkata : “Tidak demi Allah yang mengutus Anda
dengan kebenaran, saya tidak mendapatkan lagi tempat untuknya (di
perutku).” Beliau bersabda : “Perlihatkanlah (mangkok itu) padaku.” Maka
saya memberikannya kepada Beliau. Beliau lalu memuji Allah, menyebut
nama Nyadan meminum susu yang tersisa.” ( HR. Bukhari ).
Sungguh
sebuah kisah yang menawan tentang orang yang paling menawan akhlaknya
dan yang tahu mana yang diprioritaskan. Seperti dalam sabda Beliau :
“Seandainya saya memiliki emas sebesar gunung Uhud tentu Aku bergembira
manakala tidak sampai lewat tiga hari pada emas itu aku tidak
memilikinya sedikitpun kecuali beberapa dinar yang aku simpan untuk
keperluan hutang.” ( HR. Bukhari-Muslim ). Sungguh benar pula jika zuhud
terhadap dunia membuat Allah mencintainya, dan juga sikap zuhudnya
terhadap apa yang di tangan manusia sehingga berjuta orang mencintainya
hingga saat ini.
Juga
kita lihat salah seorang dari hasil didikan Rasulullah yang berjiwa
besar dalam mentaati perintah Baliau SAW. Benar pula jika generasi
sahabat adalah generasi terbaik umat ini. Tetapi di lain pihak Allah
berfirman :
“Adapun
orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan
menyiapkan baginya jalan yang mudah.” ( QS. Al Lail : 5-7 )
.
Nabi SAW juga bersabda dalam Hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a.: “Tidak boleh hasad kecuali kepada dua
nikmat ; orang yang diberi Al Qur’an oleh Allah maka dia menegakkannya
disaat-saat malam dan disaat-saat siang dan seseorang yang diberi harta
kemudian dia menginfaqkannya disaat-saat malam dan disaat-saat siang.” (
HR. Bukhari-Muslim ).
Siapapun
Anda dan apapun cita-cita Anda maka ingatlah bahwa kita hanya sebentar
di dunia ini. Jadilah muslim yang bermanfaat bagi saudaranya.
Berlomba-lombalah dalam kebajikan. Bijaklah dalam menjalani kehidupan
ini. Sikap Qona’ah, ‘iffah serta hemat akan membahagiakan hati Anda.
Rasulullah juga pernah bersabda :
“Sungguh
beruntung orang yang telah masuk Islam dan diberi rizki yang cukup
serta dijadikan puas oleh Allah terhadap apa yang telah dianugerahkan
kepadanya.” (HR. Muslim).
Sebelum saya menutup pembahasan ini mari kita dengar nasehat ulama rabbani Imam Ibnu Al Jauziy :
Saya
memperhatikan perihal orang-orang yang memiliki keutamaan. Saya
mendapati umumnya mereka tidak banyak memiliki harta benda. Saya
memperhatikan juga dunia memang selalu berada di tangan orang-orang yang
mencintainya. Saya melihat manusia-manusia utama menyayangkan diri
mereka, mengapa mereka tidak memiliki apa yang telah dicapai oleh
manusia-manusia yang tidak sempurna itu, “Alangkah naifnya engkau.
Engkau melakukan banyak kesalahan.”
Pertama,
jika Anda memiliki semangat untuk menggapai dunia, maka bangkitlah dan
berusahalah untuk menggapainya, niscaya Anda tak akan terus menerus
mengeluh. Sesungguhnya ketika Anda bermalas-malasan sambil berharap
memperoleh apa yang diperoleh oleh orang lain selain engkau yang
bersungguh-sungguh, adalah tindakan bodoh dan pertanda kelemahan jiwa
Anda.
Kedua,
sesungguhnya dunia ini hanya untuk dilalui dan bukan untuk diramaikan.
Hal itu tentunya telah Anda ketahui dan pahami. Apa yang dicapai oleh
orang-orang yang sangat cinta akan dunia hanyalah akan menyakitkan badan
dan merusak agamanya. Jika Anda tahu akan hal itu, kemudian Anda
meratapi hilangnya sesuatu yang tidak sepatutnya Anda miliki, maka
kesedihan itu akan menyiksa Anda, karena kelak Anda akan mengetahui
maslahat dibalik kehilangan itu. Bersabarlah menerima kesedihan itu
sebagai balasan kini, agar Anda selamat dari siksa yang datang kemudian.
Ketiga,
pastilah Anda mengetahui betapa sedikitnya kenikmatan duniawi yang
diberikan kepada manusia, jika dibandingkan dengan apa yang dirasakan
oleh binatang. Makhluk Allah itu tampaknya lebih banyak menerima
kenikmatan daripada yang manusia dapatkan. Binatang bahkan memperolehnya
dengan tenang, sedangkan Anda mendapatkannya dengan penuh kekhawatiran.
Oleh karena itu, jika bagian harta Anda dilipatgandakan seperti yang
Anda kehendaki, maka Anda akan bersama kelompok hewan dan binatang itu.
Di
satu sisi, keinginan Anda akan dunia akan mengalihkan perhatian Anda
dari hal-hal yang mulia, sedangkan ringannya beban duniawi akan
menggerakkan Anda untuk meraih martabat yang mulia. Jika Anda lebih
memilih untuk mengedepankan sesuatu yang berlebihan, maka Anda akan
kembali kepada kondisi seperti dahulu Anda tiada berilmu dan pilihan
Anda akan kacau.
Kesimpulannya;
Dunia ini menjadi arena ujian dan cobaan, maka hendaklah akal
dikedepankan. Barang siapa yang menyerah kepada hawa nafsunya, ia akan
sangat mudah celaka. Ini yang berhubungan dengan badan dan dunia. Kini
coba Anda lakukan perbandingan pada hal-hal yang bersifat ukhrawi.
“Maka bertaqwalah kamu kepada Allah dan lakukanlah cara yang baik dalam pencarianmu.” (HR. Ibnu Majah dan Al Hakim).
Saya menulis Bab ini bukan mengajak Anda meninggalkan semua yang ada di dunia, tapi mari kita ingat firman Allah :
“Dan
carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan..” (QS. Al Qashash : 77).
Apabila
Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntu” (QS. Jumuah : 10).
Firman
Allah sungguh sangat jelas menyuruh kita untuk bersegera untuk akherat
tapi jangan sampai meninggalkan bagian di dunia. Bahkan Allah
menekankan, “ carilah karunia Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu
beruntung.”
Nabi juga pernah bersabda :
“Sesungguhnya bekerja mencari rizki yang halal itu merupakan kewajiban setelah ibadah fardhu.” (HR. Thabrani & Baihaqy).
Juga
jangan sampai kita di dunia ini merendahkan diri kita dengan
meminta-minta atau menjadi beban bagi orang lain. Umar bin Khatab pernah
berkata pada ahli Qira’ah,”wahai ahli Qira’ah, berlombalah dalam
kebaikan, dan carilah karunia dan rizki Allah, janganlah kalian menjadi
beban hidup orang lain.”
Hanya kebaikanlah yang saya harap dari tulisan ini.
Bab III
WAKTU
A. Waktu Adalah ...........
Yang
membuat anak kecil berubah dan orang lanjut usia mati adalah perputaran
pagi dan petang. Apabila malam hari telah menjadikan tua siang harinya
sesudah itu datanglah hari yang muda. Yang membuat kita berangkat pagi
dan petang hari adalah keperluan kita. Dan keperluan orang hidup itu
tiada habis-habisnya. Dan selama ia masih hidup keperluan itu tetap ada
padanya. ( Syair Arab Kuno ).
Waktu
adalah yang membuat bayi menjadi anak kemudian remaja, kemudian dewasa,
kemudian tua, kemudian mati. Waktu berjalan ke depan dan tak pernah
mundur. Imam Ahmad mengatakan,”Demi Allah, aku tidak punya perumpamaan
bagi masa muda, kecuali hanya seperti sesuatu yang mulanya berada di
tanganku, kemudian terjatuh darinya.”
Seandainya seorang tua jika bisa muda kembali tentu tidak akan menyia-nyiakan masa yang sangat mahal harganya.
Waktu
yang berlalu dalam kehidupan setiap manusia akan diperhitungkan kelak.
Berapa lama usianya yang ia gunakan untuk beribadah kepada Allah yang
merupakan tugas utama manusia. Sungguh setiap detik yang telah berlalu
tak dapat di ulang lagi. Allah SWT berfirman :
“
Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : "Ya Tuhan kami, keluarkanlah
kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan
yang Telah kami kerjakan". dan apakah kami tidak memanjangkan umurmu
dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan
(apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah
(azab kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang
penolongpun” (QS. Faatir : 37).
Bahkan Allah SWT bersumpah dalam Al ‘Asr :
“Demi
masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk
kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”(QS. Al ‘Asr : 1-3).
Imam
Syafi’i mengomentari surat tersebut,”Seandainya Allah SWT menurunkan
surat ini saja tanpa surat-surat yang lain, niscaya sudah cukup bagi
manusia.” Sungguh komentar yang mungkin mengejutkan Anda. Mengapa Imam
Syafi’i yang terkenal kealimannya sampai mengatakan seperti itu.
Surat
ini menyebutkan orang yang merugi adalah orang yang menyia-nyiakan
waktunya. Orang yang beruntung adalah orang yang beriman, mengerjakan
kebajikan dan saling menasehati tentang kebenaran dan kesabaran dalam
hidup mereka. Sungguh demi Allah, waktu memang sangat berharga. Dengan
demikian waktu hidup manusia akan berjalan dengan baik.
B. Bagaiman Salafus Shalih Menggunakan Waktunya ?
Ada
beberapa orang yang menemui seorang ulama salaf, kemudian mereka
berkata,”Barangkali kami telah menyibukkanmu.” Orang Alim itu
berkata,”Aku benarkan perkataanmu karena saat engkau masuk aku sedang
membaca, tapi saat ini aku tinggalkan demi engkau sekalian.”
Suatu
ketika ada seorang ahli ibadah datang ke tempat Sary as Saqty. Orang
itu melihat banyak kumpulan manusia di sekitar Sary, lalu berkata,” Jika
duduk bersama mereka aku akan menjadi seorang penganggur.”
Ada
sekelompok manusia yang duduk-duduk di majlis Ma’ruf Al Khardi dan
mereka berlama-lama. Melihat gejala itu, berkatalah Ma’ruf,”Sesungguhnya
Penguasa Matahari (Allah) tidak pernah berhenti memutar rotasinya.
Apakah kalian tidak akan bangun dari tempat duduk kalian.”
Suatu
saat ada seseorang yang berkata kepada Amir bin Qais,”Bangunlah, aku
ingin berbicara padamu.” Dia kemudian berkata,”Jika begitu yang engkau
mau, peganglah matahari agar dia berhenti berputar.”
Coba
kita renungkan, betapa mahalnya waktu untuk kita sia-siakan. Betapa
sering kita menghabiskan waktu kita dengan sia-sia sehingga terlepaslah
banyak sekali pahala dari tangan kita. Usman Al Baqilawi adalah seorang
ulama yang tak pernah lepas dari dzikir. Dia pernah
berkata,”Sesungguhnya saat berbuka, aku merasakan sepertinya ruhku lepas
karena aku disibukkan oleh makanan hingga tak bisa berdzikir.”
Beberapa
ulama salaf memberi nasehat kepada para sahabatnya,”Jika kalian keluar
dari tempatku ini, berpencarlah karena mungkin diantara kalian ada yang
membaca Al Qur’an di tengah jalan. Jika berjalan berbondong-bondong,
kalian akan terus mengobrol.”
Imam
Hasan Al Bashri pernah mengingatkan,”Ketika fajar menjelang, maka waktu
akan berseru, Hai anak Adam, aku adalah makhluk baru dan aku menjadi
saksi terhadap amalmu. Maka berbekallah denganku, sebab jika aku sudah
lewat, tak mungkin bisa kembali lagi sampai kiamat.
Apakah
Anda mengira waktu Anda masih panjang? Sudah berapa teman sebaya Anda
yang sudah meninggal? Bukankah selalu ada kemungkinan yang berikutnya
meninggal adalah Anda? Mari kencangkan ikat pinggang untuk berlomba
dengan waktu untuk menggapai ridha Allah.
Jangan Menunda Pekerjaan
Rasulullah
pernah memegang pundak Ibnu Umar r.a, kemudian bersbda,”Jadilah engkau
di dunia ini seperti orang asing atau pengembara.” Ibnu Umar berkata :
apa bila kamu berada diwaktu sore, maka janganlah kamu menunggu hingga
pagi hari, apa bila kamu berada pada waktu pagi, maka janganlah kamu
menunggu hingga waktu sore hari. Manfaatkanlah hidupmu sebelum datang
kematianmu. (HR.bukhori).
Imam
nawawi menjelaskan hadits diatassebagai berikut, “jadilah engkau
didunia ini seperti orang asing atau seorang pengembara. Maksudnya
janganlah kamu menganggapnya sebagai negrimu, jangan sampai jiwamu ingin
tinggal selamanya didalamnya, jangan cenderung kepadanya dan janganlah
kamu bergantung kepadanya kecuali seperti bergantungnya orang asing
kepada negri yang bukan tempat tinggalnya, ia ingin pergi meninggalkan
negri tersebut dan kembali kepada keluarganya. Ini adalah makna ucapan
salman alfarisi ra, “kekasihku saw. Memerintahku agar aku tidak
mengambil dari dunia ini kecuali hanya seperti bekal orang yang
bepergian”. Dalam hadits ini terdapat dalil agar tidak panjang
angan-angan, segera bertaubat dan mempersiapkan diri menghadapi maut.
Jiaka kamu berangan-angan maka ucapkanlah: insyaAlloh ta’ala.
“dan
sekali-kali janganlah kamu mengatakan terhadap sesuatu: “sesungguhnya
aku akan mengerjakan besok pagi.” Kecuali [dengan menyebut] : insya
Alloh (apa bila Alloh menghendaki). “(QS. Al-kahfi: 23-24)
Untuk
nasehat Ibnu umar maka mari kita menyimak komentar syeikh Usaimin:
“kemudian nasehat ini diambil dari Abdullah ibnu Umar yang tulus dari
hatinya. Oleh karena itu dia berkata, “apabila kamu berada diwaktu sore,
maka janganlah kamu menunggu hingga pagi hari dan apabila kamu berada
diwaktu pagi maka janganlah kamu menunngu hingga sore hari. “maksudnya
apabila kamu berada disore hari maka jangan katakan: aku akan tinggal
sampai pagi. Berapa banyak orang berada pada waktu sore,tetapi tidak
sampai waktu pagi.demikian juga ucapan dia:”Dan apabila kamu berada pada
waktu pagi,maka janganlah kamu menunggu hingga sore hari.” berapa
banyak orang yang berada pada waktu pagi,tetapi tidak sampai waktu sore.
Maksud ibnu umar adalah agar setiap orang benar-benar memanfaatkan
waktu luangnya sehingga dia disibukkan oleh urusan dunia dalam keadaan
tidak sadar. Dia berkata :” Dan manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum
datang waktu sakitmu.”Maksudnya bersegeralah beramal ketika sehat
sebelum waktu sakit.Seeorang biasanya malas beramal ketika dalam kondisi
sehat karena dia merasa sehat,hatinya lapang dan jiwanya senang.Namun
ketika sakit dadanya menjadi sempit ,jiwanya tidak senang dan tidak
malas beramal.”Dan manfaatkanlah hidupmu sebelum kematianmu.”ya’ni
manfaatkanlah hidupmu ini selagi kami masih hidup mati.Ketika seseorang
telah mati,maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal:shodaqoh
jariyah,ilmu yang diambil manfaatnya atau anak sholeh yang mendoakan
dirinya.
Jika
dua penjelasan itu belum membuat anda meninggalkan menunda
pekerjaan,maka simaklah sekelumit nasehat imam Ibnu Jauzi:”Orang yang
cerdas adalah orang yang bertekat melakukan apa yang mungkin dilakukan
dengan cara memetakan segala kemungkinan dalam otak dan pikirannya.Ia
akan selalu melakukan apa saja yang mungkin untuk dikerjakan demi tujuan
itu.Jika ajalnya masih panjang, ia sungguh beruntung,dan jika umurnya
pendek,ia sebenarnya telah melakukan yang terbaik”
Kerjakanlah
amal yang bisa anda kerjakan saat ini.Menunda pekerjaan adalah menumpuk
pekerjaan yang akan anda kerjakan nanti.Padahal akan ada pekerjaan
baru.Dan nanti anda harus mengerjakan pekerjaan baru dan mengerjakan
pekerjaan yang anda tunda.Saat itu anda punya dua pilihan yaitu
mengerjakan dengan ‘stessing’ yang tinggi atau meninggalkannya tidak
dikerjakan.
Saya
ingin anda mengingat sebuah ungkapan,”waktu adalah pedang”.Anda bisa
membabat musuh dengan berani atau pedang itu justru akan melukai bahkan
membunuh anda.Ingat juga setajam pedang ditangan anda akan tidak berguna
jika anda tidak bisa atau takut menggunakan pedang itu.Jadilah ksatria
hebat yang siap menggunakan pedang dan ketika pedang di tangan anda maka
jadilah ksatria yang gagah berani yang berjuang di jalan Allah.
“gunakanlah
lima perkara sebelum datang lima perkara lainnya ; gunakanlah masa
mudamu sebelum masa tuamu, masa hidupmu sebelum kematianmu, waktu
luangmu sebelum waktu sibukmu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu,
waktu kayamu sebelum waktu miskinmu.” (HR. Baihaqi, ibnu Abi Syikal, Al
quda’i, Abu Na’im, imam Hakim)
BAB IV
BEKAL PENGEMBARAAN KEHIDUPAN
A. Niat Yang Ikhlas
Seorang
pengembara seharusnya memiliki tujuan yang akan ditujunya.Niat
merupakan tolok ukur keabsahan setiap amal.Ulama’ salaf pun senang
meniatkan semua kegiatan hidupnya untuk beribadah meraih ridho Allah
karena itulah alasan manusia diciptakan.Niat yang benar merupakan salah
satu amal yang benar,maka jika jika niatnya rusak maka
jelaslahnkerusakan amal.Amal yang disertai niat ( yang benar) mempunyai
tiga keadaan:
Pertama,mengerjakan suatu amalan karena takut kepada Allah ta’ala. Ini adalah ibadah para hamba sahaya.
Kedua,mengerjakan amalan tersebut untuk mendapatkan surga dan pahala.ini adalah ibadah pedagang.
Ketiga,mengerjakan
amalan tersebut karena malu kepada Allah ta’la,selain itu untuk
menunaikan kewajiban beribadah dan sebagai cerminan rasa syukur sembari
melihat kekurangan dirinya serta hatinya selalu khawatir karena dirinya
tidak tahu apakah amalnya diterima atau tidak.ini adalah ibadahnya orang
merdeka.Ibadah jenis ini telah diisyaratkan Rosulullah ketika ditanya
Aisyah mengapa beliau beliau shalat malam sampai telapak kakinya
pecah-pecah,dan jawaban beliau: “Bukankah aku harus menjadi hamba yang
bersyukur.”(HR.Bukhori-Muslim)
Tiga
amalan ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang ikhlas.Lafadz ikhlas
menunjukkan pengertian jernih,bersih dan suci dari campuran dan
pencemaran.Sesuatu yang murni artinya bersih tanpa ada campuran, baik
yang bersifat materi ataupun non materi. Dikatakan,”Aku memurnikan
keta’atanku hanya kepada Allah.” Artinya hanya ditujukan karena Allah
tanpa riya’. Al-Fa’iruzabadi mengatakan,”Ikhlas karena Allah.”artinya
meninggalkan riya’ dan pamer.
Ikhlas
merupakan istilah tauhid.Orang-orang yang ikhlas adalah mereka yang
mengesakan Allah dan merupakan hamba-hamba-Nya yang terpilih.Adapun
pengertian ikhlas menurut pengertian syara’adalah seperti yang
diungkapakan Ibnu Qoyim rahimahumullah berikut:” Mengesakan Allah yang
Hak dalam berniat melakukan keta’atan,bertujuan hanya kepada-Nya tanpa
mempersekutukannya dengan sesuatu apapun.”
Adapun ungkapan ulama’ salaf rahimahumullah sehubungan dengan pengertian ikhlas antara lain:
1.Melakukan amal karena Allah semata,tiada bagian bagi selain Allah di dalamnya.
2.Mengasakan Allah yang Hak dalam berniat melakukan keta’tan.
3.Membersihkan amal dari perhatian makhluk.
4.membersihkan amalk dari setiap pencemaran yang dapat mengeruhkan kemurniannya.
Orang
yang ikhlas adalah seorang yang tidak peduli meskipun semua penghargaan
dalam kalbu orang lain lenyap kalau harus demikian jalannya,demi meraih
kebaikan hubungan kalbunya dengan Allah , sedang dia tidak menginginkan
sama sekali ada orang lain yang mengetahui amal kebaikannya barang
seberat dzarah pun.Allah SWT telah berfirman:”Katakanlah.”Hanya Allah
saja yang aku sembah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam
(menjalankan)agamaku.”(QS Azzumar:14)
“Katakanlah:
sesungguhnya shalatku , ibadahku , hidupku dan matiku , hanya untuk
Allah, Tuhan semesta alam , tiada sekutu baginya , dan demikian itulah
yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri (kepada Allah).”(QS:Al An’aam;162-163)
Keikhlasan
kadang diikuti penyakit ujub.Maka dari itu jika anda merasa bangga
dengan amalannya,maka terhapuslah kadang juga tercampur dengan riya’
sehingga mengotori tauhid anda. Al Fudhail Ibnu ‘Iyadh
berkata,”Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’,sedangkan
mengerjakan amalan karena manusia adalah syirik.Ikhlas adalah jika Allah
menyelamatkan dirimu dari keduanya”Makna ucapan beliau adalah jika anda
bertekat bulatmengerjakan suatu ibadah namun anda meninggalkannya
karena khawatir akan dipuji orang maka hal itu adalah riya’.Namun anda
meninggalkannya untuk mengerjakannya di tempat sepi yang tidakterlihat
orang maka itu disunahkan dengan syarat amalan itu bukan amalan wajib
seperti shlat lima waktu atau zakat wajib.Atau bukan seorang ‘alim yang
diteladani.Jika syarat itu dipenuhi maka mengerjakan amal dengan
terang-terangan itu lebih utama .Demikian pula jika anda melakukan amal
karena seseorang maka itu termasuk syirik.Dalam sebuah hadits qudsi
Allah ta’ala berfirman,”Aku adalah dzat yang paling tidak membutuhkan
persekutuan.Oleh karena itu barang siapa mengerjakan suatu amalan yang
ia persekutukan untuk-Ku bersama selain-Ku mak Aku terlepas dari
dirinya.”(HR.Muslim,Ibnu Majah,Ahmad dan Aththaya lisi).Semoga kita
terhindar dari ujub,riya’ dan sum’ah (Melakukan sembunyi kemudian
menceritakan kepada orang lain). Ikhlaslah dalam beribadah,menjalani
ibadah dan menghadapi cobaan.
B.Ilmu Agama
Jika
alasan Allah SWT menciptakan manusia adalah untuk menyembah dalam
artian melakukan hal-hal yang diridhoi-Nya maka sudah seharusnya kita
mempelajari apa yang membuat Allah ridho. Syariat islamlah yang akan
menunjukkan hal-hal yang diridhoai-Nya dan mendapatkan kebaikan
dikehidupan ini.”Barang siapa yang dikehandaki kebaikan oleh Allah,maka
Allah akan menjadikan faqih (paham) dalam Agama.”(HR Bukhari-Muslim)
Allah SWT berfirman: “Dialah yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa)
petunjuk dan agama yang benar.”(Attaubah:33) Petunjuk itu adalah ilmu
yang bermanfaat dan agama yang benar adalah amal saleh.
Allah
memerintah Nabi-Nya untuk memohon ditambah ilmu ‘Dan katakanlah,”Ya
Tuhanku,tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”(Attaahaa:114)
Alhafizh
Ibnu Hajar berkata,”Ayat ini amat jelas menerangkan tentang keutamaan
ilmu pengetahuan.Karena Allah tidak memerintahkan Nabi-Nya untuk meminta
tambahan sesuatu kecuali meminta tambahan ilmu pengetahuan.Nabi SAW.
Menamakan majelis yang di dalamnya terdapat orang yang mempelari ilmu
yang bermanfaat dengan istilah “Taman surga”’juga juga memberitahukan
bahwa ‘ulama adalah pewaris para Nabi.”
Tentunya
, seseorang sebelum melakukan suatu perbuatan, ia harus mengetahui cara
mngerjakan perbuatan itu dengan benar. Sehingga perbuatannya itu
menjadi benar dan memberikan hasil yang diinginkan.
Dalam kaitan antara ilmu penegetahuan dan amal , manusia terbagi menjadi tiga golongan:
1.
Mereka yang mempelajari ilmu yang bermanfaat dan mengamalkan amal
amalan saleh.Mereka itu telah diberikan hidayah oleh Allah kepada jalan
orang-orang yang diberikan nikmat yaitu para nabi shiddiqiin,syuhada dan
shalihin.
2.
Mereka yang mempelajari ilmu yang bermanfaat tapi tidak beramal
dengannya.Mereka itu adalah orang-orang yangmendapat murka dari
Allah,yaitu orang-orang yahudi dan pengikutnya.
3.
Orang-orang yang beramal tanpa ilmu.Mereka itu adalah orang-orang yang
tersesat dari kalangan nasranidan orang-orng yang mengikuti mereka.
Ketiga
golongan di atas terngkum dalam firman Allah SWT: “Tunjukkanlah kami
jalan yang lurus,(yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat
kepada mereka,bukan (jalan) mereka yang dimurkaidan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat.”(Alfatihah:6-7).
Syaikh
Muhammad bin Abdul wahab berkata,”sedangkan firman Allah,”bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat,”maksudnya dengan orang-orang yang dimurkai adalah para ‘Ulama
yang tak beramal dengan ilmu mereka.Sedangkan orang-orang yang sesat
adlah mereka yang beramal tanpa ilmu.Yang pertama adalah sifat
orang-orang yahudi , sedangkan yang kedua adalah sifat orang-orang
nasrani.
Perlu
anda ketahui pula ilmu yang paling bermanfaat adalah ilmu yang
didapatkan dari Al qur’an dan asunnah,dengan memahami dan
mentadaburinya, sambil meminta bimbingan dari para guru yang mumpuni
dalam hal ilmu tafsir,syarah haditds,kitab fiqih,kitab nahwu dan bahasa
Arab yang merupakan bahasa al Qur’an.karena ilmu-ilmu tadi adalah jalan
memahami Alqur’an dan Asunnah.
Ilmu
itu juga berkembang dan bertambah baik dengan adanya ‘amal
perbuatan.Maka,jika anda beramal dengan ilmu yang adna ketahui,niscaya
Allah akan menambah ilmu kepada anda. Allah berfirman:
“Dan bertaqwalah kepada Allah.Allah mengajarmu,dan Allah maha mengetahui segala sesuatu.”(QS Albaqoroh:282).
Allah SWT juga memuji para ‘ulama yang beramal shleh dengan meninggikan derajat mereka dalam alqur’an:
“Katakanlah,”adakah
sama orang-orang yang mengetahui dengan oarang-orang yang tidak
mengetahui? “Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.”(Azzumar:9).
“Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan.”(al Mujaadilah:11).
Dalam
ayat ini Allah menjelaskan keutamaan orang-orang yang mempunyai ilmu
pengetahuan yang disertai dengan keimanan.Kemudian dia memberitahukan
bahwa Dia maha mengetahui tentang apa yang kita kerjakan dan
mengawasinya. Hal ini untuk menujukkan kepada kita bahwa harus ada ilmu
dan amal sekaligus,dan semua itu hendaknya lahir dari keimanan dan
muraqabah kepada Allah.
Rasulullah
melakukan shalat malam sampai kakinya bengkak.Abu bakar selalu sedih
dan menangis.umar terlihat garis di pipi bekas tangisnya.Utsman yang
menghatamkan Al Qur’an dalam sekali sholat.Ali menangis di mihrabnya
hingga janggutnya basah oleh air mata.Hasan Bashri hidup dalam kesusahan
semasa hidupnya.sufyan ats-tsauri menangis darah karena takut kepada
Allah yang akan menghanguskan rasa takut kepada selain Allah.
C.Taqwa
Muadz
bin jabal r.a adalah seorang sahabat yang mempunyai keduduka yang
sangat tinggi di sisi rasulullah SAW karena baliau SAW pernah bersabda
kepadanya,” Hai Mu’adz, sesungguhnya aku mencintaimu.”
Mari kita mengingat apa yang disabdakan Nabi kepada Mu’adz ketika menugaskan sebagai duta ke negeri Yaman :
“hai
mu’adz, bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada dan iringilah
keburukan dengan kebaikan,niscaya kebaikan akan dapat menghapuskannya
dan perlakukanlah orang lain dengan akhlak yang baik!”
Padahal
Mu’adz adalah sahabat besar dan termasuk pimpinan kaum serta salah
seorang yang paling ‘alim masalah halal & haram.nabi SAW sangat
percaya kepadanya dan mengutusnya ke berbagai wilayah yang cukup
banyak,termasuk negeri Yaman yang mengangkatnya sebagai qadhi dan
hakim.Pada hari kiamat nanti,semua ‘ulama dihimpunkan dibawah panji
mu’adz bin jabal.
Sahabat
Ibnu mas’ud yang termasuk sahabat muhajirin pernah berkata tentang
Mu’adz,”sesungguhnya Mu’adz adalah pemimpin yang patuh kepada Allah lagi
hanif dan dia bukan orang-orang yang musyrik.Meskipun ke’aliman Mu’adz
sehebat itu.nabi tetap berpesan,”Bertaqwalah kamu kepada Allah dimanapun
kamu berada...”Sehebat apakah kata taqwa sehingga sahabat sekaliber
mu’adz bin Jabal masih membutuhkan nasehat untuk bertaqwa?
”Umar
ra. Pernah bertanya kepada ubay bin ka’ab ra:”Apakah taqwa itu?”Ubay
balik bertanya:”Wahai Amirul mukminin, pernahkah engkau menempuh jalan
yang banyak anak durinya?
Umar
menjawab:”ya, pernah.” Ubay bertanya:”Lalu apakah yang engkau lakukan?
“Umar menjawab:”Aku angkat betisku seraya memandang ke tempat-tampat
yang telah ddinjak oleh telapak kakiku, lalu aku memajukan salah satu
kakiku atau memundurkan yang lainnya karena aku takut bila kakiku
tertusuk duri.” Ubay bin ka’ab pun barkata:”demikianlah gambaran taqwa,
yaitu menyingsingkan lengan baju untuk mengerjakan keta’atan, membedakan
mana yang halal dfan mana yang haram, bersikap hatio-hati agra tidak
tergelincir dan senantiasa merasa takut Tuhan Yang Maha besar Lagi Maha
Tinggi.”
Sedangkan
lafadz at taqwa adalah bentuk isim at-tuqo, sedangkan bentuk masdarnya
adalah at-ittiqo diambil dari materi waqa.Berasal dari al-wiqoyah yang
artinya sesuatu yang dijadikan sarana pelindung oleh manusia untuk
menghindari diri dari sesuatu yang membahayakan. Dengan demikian
al-wiqoyah artinya pelindung sesuatu.
Ibnu
rajab telah mengatakan bahwa pengertrian asal taqwa ialah bila
seseorang hamaba membuat pelinadung antara dirinya dan hal-hal yang
ditakuti dan diwaspadai agar terhindar darinya.
Imam
Ibnul Qoyyim sehubungan dengan definisi taqwa menurut pengertian
syari’at telah mengatakan bahwa hakikat taqwa itu ialah mengerjakan
keta’atan kepada Allah karena Iman dan mengharapkan pahala-Nya,baik yang
berkaitan dengan perintah maupun larangan.Oleh karena itu, seseorang
hamba yang bertaqwa akan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah,
karena beriman kepada Dia yang memerintahkannya dan mempercayai akan
janji-Nya. Dia meninggalkan apa yangdilarang oleh-Nya karena beriman
kepada dia yang melarang dan takut akan ancamannya.
Pengertian taqwa itu mengandung tiga tingkatan:
1.Menghindarkan
diri dari berbagai penyebab yang dapat mengekalkan pelakunya di dalam
neraka, yaitu kesyirikan dan kekafiran dengan cara mengikuti ajaran dan
memurnikannya.
2.Menghindarkan
diri dari segala hal yang mendatangkan adzab di dalam neraka meskipun
hanya sebentar, baik berupa dosa-dosa besar maupun dosa-dosa kecil yang
sudah dikenal dalam istilah syari’at.
3.hendaknya
seorang hamba enggan melakukan hal-hal yang memalingkan dirinya dari
Allah meskipun hal itu berupa perkara yang diperbolehkan, sebab dapat
memalingkan perhatiannya dari menempuh jalan Allah atau memperlambat
perjalanannya.Dan hal ini merupakan tingkatan yang dapat diraih oleh
orang-orang yang sempurna ketaqwaannya lagi mempunyai kedudukan yang
tinggi, karena sesungguhnya menyibukkan diri dengan hal-hal yang
diperbolehkan dapat memalingkan kalbu pelakunya dari Allah, dan ada
kalanya akan membuat klbunya menjadi keras, sehingga dengan mudah ia
dapat terjerumus ke dalam berbagai hal yang dimakruhkan dan lambat laun
tidak menutup kemungkinan bila pelakunya akan terjerumus ke dalam
hal-hal yang haram.
Allah SWT berfirman:
“Hai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan
sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan jangan sekali-kali kamu mati kecuali
dalam keadaan memeluk agama Islam(QS Ali Imrain:102)
“dan
perihalah dirimu dari (adzab yang terjadi pada) hari yang pada waktu
itu kamu semua dikembalikan kepada allah, kemudian masing-masing diri
diberi balasan yang smpurna atas apa yang telah dikerjakannya, sedang
mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan) ‘(QS albaqoroh:281)
Bertaqwalah
kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa. Jagalah diri anda dari api
neraka! Jagalah anda dari dosa-dosa meskipun hanya dosa kecil karena
gunung adalah kumpulan dari batu kerikil.Berhati-hatilah dalam menjalani
hidup seperti kehatia-hatian Anda ketika berjalan di hutan penuh duri.
Pakailah perisai taqwa Anda sebelum panah iblis menembus dada Anda.
‘takutlah
kepada Yang Maha Agung Allah Swt. Mengamalkan wahyu yang diturunkan-Nya
artinya mengaku dirinya bertaqwa kepada Allah, kemudian tidak menganal
dengan cara apa ia bertaqwa dan taqwanya bukan berdasarkan keterangan
dari Al Kitab dan sunnah, berarti dia bukanlah seorang yang bertaqwa.
Puas dengan sedikit rizqi, artinya Anda tidakk menjadikan dunia sebagai
pusat peerhatian Anda, tetapi cukup bagi Anda darinya sebagaimana apa
yang dianggap cukup oleh seorang musafir. Berbekalah untuk hari
keberangkatan yakni hari kemudian dalam kehidupan yang kekal. Demikian
nasehat Ali bin Abi Thalib ketika beliau ditanya tentang taqwa.
Bertaqwalah karena sabaik-baiknya bekal adalah taqwa dan semoga kita beruntung menjadi golongan orang-ornag yang bertaqwa. Amin.
D. Tawakal
Menurut
istilah bahasa, Tawakal ialah mengandalkan, menyerahkan, dan mewakilkan
suatu urusan kepada seseorang, yakni menyerahkan dan mempercayakan
urusan itu untuk ditanganinya. Tawakkal artinya sama dengan mengakui
ketidakmampuan diri dan mengandalkan kepda orang lain.
Syekh
Ibnu ‘Utsaimin telah mengatakan, “Tawakkal ialah mempercayakan
sepenuhnyab kepada Allah yang dapat mendatangkan manfaat dan menolak
bahaya disertai dengan upaya menjalankan semua penyebab yang
diperintahkan oleh Allah sebagai realisasinya.
Pengertian
tawakal tidak bisa lepas dari usaha menempuh berbagai penyebab yang
diperbolehkan syariat. Tawakkal ialah percaya kepada Allah dan berpegang
teguh pada-Nya disertai dengan upaya menempuh berbagai penyebab.
Tawakal adalah memadukan dua hal di atas secara tepat. Tetapi penyebab
tidak boleh kita yakini sebagai pemberi tetapi cukup sebagai penyebab
datangnya ketentuan Allah.
Akan
tetapi tawakal harus sesuai antara lisan dan hati. Tawakal harus kita
tanamkan dalam kalbu kita agar jika semua penyebab telah kita lakukan
tetapi gagal kita tidak boleh langsung frustasi seperti orang-orang
matrealistis. Orang mukmin selalu mempunyai harapan untuk mendapatkan
keberuntungan meskipun usahanya gagal karena kita yakin hanya Allah lah
yang mampu mendatangkan manfaat dan menolak bahaya.
Ibnu
Qayim telah mengatakan bahwa tawakal adalah separuh agama, sedangkan
separuh yang lainnya terletak pada inabah, karena sesungguhnya agama itu
pada intinya terletak pada meminta pertolongan kepda Tuhan dan
menghambakan diri kepada-Nya. Kedudukan tawakal dalam hal ini tak
ubahnya bagaikan meminta pertolongan, sedang kedudukan inabah sama
halnya dengan ibadah.
Kedudukan
tawakal memang sangat diperlukan oleh semua hamba Allah. Apabila mereka
mendapat suatu masalah, mereka pasti meminta tolong kepada Allah seraya
kembali kepadanya dengan penuh rasa tawakal. Dengan demikian, Allahpun
akan meleyapkan kesulitan dan memberi kemudahan serta merealisasikan
bagi hamba yang bersangkutan apa yang diinginka, sehingga dia merasa
tenang hatinya, teduh jiwanya lahi ridha dengan apa yang telah
ditetapkan dan ditakdirkan oleh Allah atas dirinya, serta menghargainya
dengan sepenuh hati.
“Hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawaqal jika kamu benar-benar beriman.”(Q.S. Al-Maaidah : 23)
D. Ridha
Menurut
syariat, Ridha seorang hamba kepada Allah artinya hamba yang
bersangkutan tidak pernah mengeluh terhadap apa yang ditetapkan oleh
takdir-Nya. Adapun ridha Allah kepada hamba-Nya ialah bila sang hamba
terlihat tetap mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Allah berfirman :
“Pada
hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah kucukupkan
kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhai Islam itu jadi agamamu.” (Q.S. Al
Maaidah : 3).
Allah
telah meridhai Islam sebagai jalan hidup manusia. Allah meridhai Jika
Anda pasrah kepada perintah-Nya dan patuh dalam ketaatan kepada-Nya
dengan mengerjakan semua hal yang telah Allah perintahkan kepada Anda
dan Anda pasrah dan tunduk patuh kepada syari’at Nya sebagai tanda
keta’atan Anda kepada-Nya.
Para
sahabat ketika mereka berjihad di jalan Allah mengikuti Nabi-Nya,
membela syari’at Nya, menyebarkan agama-Nya dan menyampaikan syariat
Nya kepada generasi penerusnya, maka mereka mendapat imbalan berupa
keridhaan Allah seperti disebutkan dalam firmanNya :
“Sesungguhnya
Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji
setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada di
dalam hati mereka, lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi
balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (Q.s. Al
Fath : 18).
Rasulullah telah mengajarkan kita untuk membaca :
“Aku ridha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai nabi anutanku.” (HR. Muslim).
Ridha
Allah sebagai Tuhan berarti ridha mencintai-Nya semata, ridha
menyembah-Nya semata, takut dan berharap hanya kepada-Nya, merendahkan
diri dihadapan-Nya, beriman kepada pengaturan-Nya dan menyukainnya,
bertawakal dan meminta pertolongan hanya kepada Nya, dan ridha kepada
apa yang telah diperbuat-Nya. Anda ridha kepada apa yang telah
ditakdirkan-Nya dan ridha dengan hukum Nya juga meridhai apapun yang
ditetapkan atas Anda.
Ridha
kepada nabi Muhammad Saw sebagai nabi artinya Anda beriman kepadanay,
patuh kepadanya, dan pasrah kepda perintahnya. Hendaknya beliau Saw
lebih dipentingkan daripada Anda sendiri, bahkan seharusnya Anda rela
mati untuk membelanya. Ridha terhadap sunnahnya adalah Anda menjadikan
beliau Saw sebagai hakim dalam permasalahan Anda. Anda mentaati
perintahnya dan meninggalkan larangannya.
Sedang
pengertian ridha dengan Islam sebagai agama adalah apa saja yang ada
dalam Islam, baik berupa hukum perintah maupun larangan, maka seharusnya
meridhai secara keseluruhan, tanpa ada rasa keberatan meski sedikitnya
Anda pasrah menerima Islam secara lengkap.Anda tetap berpegang dengan
prinsip ini meskipun harus bertentangan dengan kesenangan anda, meskipun
sebagian besar manusia menyalahinya, meskipun jalan terjal yang harus
anda hadapi dan meskipun banyak musuh yang akan menghadang anda.
Kemudian
jika anda telah Ridho Allah sebagai Tuhan, Muhammad SAW. Sebagai
utusan-Nya dan Islam sebagai agama maka,Allah akan meridhoi Anda. Begitu
besar ridho Allah itu bahkan Allah ketika menyebutkan nikmat surgawi
maka Allah berfirman:”Dan keridhaan Allah adalah lebih besar”(QS At
Taubah:72)
Ridho
adalah sifat Allah, sedang surga adalah makhluk dan sifat Allah jelas
jauh lebih besar daripada makhluk-Nya. Keridhaan Allah adalah yang
dicari oleh para nabi dan para Syuhada.
Marilah
berjuang untuk menggapai Riodha-Nya meskipun semua manusia akan
memusuhi Anda.Asalkan Allah ridho maka cukuplah keridhaan-Nya.
F.Syukur.
Syukur
berarti memperlihatkan pengaruh nikmat Ilahi pada diri seorang hamba
pada kalbunya dengan beriman, pada lisannya dengan pujian dan sanjungan
dan pada anggota tubuhnya dengan mengerjakan amal ibadah dan keta’atan.
Syukur adalah kunci kebahagiaan dan merupakan salah satu nimat yang
besar bagi seorang mukmin. Allah menyandingkan syukur dengan iaman dalam
firmannya:
“mengapa allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman(QS An nisaa’:147)
bahkan
allah tidak ingin mengadzab makhluknya yang bersyukur dan beiman.Dalam
Al Qur’an juga disebutkan apa yang diucap sulaiman As:
“Ini
teremasuk karunia tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyujur atau
mengingkari (nikmat-Nya). Barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya
dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang
ingkar maka sesungguhnya Rabbku Maha kaya lagi Maha murka.”(QA
An_Naml:40)
Jadi
manusia diuji di dunia ini kemudian dengan ujian itu maka akan
diketahui mana hamba-Nya yang bersyukur. Allah juga bejanji akakn
menambah nikmat kepada hamba-Nya yang bersyukur juga akan mengadzab
hambanya yang mengkufuri nikmat-Nya.Allah meridhoi sikab bersyukur dan
tidak meridhoi kebaikan. Tetapi meskipun begitu utamanya syukur, tapi
allah menggambarkan bahwa hambanya yang bersyukur adalah golongan
minoritas:
“dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang banyak bersyukur.”(QS Saba’:13)
Sehubungan
dngan hal ini,Imam Ahmad telah meriayatkan sebuah atsar darui ibnul
Khatab bahwa pada suatu hari ia mendengar sorang lelaki mengatakan dalam
do’anya;”Ya Allah jadikanlah aku termasuk golongan yang sedikit.” ‘Umar
pun bertanya;”Apa yang kamu maksudkan dalam do’amu itu?” Lelaki
tersebut menjawab:’Wahai amirul mukminin, bukankah Allah telah berfirman
melalui ayat berikut:
“Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit (QS hud:40), “Dan se
dikit
sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur.”(QS Saba’:13),”..Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih;dan amat
sedikitlah mereka ini.”(QS Shaad:24)
setelah itu barulah ‘Umar berkata,’kamu benar!”
Imam Ibnu Qoyim dalam kitabnya Madarijus salikhin telah menyebutkan pula hal yang berkaitan dengaan syukur:
1.Sesungguhnya bersyukur kepada Allah merupakan amal yang menduduki peringkat yang tertinggi.
2.berdyukur
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada ridho dan
tambahannya.Karena ridho sendiri sudah termasuk dalam syukur dan
mustahil sebuah kesyukuran tanpa keridhaan.
3.separuh dari iman adalhg syukur dan separuhnya adalh sabar.
4.Allah memerintahkan syukur dan melarang kufur.
5.Allah memuji orang-orang yang bersyukur dan memberikan kepada mereka predikat sebagai makhluk-Nya yang terpilih.
6.Allah menjadikan bersyukur menjadikan tujuan dari penciptaan makhluk-Nya dan perintah-Nya.
7.Allah menjanjikan kepada para pelakunya dengan balasan terbaik.
8.Allah menjadikan sebagai penyebab bertambahnya karuni dari-Nya.
9.bersyukur menjadi penjaga dan pemelihara nikmat.
10.hanya orang-orang yang bersyukurlah yang beroleh manfaat dari ayat-ayat-Nya.
11.Allah
membelah sebagian dari asma’-Nya asysyakuur sebagai predikat buat para
pelakunya dalam arti kata dapat menghambakan pelakunya kepada yang
disyukurinya, bahkan akan menjadi penyebab bagi pelakunya untuk kembali
mendapat imbalan dari yang disyukurinya.
12.Bersyukur merupakan tujuan Tuhan dari hamba Nya.
13.Allah
menamai diri Nya Syakir dan Syakuur,dan menamai orang-orang yang
bersyukur dengan sebutan ini, dalam arti kata Allah memberikan kepada
mereka sebutan sebagian dari asma’nya. Cukup menjadi bukti bahwa Allah
mencintai dan memberi karunia kepada orang-orang yang bersyukur.
14.Allah memberi tahu bahwa sedikit sekali hamba-Nya yang bersyukur.
15.dengan mensyukuri nikmat, maka nikmat pasti akan bertambah.
Bersyukur
melibatkan tiga hal, yaitu kalbu, lisan dan seluruh anggota tubuh. Nabi
muhammad SAW. Selalu membasahi lisannya dengan dzikir. Kakinya melepuh
karena melakukan shalat malam. Lalu jika Nabi SAW. Mencontohkan pada
kita untuk bersyukur maka apa yng membuat anda meninggalkannya?.
Setiap
detik yang kita lalui dalam keimanan adalah nikmat. Nafas saat
berdzikir adalah nikmat.mata yang terjaga ketika jihad. Sungguh betapa
benyak nikmat yang luput dari perhatian kita sehingga kita lupa
bersyukur. “Rabb Ilhamkanlah dalam diri kami untuk bersyukur.”
F.Sabar.
Imam
Ahmad meriwayatkan sebuah atsar dari ‘Umar ibnul Khatab ra. Yang telah
mengatakan,” Kami jumpai sebaik-baik penghidupan kemi berada dalm
kesabaran,” Sungguh mulia sifat sabar,Yaitu: Sabar terhadap perintah
Allah, sabar menjauhi larangan Allah juga sabar dalam menerima takdir.
Orang
sering mengira bahwa sabar adalah sebuah keharusan ketika menghadapi
takdir saja, padahal sabar itu lebih luas, Sabar adalah obat penawar
bagi cobaan dimana kita hidaup dalam berbagai macam cobaan. Sabar adalah
pilihan dan jika anda memilih kesabaran maka beruntunglah Anda.
Allah SWT. berfirman:
‘Hai
orang-orang yang beriman bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu)dan bertaqwalah kepada
Allah supaya kamu beruntung.”(QS: Ali Imran:200).
Sabar
adalah menahan diri dari apa yang dibencinya dengan ridha dan rela.
Seorang muslim menahan diri dari berbuat maksiat yang
menggiurkan,melaksanakan keta’atan meskipun terasa berat, ia menahan
diri dari cobaan yang menimpanya tanpa berkeluh kesah terhadap takdir
menunjukkan ketidak ridhaannya sedang sikpanya yangtidak ridha terhadap
takdir Allah berarti mengecam Allah SWT. Sabar menjanjikan pahala
sedangkan ketidakabaran menjanjikan dosa.
Sabar
adalah sesuatu yang sangat berat yang bisa didapat dengan melatih diri
dengan sebenar-benarnya. Allah ta’la menjanjikan keberuntungan yang
banyak, salah satunya tergambar dalam firman Allah SWT:
“Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran
kalian dan tetaplah bersiapsiaga (di perbatasan negeri kalian) dan
bertaqwalah kepaa Allah supaya kalian beruntung(Ali Imran:200)
“sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”(AZ Zumar:10)
Juga dalam sabda Rasulullah SAW:
“Luar
biasa urusan orang mukmin, sesungguhnya semua urusan itu baik, dan itu
semua tidak dimiliki kecuali oleh orang mukmin. Jika ia mendapatkan
kebahagiaan, ia bersyukur dan itu sangat baik baginya. Jika ia ditimpa
cobaan, ia bersabar dan itu sangat baik baik baginya.” (HR Bukhory)
“
Sesungguhnya besarnya pahala itu ssuai dengan besarnya ujian. Jika
Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Maka barang siapa ridha
maka ia mendapatkan keridhaan dan barang siapa murka maka ia mendapatkan
kemurkaan (HR: tirmidzi, Ibnu Majah)
Begitu
mulianya sabar, Sungguh mulia orang muslim yang bertahan dari siksa
ketika memegang agama Allah mereka tetap bersabar dengan cobaan dan
mencari keridhaan-Nya. Sahabat Khatab bin Al-Arat ra bercerita:
“Kami
mengadu kepada rasulullah SAW. Yang ketika itu barsandar dikain di
bawah ka’bah dan kami berkata,” kenapa engkau tidak meminta pertolongan
untuk kita?’ Rosulullah SAW kemudian kemudian bersabda, “Sungguh salah
seorang sebelum kalian ditangkap, dibuatkan galian, ia dimasukkan
kedalmnya, gergaji didatngkan kepadanya, kemudian deletakkan di
kepalanya hingga kepalanya terbelah menjadi dua, dan ia disisir dengan
sisir dari besi yang menyisir dagingnya dan tulangnya, namun hal
tersebut tidak memalingkan dari agama Allah.”(HR: Bukhari).
Bersabarlah
orang muslim, harapkan ridha Allah ta’ala, bertahan, tidak mengeluh,
tidak membalas keburukan dengan keburukan yang sama namun membalas
kejahatan dengan kebaikan, dan maafkanlah:
“Tetapi
orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan” (Asy-Ssyura:43)
Mari
kita simak senuah nasehat indah dari imam Ibnul jauzi,’ Saya senantiasa
menunggu pahala yang baik dari Allah atas pekerjaan saya. Saya biarkan
semuanya berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Saya berharap kesabaran
ini berbuah ganjaran hingga saya dapat merasakan kedalamannya. Saya
sadar bahwa pahala kesabaran sering Allah percepat namun sering pula Dia
tunda. Andai dia mempercepatnya, saya tidak akan pernah ragu akan
pahala yang akan saya peroleh. Sesungguhnya manusia yang akan
meninggalkan sesuatu karena Allah, Dia akan menggantinya dengan yang
lebih baik.”
G. Adil
Adil
adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Maka bagi orang muslim adil
adalh sebuah keharusan. Muslim harus adil dalam ucapan, perbuatan dan
bahkan dalm segala hal sehingga menjadi akhlak yang ada pada dirinya.
Firma Allah Ta’la:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.”(An-Nahl:90)
Bahkan
Nabi SAW. Bersabda bahwa salah satu dari golongan yang akan dinaungi
oleh AllahSWT dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada lagi naungan
kecuali naungan Allah adalah pemimpin yang adil. Orang yang telah
memiliki sifat adil maka dia tidak akan condong kepada nafsu dan syahwat
dan juga tidak berbuat zhalim sehingga Allah akan mencintainya dan
mendapat keridhaan Nya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya
orang-orang yang adil di sisi Allah berada di mimbar-mimbar dari cahaya
,yaitu orang-orang yang adil dalam hukum mereka, keluarga mereka dan
(amanah) yang diberikan kepada mereka.”(HR Muslim)
“Penghuni
surga itu tiga golongan;pemimpin yang adil dan mendapat taufik, orang
yang penyayang hatinya, lembut terhadap setiap kerabat dekat dan orang
islam, dan orang yang hidup dengan bersih, berusaha untuk tetap
bersih(dengan kerja keras) sedang ia memiliki tanggungan keluarga yang
banyak.”(HR muslim).
Syeikh
Abu Bakar jabir Al Jazairi menulis dalam minhajul muslimnya, bahwa adil
memiliki fenomena-fenomena yang baik sekali, antara lain adalah:
1. Adil
kepada Allah ta’la dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun
dalam menyembah-Nya dan sifat-sifat-Nya,ta’at kepada-Nya, dzikir
kepada-Nya dan syukur kepadanya.
2. Adil dalam memberikan keputusan hukum kepada manusia dengan memberikan hak kepada pemiliknya.
3. Adil
diantara istri-istrinya dan anak-anak dengan dengan tidak melebihkan
salah satu istri atas istri-istri yang lain, atau salah satu anak atas
anak-anak yang lain.
4. Adil dalam perkataan dengan tidak bersaksi dengan kesaksian palsu dan tidak dikatakan sebagai orang pembohong.
5. Adil
dalam keyakinan dengan tidak meyakini kecuali kebenaran, kejujuran dan
dirinya tidak dipuji dengan sesuatu yang tidak ada pada dirinya.
Semoga kita dapat berbuat adil pada diri kita, setiap keputusan kita dan adil dalam segala perbuatan kita.
H.Benar & Jujur.
Kebenaran
disamping sebagai sesuatu yang harus dimiliki tapi kebenaran adalah
penyempurna iman dan pelengkap keislaman, karena Allah memerintahkan
dalam firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaknya kalian bersama orang-orang yang benar. (AtTaubah:119)
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad SAW) dan, membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa (Az zumar:33)
Rasullah SAW. Juga bersbada:
“Hendaklah
kalian benar, karena kebenaran membawa kepada kebaikan dan kebaikan
membawa ke surga. Seseorang itu selalu benar dan memilih kebenaran
hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang benar. Tinggalkan
oleh kalian kebohongan, karena kebohongan membawa keburukan dan
keburukan membawa ke neraka. Seseorang selalu berbohong dan memilih
kebohongan hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pembohong.”(HR
Muslim).
Betapa
mulianya kebenaran sehingga dapat mengantarkan pemiliknya ke surga.
Mari kita jujur pada diri kita dan jujur terhadap segala hal sehingga
Allah mencatat sebagai orang yang benar. Kejujuran adalah bekal mencari
kebenaran dan kebenaran yang akan mengantarkan kita ke surga-Nya.
BAB V
KETIKA MUSIBAH MENYAPA
A.Musibah Untuk Hamba.
Allah SWT Dzat yang memberikan kita kehidupan, setelah menetapkan hidup kita di dunia ini sebagai ujian. Allah berfirman:
“Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk mengujimu, siapakah di antara kamu semua yang baik amalnya. (Al Mulk:2).
“Sungguh,
kami pasti akan mengujimu dengan sebagian dari rasa takut, lapar, serta
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira
kepada orang-orang yang sabar.”(Al baqoroh:155)
Musibah
atau bencana adalah bagian dari kehidupan. Musibah satu berganti
bencana yang lain seperti iringan pena yang menggores kata demi kata
sehingga menjadi sebuah puisi kehidupan. Jika Anda menharap kebahagiaan
hakiki di dunia ini maka anda sulit sekali mendapatkannya karena seakan
setiap langkah kita di kehidupan selalu dihadapkan dengan ujian demi
ujian kemudian Allah memberi obat bagi kedukaan:
“(yaitu)
Orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan “Inna
lillahi wa inna ‘ilaihi raji’un (sesungguhnya Kita milik Allah dan
sesungguhnya kepada-Nya kita kembali) Mereka itulah yang mendapat
keberkatan yang semnpurna dan rahmat dari rabb mereka dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk (Al Baqoroh:156-157)
Jujunungan kita Nabi Muhammad SAW. Membrikan beberapa tips dalam meredam perihnya duka kehidupan:
“Tidak
ada seorangpun tertimpa musibah lantas mengucapkan “innalillahi wa inna
ilaihi rajiun, allahuma’ jurni fi musibati wa aklif li khoiron minha
(sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kami kembali.
Ya Allah berilah aku pahala dalam musibahku dan berilah pula aku
penngganti yang lebih baik darinya) Kecuali Allah pasti memberikan
pahala kepadanya atas musibahnya itu dan memberinya pula pengganti yng
lebih baik darinya (HR Ahmad)
Do’a
dalam hadits di atas merupakan obat bagi kita yng tertimpa musibah.
Jika anda merenungi do’a itu maka anda akan menemui penawar bagi segala
macam musibah dan Anda pasti akan merasa terhibur.
Seorang
hamba menyadari bahwa dia dan semua yang dimilikinya di dunia ini
adalah pinjaman dari Allah dan ketika Yang memiliki mengambil
pinjamannya maka sudah seharusnya ikhlas memberikannya. Kepemilikan
hamba terhadapnya hanyalah kesenangan yang dipinjamkan dalam jangka
waktu yang sudah ditentukan Nya. Hamba bukanla yang mengadakan dari
ketiadaan dan tidak bisa menjaganya ketika ada dan juga tidak bisa
mengekalkannya dalam kehendaknya sehingga secara hakiki kita tidak
memilkanya . Dalam penggunannya ada batasan-batasan yang membatasi
seperti seorang budak yang dipinjami sesuatu oleh majikannya sehungga
tidak bisa menggunakan semaunya sendiri. Tempat kembali seorang hamba
hamba adalah kepada tuanya yang sejati. Hamba akan dihadapkan kepada-Nya
hanya bertemankan amalnya. Lalu apakah masih pantas seorang budak yang
dipinjami sesuatu kemudian diambil pemiliknya merasa berhak menahannya.
Sesuatu
yang telah ditakdirkan memnimpa dirinya tidak akan dihindari begitu
pula apa yang ditakdirkan terhindar darinya tidak akan menimpanya. Allah
SWT berfirman: “Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan
(tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab
(lauh mahfudz) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian
itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu )supaya
kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya
kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.Dan
Allah tidak menytukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan
diri.”(Al Hadid:22-23).
Musibah
adalah sebuah keharusan dalam kehidupan kita. Setiap kesenangan kadang
akan diikuti musibah yang bertubi-tubi. Jangan pernah mengeluh karena
mengeluh tidak akan mengurangi kepedihan duka. Bersabarlah! Jangan
sampai pahala kesabaran hilang dari hadapan Anda ketika musibah datang.
“Orang-orang
pada hari kiamat berangan-angan andaikata dulu kulitnya digergaji di
dunia karena (besarnya) pahala orang-orang yang terkena bala’ yang
mereka lihat.”(HR Tirmidzi)
Musibah
juga merupakan tungku penggodok untuk memilih siapa hamba yang ridho
dan mencintai Allah.”Sesungguhnya ujian adalah tanda kecintaan Allah
pada kita. Yang sebenarnya musibah adalah kemurkaan Allah.
B.Mengapa Diuji?
“Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu
(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahlu sebelum kamu. Mereka
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga sehingga berkatalah Rosul dan
orang-orang yang beriman bersamanya:”kapankah datang pertolonganAllah?”
Ingatr, sesungguhnya pertolongan Allah itru dekat(QS Albaqoroh:214)
Jika
anda ditanya dimana tempat yang ingin anda tempati diakhirat kelak,
pasti anda akan memilih surga sebagai tempat kembali. Mungkin anda juga
masih tetap memeprtanyakan mengapa Anda masih diuji. Atau Anda akan
memilih sabar tanpa menanyakan mengapa karena Anda yakin takdir Allah
adalah takdir terbaik atau Anda melakukan keduanya?
“Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum nyata bagi Allah
ornag-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang
sabar.”(QS Ali Imran:142).
Pembuktian.
Mungkin kata itu akan menjawab pertanyaan Anda. Pembuktian tentang
siapa Anda. Pembuktian apa yang ada pada diri sehingga layakkah anda
mendapatkan balasan kemenangan. Sungguh indah seruan para Mujahid ketika
berperang di jalan Allah:
“ Sesungguhnya kemenanganitu hanya hanya membutuhkan kesabaran sesaat!”
Kesabaranlah
yang akan membuktikan siap yang berdiri terakhir. Gigitlah Alqur’an dan
sunnah maka jangan bersedih jika musibah menimpa anda selama Allah
bersama Anda. Kebersamaan (ma’iyyah) Allah seperti tertuli dalam firman
Allah SWT:
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”(Al Baqoroh:153)
“sesungguhnya
Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang bertaqwa
dan orang-orang yang berbuat baik.”(An Nahl:128)
“Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik.”(QS Al ankabut:69)
C. Yang Tegar Menghadapi Musibah.
Ibrahim
as mengahadapi cobaan yang berat tetapi dia tetap sabar karena meyakini
keesaan Allah dan janji-Nya. Ketika tubuhnya dilempar ke dalam bara api
yang besar , dia berkata: “cukuplah Allah sebagai penolongku, Dia
adalah sebaik-baik pelindung.”
Ketika
Allah memerintahkan menyembelih putranya maka, dengan sabar dia
membaringkan Isma’il dan akhirnya diganti oleh Allah dengan seekor
kambing.
Siang
dan malam selama 950 tahun Nabi nuh As Berdakwah baik secara
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Tiada satu kesempatan yang
dilewatkan oleh Nabu Nuh As.
Nabi
ayub menderita penyakit yang membuat dia dikucilkan, namun janji Allah
membuat dia dikucilkan, namun janji Allah membuat dia bersabar dan ridho
terhadap takdirnya.
Nabi
musa mengalami berbagai ancaman dan gangguan dari kaumnya dan juga kaum
fir’aun, tetapi dia tetap bersabar sampai Nabi Muhammad SAW. memujinya.
“Semoga
Allah merahmati Musa sesungguhnya dia telah disakiti dengan perlakuan
yang lebih parah daripada ini namun dia tetap bersabar.”(HR Bukhari).
Penutup
Para Nabi, Muhammad SAW. Sudah banyak sekali menerima gangguandari
kaumnya. Mereka menuduhnya sebagai orang gila, tukang sihir, pendusta
dan berbagai macam gangguan fisik maupun psikis.
Mereka
membunuhi sebagian sahabat-sahabat dan menyiksa sebagian yang lain,
bukankah sangat berat ketika melihat pengikut setianya disiksa dan
dibunuh di depan matanya.Belau berjumpa dengan sebagian dari mereka yang
disiksa dan tiada yang bisa dilakukannya kecuali bersabda:
“Bersabarlah wahai keluarga yasir, karena sesungguhnya pahala yang dijanjikan untuk kalian nanti di surga “
Beliau
tetap sabar menghadapi cobaan demi cobaan dalam menyampaikan risalah
tuhannya. Bahkan setelah hijrah ke Madinah tetap saja cobaan demi cobaan
menghampirinya. Hingga akhirnya Allah mewafatkannya setelah sempurna
risalah islam.
Demikian
pula dengan sahabat-sahabatnya, seperti Bilal, Sumayyah,
Shuhaib,’Ammar,Miqdad dan abu Bakar semoga Allah meridhoi mereka dan
mencukupkan mereka dengan limpahan pahala dan balasan yang setimpal bagi
mereka. Bilal disiksa di bawah terik matahari, sahabat lain yang
bernama Habib bin Yazid r.a yang diutus pada musailamah al kadzab tetapi
malah dibunuh lalu menyalibnya. Seorang wanita yang ditingal syahid
oleh ayah, saudara dan suaminya tetap tegar menghadapi hidup meski
begitu berat.
Begitu
juga para tabi’in penerus para sahabat Abu Qibbah termasuk orang yang
diuji di tubuh dan agamanya akhirnya meninggal setelah melarikan diri
demi agamanya akhirnya mati dengan seluruh anggota tubuhnya tak
berfungsi. Ahmad bin Nashr al Khuza’iy tetap tegar sampai dipancung demi
mempertahankan keyakinannya. Imam Ahmad dipenjara juga demi memegang
keyakinannya bahwa Al Qur’an adalah kalam Allah.
Semoga kita mendapatkan akhlak mulia seperti mereka dalam menghadapi ujian kehidupan. Amin
Akhir
dari Risalah adalah Alhamdulillah’alla kulli hal. Penulis Berharap
semoga ini menjadi amal penulis yang mengalirkan pahala kepada penulis
dan orang-orang yang telah berjasa kepada penulis mulai dari kedua orang
tua penulis, guru-guru penulis dan siapa saja yang berjasa sehingga
risalah ini ada di hadapan pembaca. Semua kebenaran datangnya dari Allah
dan mohonkanlah ampun buat kesalahan yang penulis lakukan.
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
Shalallahu’alaihi wa Sallam dan semua orang yang mengikuti jalanya
hingga hari kiamat kelak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Qur’aanul Karim.
2. Indahnya Kerlip Cahaya Al Qur’an, Muhammad Ali Ash Shabuni, Media Hidayah Publiser, 2005, Bandung.
3. Riyadhus Shalihin 1, Abu Zakariya An Nawawi, Takhrij M. Nasiruddin Al Albani, Duta Ilmu, 2004, Surabaya.
4. Riyadhus Shalihin 2, Abu Zakariya An Nawawi, Takhrij M. Nasiruddin Al Albani, Duta Ilmu, 2004, Surabaya.
5. Kitab Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Media Hidayah, 2004, Yogyakarta.
6. Syarah Kitab Tauhid 1, Muhammad Al Utsaimin, Darul Falah, 2003, Jakarta.
7. Kitab Tauhid 1, Shalih Al Fauzan, Darul Haq, 2006, Jakarta.
8. Cambuk Hati, ‘Aidh bin Abdullah Al Qarni, Irsyad Baitus Salam, 2004, Bandung.
9. Silsilah Amalan Hati, Muhammad bin Shalih Al Munajid, Irsyad Baitus Salam, 2006, Bandung.
10. Fiqih Sehari-Hari, Shalih Al Fauzan, Gema Insani Press, 2006, Depok.
11. Shaidul Khatir, Ibnu Al Jauzy, Maghfirah Pustaka, 2006, Jakarta.
12. Perangkap Setan, Ibnul Jauzy, Pustaka Al-Kautsar, 2005, Jakarta Timur.
13. Penawar Hati Yang Sakit, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Gema Insani Press, 2003, Jakarta.
14. Meredam Duka Saat Menghadapi Musibah, Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah, Al -Qowam, 2006, Solo.
15. Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, Afzalurrahman, Yayasan Swarna Bhumy, 2000, Jakarta.
16. Zero To Hero, Sholikhin Abu Izzudin, Pro-U Media, 2006, Yogyakarta.
17. Dalam Selimut Kabut Maksiat, Abu Umar Basyir, Rumah Dzikir, 2006, Solo.
*Karya tulis saya beberapa tahun yang lalu, pernah saya publikasikan di http://joushuf.blogspot.co.id/2011/01/menghadapi-kehidupan.html pada jumat, 14 Januari 2011. Semoga bermanfaat