Saturday, 8 April 2023

Terjemah Kitab Safinatun Najah

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين ، وبه نستعين على أمور الدنيا والدين ،وصلى الله وسلم على سيدنا محمد خاتم النبيين ،واله وصحبه أجمعين ، ولاحول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم ،

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji hanya kepada Allah Tuhan semesta alam, dan kepadaNya jualah kita memohon pertolongan atas segala perkara dunia dan akhirat. Dan shalawat serta salamNya semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW Penutup para nabi, juga terhadap keluarga, sahabat sekalian. Dan tiada daya upaya kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Perkasa.


Rukun Islam ada lima perkara, yaitu:

فصل أركان الإسلام

(فصل) أركان الإسلام خمسة : شهادة أن لاإله إلاالله وأن محمد رسول الله وإقام الصلاة ، وإيتاء الزكاة , و صوم رمضان ، وحج البيت من استطاع إليه سبيلا .

1. Bersaksi bahwa tiada ada tuhan yang haq kecuali Alloh Subhaanahu wa Ta'aala dan Nabi Muhammad Sholalloohu 'Alayhi wa Sallam adalah utusanNya.
2. Mendirikan sholat (lima waktu).
3. Menunaikan zakat.
4. Puasa Romadhan.
5. Ibadah haji ke baitullah bagi yang telah mampu melaksanakannya.



فصل أركان الإيمان

(فصل ) أركان الإيمان ستة: أن تؤمن بالله ، وملائكته، وكتبه ، وباليوم الآخر ، وبالقدر خيره وشره من الله تعالى .

Rukun iman ada enam, yaitu:

1. Beriman kepada Alloh Subhaanahu wa Ta'aala.
2. Beriman kepada sekalian Mala’ikat
3. Beriman dengan segala kitab-kitab suci.
4. Beriman dengan sekalian Rosul-rosul.
5. Beriman dengan hari kiamat.
6. Beriman dengan ketentuan baik dan buruknya dari Alloh Subhaanahu wa Ta'aala.


PENGERTIAN LAFADZ LAILAHA ILLALLAH

(فصل ) ومعنى لاإله إلاالله : لامعبود بحق في الوجود إلا الله .

Adapun arti “La ilaha illah”, yaitu: Tidak ada Tuhan yang berhak disembah dalam kenyataan selain Alloh.

Tanda-tanda Baligh (Dewasa)

(فصل ) علامات البلوغ ثلاث : تمام خمس عشرة سنه في الذكروالأنثى ، والاحتلام في الذكر والأنثى لتسع سنين ، و الحيض في الأنثى لتسع سنين .

Adapun tanda-tanda balig (mencapai usia remaja) seseorang ada tiga, yaitu:
1. Berumur seorang laki-laki atau perempuan lima belas
2. Bermimpi (junub) terhadap laki-laki dan perempuan ketika melewati sembilan tahun.
3. Keluar darah Hai dh sesudah berumur sembilan tahun. 

Bersuci Memakai Batu

(فصل) شروط إجزاء الحَجَرْ ثمانية: أن يكون بثلاثة أحجار ، وأن ينقي المحل ، وأن لا يجف النجس ، ولا ينتقل ، ولا يطرأ عليه آخر ، ولا يجاوز صفحته وحشفته ، ولا يصيبه ماء ، وأن تكون الأحجار طاهرة.

Syarat boleh menggunakan batu untuk beristinja ada delapan, yaitu:
1. Menggunakan tiga batu.
2. Mensucikan tempat keluar najis dengan batu tersebut.
3. Najis tersebut tidak kering.
4. Najis tersebut tidak berpindah.
5. Tempat istinja tersebut tidak terkena benda yang lain sekalipun tidak najis.
6. Najis tersebut tidak berpindah tempat istinja (lubang kemaluan belakang dan kepala kemaluan depan) .
7. Najis tersebut tidak terkena air .
8. Batu tersebut suci.


Fardhu dan Rukun Wudhu

(فصل ) فروض الوضوء ستة: الأول:النية ، الثاني : غسل الوجه ، الثالث: غسل اليدين مع المرفقين ، الرابع : مسح شيء من الرأس ، الخامس : غسل الرجلين مع الكعبين ، السادس :الترتيب .

Rukun wudhu ada enam, yaitu:

1. Niat.
2. Membasuh muka
3. Membasuh kedua tangan serta siku.
4. Menyapu sebagian kepala.
5. Membasuh kedua kaki serta buku lali.
6. Tertib. 

Pengertian Niat dan Tertib

(فصل ) النية : قصد الشيء مقترنا بفعله ، ومحلها القلب والتلفظ بها سنة ، ووقتها عند غسل أول جزء من الوجه ، والترتيب أن لا يقدم عضو على عضو .

Niat adalah menyengaja suatu (perbuatan) berbarengan (bersamaan) dengan perbuatannya didalam hati. Adapun mengucapkan niat tersebut maka hukumnya sunnah, dan waktunya ketika pertama membasuh sebagian muka.
Adapun tertib yang dimaksud adalah tidak mendahulukan satu anggota terhadap anggota yag lain (sebagaimana yang telah tersebut).


Air

(فصل ) الماء قليل وكثير : القليل مادون القلتين ، والكثير قلتان فأكثر. القليل يتنجس بوقوع النجاسة فيه وإن لم يتغير . والماء الكثير لا يتنجس إلا إذا تغير
طعمه أو لونه أو ريحه.

Air terbagi kepada dua macam; Air yang sedikit. Dan air yang banyak.
Adapun air yang sedikit adalah air yang kurang dari dua qullah . Dan air yang banyak itu adalah yang sampai dua qullah atau lebih.

Air yang sedikit akan menjadi najis dengan sebab tertimpa najis kedalamnya, sekalipun tidak berubah. Adapun air yang banyak maka tdak akan menjadi najis kecuali air tersebut telah berubah warna, rasa atau baunya.

Perkara yang Mewajibkan Mandi

(فصل ) موجبات الغسل ستة: إيلاج الحشفة في الفرج ، وخروج المنى والحيض والنفاس والولادة والموت .

Yang mewajibkan mandi ada enam perkara, yaitu:
1- Memasukkan kemaluan (kepala dzakar) ke dalam farji (kemaluan) perempuan.
2- Keluar air mani.
3- Keluar darah haidh [datang bulan].
4- Keluar darah nifas [darah yang keluar setelah melahirkan].
5- Melahirkan.
6- Mati.


Fardhu dan Rukun Mandi Junub

(فصل ) فروض الغسل اثنان : النية ، وتعميم البدن بالماء .

Fardhu–fardhu (rukun) mandi yang diwajibkan ada dua perkara, yaitu:
1- Niat mandi wajib.
2- Menyampaikan air ke seluruh tubuh dengan sempurna.


Syarat-syarat Wudhu

(فصل ) شروط الوضوء عشرة : الإسلام ، والتمييز ، والنقاء ، عن الحيض ، والنفاس ، وعما يمنع وصول الماء إلى البشرة ، وأن لا يكون على العضو ما يغير الماء الطهور ، ودخول الوقت ، والموالاة لدائم الحدث.

Syarat– Syarat Wudhu` ada sepuluh, yaitu:
1- Islam.
2- Tamyiz (cukup umur dan ber’akal).
3- Suci dari haidh dan nifas.
4- Lepas dari segala hal dan sesuatu yang bisa menghalang sampai air ke kulit.
5- Tidak ada sesuatu disalah satu anggota wudhu` yang merubah keaslian air.
6- Mengetahui bahwa hukum wudhu` tersebut adalah wajib.
7- Tidak boleh beri`tiqad (berkeyakinan) bahwa salah satu dari fardhu–fardhu wudhu` hukumnya sunnah (tidak wajib).
8- Kesucian air wudhu` tersebut.
9- Masuk waktu sholat yang dikerjakan.
10- Muwalat .
Dua syarat terakhir ini khusus untuk da'im al-hadats (orang yang selalu hadas karena beser kencing atau keluar darah istihadoh, kentut terus menerus, ambeien, dll) .


Perkara yang Membatalkan Wudhu

(فصل ) نوا قض الوضوء أربعة أشياء : (الأول) الخارج من أحد السبيلين من قبل أو دبر ريح أو غيره إلا المنى ، (الثاني ) زوال العقل بنوم أو غيره إلا نوم قاعد ، ممكن مقعده من الأرض ، (الثالث) التقاء بشرتي رجل وامرأة كبيرين من غير حائل ، (الرابع ) مس قبل الآدمي أو حلقة دبره ببطن الراحة أو بطون الأصابع .

Yang membatalkan wudhu` ada empat, yaitu:
1- Apa bila keluar sesuatu dari salahsatu kemaluan seperti angin dan lainnya, kecuali air mani.
2- Hilang akal seperti tidur dan lain lain, kecuali tidur dalam keadaan duduk rapat bagian punggung dan pantatnya dengan tempat duduknya, sehingga yakin tidak keluar angin sewaktu tidur tersebut
3- Bersentuhan antara kulit laki–laki dengan kulit perempuan yang bukan muhrim baginya dan tidak ada penghalang antara dua kulit tersebut seperti kain dll.
”Mahram”: (orang yang haram dinikahi seperti saudara kandung).
4- Menyentuh kemaluan orang lain atau dirinya sendiri atau menyentuh tempat pelipis dubur (kerucut sekeliling) dengan telapak tangan atau telapak jarinya.


Larangan Bagi yang Batal Wudhu

(فصل ) من انتقض وضوؤه حرم عليه أربعه أشياء : الصلاة والطواف ومس
المصحف وحمله.

Larangan bagi orang yang berhadats kecil/ batal wudhu ada empat, yaitu:
1- Shalat, fardhu maupun sunnah.
2- Thowaaf (keliling ka`bah tujuh kali).
3- Menyentuh kitab suci Al-Qur`an
4. Membawa atau mengangkat Al Quran

Larangan Bagi yang Orang Junub (Hadats Besar)

ويحرم على الجنب ستة أشياء: الصلاة والطواف ومس المصحف وحمله واللبث في المسجد وقراءة القرآن.

Larangan bagi orang yang berhadats besar (junub) ada lima, yaitu:
1- Sholat.
2- Thowaaf.
3- Menyentuh Al-Qur`an.
4- Membaca Al-Qur`an.
5- I`tikaf (berdiam di masjid).


Larangan Bagi Wanita Haid

ويحرم بالحيض عشرة أشياء : الصلاة والطواف ومس المصحف وحمله واللبث في المسجد وقراءة القرآن والصوم والطلاق والمرور في المسجد إن خافت تلويثه والاستمتاع بما بين السرة والركبة.

Larangan bagi perempuan yang sedang haidh ada sepuluh, yaitu:

1- Sholat.
2- Thowaaf.
3- Menyentuh Al-Qur`an.
4- Membaca Al-Qur`an.
5- Puasa
6- I’tikaf di masjid.
7- Masuk ke dalam masjid sekalipun hanya untuk sekedar lewat jika ia takut akan mengotori masjid tersebut.
8- Cerai, karena itu, di larang suami menceraikan isterinya dalam keadaan haidh.
9- Jima`.
10- Bersenang – senang dengan isteri di antara pusar dan lutut.


(فصل)
 أسباب التيمم ثلاثة: فقد الماء ، والمرض ، والاحتياج إليه لعطش حيوان محترم .
غير المحترم ستة : تارك الصلاة والزاني المحصن والمرتد والكافر الحربي والكلب العقور والخنزير .

Sebab-Sebab Tayammum

Sebab – Sebab yang membolehkan tayammum ada tiga hal, yaitu:

1- Tidak ada air untuk berwudhu`.
2- Ada penyakit yang mengakibatkan tidak boleh memakai air.
3- Ada air hanya sekedar mencukupi kebutuhan minum manusia atau binatang yang Muhtaram (dihormati).

Adapun Non-Muhtaram ada enam macam, yaitu:
1- Orang yang meninggalkan sholat wajib.
2- kafir Harbiy (yang boleh di bunuh).
3- Murtad.
4- Penzina dalam keadaan Ihshan (orang yang sudah ber’aqad nikah yang sah).
5- Anjing yang menyalak (tidak menta`ati pemiliknya atau tidak boleh dipelihara).
6- Babi.

(فصل )
 شروط التيمم عشرة: أن يكون بتراب وان يكون التراب طاهرا وأن لا يكون مستعملا ولا يخالطه دقيق ونحوه وأن يقصده وأن يمسح وجهه ويديه بضربتين وأن يزيل النجاسة أولا وأن يجتهد في القبلة قبله وأن يكون التيمم بعد دخول الوقت وأن يتيمم لكل فرض .


Syarat–Syarat Tayammum

Syarat–Syarat mengerjakan tayammum ada sepuluh, yaitu:

1- Bertayammum dengan tanah.
2- Menggunakan tanah yang suci tidak terkena najis.
3- Tidak pernah di pakai sebelumnya (untuk tayammaum yang fardhu).
4- Murni dari campuran yang lain seperti tepung dan seumpamanya.
5- Mengqoshod atau menghendaki (berniat) bahwa sapuan dengan tanah tersebut untuk di jadikan tayammum.
6- Masuk waktu shalat fardhu tersebut, sebelum tayammum.
7- Bertayammum tiap kali sholat fardhu tiba.
8- Berhati – hati dan bersungguh – sungguh dalam mencari arah qiblat sebelum memulai tayammum.
9- Menyapu muka dan dua tangannya dengan dua kali mengusap tanah tayammum secara masing – masing (terpisah).
10- Menghilangkan segala najis di badan terlebih dahulu.


(فصل)
 فروض التيمم خمسة : الأول : نقل التراب ، الثاني : النية ، الثالث : مسح الوجه ، الرابع : مسح اليدين إلى المرفقين ، الخامس : الترتيب بين المسحتين .


Fardhu dan Rukun Tayammum

Rukun-rukun tayammum ada lima, yaitu:

1. Memindah debu.
2. Niat.
3. Mengusap wajah.
4. Mengusap kedua belah tangan sampai siku.
5. Tertib antara dua usapan.

(فصل)
 مبطلات التيمم أربعة : ما أبطل الوضوء والردة وتوهم الماء إن تيمم لفقده والشك .

Pembatal Tayammum

Perkara yang membatalkan tayammum ada tiga, yaitu:

1. Semua yang membatalkan wudhu’.
2. Murtad.
3. Ragu-ragu terdapatnya air, apabila dia bertayammum karena tidak ada air.


(فصل )
 الذي يظهر من النجاسة ثلاثة : الخمر إذا تخللت بنفسها . وجلد الميتة إذا دبغ وما صارا حيوانا .

Benda Najis yang Bisa Suci

Perkara yang menjadi suci dari yang asalnya najis ada tiga, yaitu:

1. Khamar (air yang diperah dari anggur) apabila telah menjadi cuka.
2. Kulit binatang yang disamak.
3. Semua najis yang telah berubah menjadi binatang.


(فصل)
 النجاسة ثلاثه : مغلظة ومخففة ومتوسطة . المغلظة : نجاسة الكلب والخنزير وفرع أحدهما . والمخففة : بول الصبي الذي لم يطعم غير اللبن ولم يبلغ الحولين. والمتوسطة : سائر النجاسات.

Macam-macam Najis

Macam macam najis ada tiga, yaitu:

1. Najis besar (Mughallazoh), yaitu Anjing, Babi atau yang lahir dari salah satunya.
2. Najis ringan (Mukhaffafah), yaitu air kencing bayi yang tidak makan, selain susu dari ibunya, dan umurnya belum sampai dua tahun.
3. Najis sedang (Mutawassithoh), yaitu semua najis selain dua yang diatas.


(فصل )
 المغلظة : تطهر بسبع غسلات بعد إزالة عينها ،إحداهن بتراب . والمخففة : تطهر برش الماء عليها مع الغلبة وإزالة عينها .
والمتوسطة تنقسم إلى قسمين: عينية وحكميه . العينية : التي لها لون وريح وطعم فلا بد من إزالة لونها وريحها وطعمها . والحكمية : التي لا لون لها ولا ريح ولاطعم لها يكفيك جري الماء عليها

Cara Menbasuh Najis

Cara menyucikan najis-najis:

Najis besar (Mughallazoh), menyucikannya dengan membasuh sebanyak tujuh kali, salah satunya menggunakan debu, setelah hilang ‘ayin (benda) yang najis.
Najis ringan (Mukhaffafah), menyucikannya dengan memercikkan air secara menyeluruh dan menghilangkan ‘ayin yang najis.
Najis sedang (Mutawassithoh) terbagi dua bagian, yaitu:
1. 'Ainiyyah yaitu najis yang masih nampak warna, bau, atau rasanya, maka cara menyucikan najis ini dengan menghilangkan sifat najis yang masih ada.
2. Hukmiyyah, yaitu najis yang tidak nampak warna, bau dan rasanya, maka cara menyucikan najis ini cukup dengan mengalirkan air pada benda yang terkena najis tersebut.


(فصل)
 أقل الحيض : يوم وليله وغالبة ستة أوسبع وأكثره خمسة عشرة يوما بلياليها . أقل الطهر بين الحيضتين خمسة عشرة يوما وغالبه أربعة وعشرون يوما أو ثلاثة وعشرون يوما ولاحد لأكثرة .أقل النفاس مجة وغالبة أربعون يوما وأكثرة ستون يوما

Masa Haid

Darah haid yang keluar paling sedikit sehari semalam, namun pada umumnya selama enam atau tujuh hari, dan tidak akan lebih dari 15 hari.

Masa Suci Antara Dua Haid

Paling sedikit masa suci antara dua haid adalah 15 hari, namun pada umumnya 24 atau 23 hari, dan tidak terbatas untuk masa sucinya.

Masa Nifas

Paling sedikit masa nifas adalah sekejap, pada umumnya 40 hari, dan tidak akan melebihi dari 60 hari.

(فصل )
 أعذار الصلاة اثنان : النوم والنسيان .
Udzurnya Shalat

Udzur sholat ada dua:
1. Tidur .
2. Lupa.


(فصل)
 شروط الصلاة ثمانية : طهارة الحدثين والطهارة عن النجاسة في الثوب والبدن والمكان وستر العورة واستقبال القبلة ودخول الوقت والعلم بفريضتة وأن لايعتقد فرضا من فروضها سنة واجتناب المبطلات .

Syarat Shalat

Syarat sah shalat ada delapan, yaitu:
1. Suci dari hadats besar dan kecil.
2. Suci pakaian, badan dan tempat dari najis.
3. Menutup aurat.
4. Menghadap kiblat.
2. Masuk waktu sholat.
3. Mengetahui rukun-rukan sholat.
4. Tidak meyakini bahwa diantara rukun-rukun sholat adalah sunnahnya
5. Menjauhi semua yang membatalkan sholat.

الأحداث اثنان : أصغر وأكبر . فالأصغر ماأوجب الوضوء . والأكبر ماأوجب الغسل

Hadats

Macam-macam hadats: Hadats ada dua macam, yaitu: Kecil dan Besar.
Hadats kecil adalah hadats yang mewajibkan seseorang untuk berwudhu’, sedangkan hadats besar adalah hadats yang mewajibkan seseorang untuk mandi.
العورات أربع : عورة الرجل مطلقا والأمة في الصلاة ما بين السرة والركبة 
وَ عَوْرَةُ الْحُرَّةِ فِيْ الصَّلاَةِ: جَمِيْعُ بَدَنِهَا مَا سِوَى الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ.
وَ عَوْرَةُ الْحُرَّةِ وَالأَمَةِ عِنْدَ الأَجَانِبِ: جَمِيْعُ الْبَدَنِ.
وَ عِنْدَ مَحَارِمِهمَا وَالنِّسَاءِ: مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ.
Aurat

Macam macam aurat: Aurat ada empat macam, yaitu:

1. Aurat semua laki-laki (merdeka atau budak) dan budak perempuan ketika sholat, yaitu antara pusar dan lutut.
2. Aurat perempuan merdeka ketika sholat, yaitu seluruh badan kecuali muka dan telapak tangan.
3. Aurat perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki yang ajnabi (bukan mahram / muhrim), yaitu seluruh badan.
4. Aurat perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki muhrimnya dan perempuan, yaitu antara pusar dan lutut.

(فصل )
 أركان الصلاة سبعة عشر : الأول النية ،الثاني تكبيرة الإحرام ، الثالث القيام على القادر في الفرض ،الرابع قراءة الفاتحة ، الخامس الركوع ، السادس الطمأنينة فية ، السابع الإعتدال ،الثامن الطمأنينة فيه ، التاسع السجود مرتين ،العاشر الطمأنينة فية ، الحادي عشر الجلوس بين السجدتين ، الثاني عشر الطمأنينة فية ،الثالث عشر التشهد الأخير ،الرابع عشر القعود فيه ،الخامس عشر : الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم ،السادس عشر السلام ،السابع عشر الترتيب

Rukun dan Fardhu Shalat

Rukun sholat ada tujuh belas, yaitu:
1. Niat.
2. Takbirotul ihrom (mengucapkan “Allahuakbar).
3. Berdiri bagi yang mampu.
4. Membaca fatihah.
5. Ruku’ (membungkukkan badan).
6. Thuma’ninah (diam sebentar) waktu ruku’.
7. I’tidal (berdiri setelah ruku’).
8. Thuma’ninah (diam sebentar waktu i’tidal).
9. Sujud dua kali.
10. Thuma’ninah (diam sebentar waktu sujud).
11. Duduk diantara dua sujud.
12. Thuma’ninah (diam sebentar ketika duduk).
13. Tasyahud akhir (membaca kalimat-kalimat yang tertentu).
14. Duduk diwaktu tasyahud.
15. Sholawat (kepada nabi).
16. Salam (kepada nabi).
17. Tertib (berurutan sesuai urutannya)


(فصل)
 النيه ثلاث درجات : إن كانت الصلاة فرضا وجب قصد الفعل والتعيين والفرضية وإن كانت نافلة مؤقتة كراتبة او ذات سبب وجب قصد الفعل والتعيين ، وان كانت نافلة مطلقة وجب قصد الفعل فقط .
الفعل :أصلي والتعيين: ظهرا أو عصرا و الفرضية : فرضا .

Tingkatan Niat

Niat itu ada tiga derajat, yaitu:
3. Jika sholat yang dikerjakan fardhu, diwajibkanlah niat qasdul fi’li (mengerjakan shalat tersebut), ta’yin (nama sholat yang dikerjakan) dan fardhiyah (kefardhuannya).
4. Jika sholat yang dikerjakan sunnah yang mempunyai waktu atau mempunyai sebab, diwajibkanlah niat mengerjakan sholat tersebut dan nama sholat yang dikerjakan seperti sunah Rowatib (sebelum dan sesudah fardhu-fardhu).
5. Jika sholat yang dikerjakan sunnah Mutlaq (tanpa sebab), diwajibkanlah niat mengerjakan sholat tersebut saja.
Yang dimaksud dengan qasdul fi’li adalah aku beniat sembahyang (menyenghajanya), dan yang dimaksud ta’yin adalah seperti dzuhur atau asar, adapun fardhiyah adalah niat fardhu.


(فصل)
 شروط تكبيرة الإحرام : ستة عشرة أن تقع حالة القيام في الفرض وأن تكون بالعربيه وأن تكون بلفظ الجلالة وبلفظ أكبر والترتيب بين اللفظتين وأن لايمد همزة الجلالة وعدم مد باء أكبر وأن لا يشدد الباء وأن لايزيد واواً ساكنة أو متحركة بين الكلمتين ، وأن لايزيد واوا قبل الجلالة وأن لايقف بين كلمتي التكبير وقفة طويلة ولا قصيرة ، وأن يسمع نفسة جميع حروفها ودخول الوقت في المؤقت وإيقاعها حال الإستقبال وأن لا يخل بحرف من حروفها وتأخير تكبيرة المأموم عن تكبيرة الإمام.

Syarat Takbiratul Ihram

Syarat takbirotul ihrom ada enam belas, yaitu:
1. Mengucapkan takbirotul ihrom tersebut ketika berdiri (jika sholat tersebut fardhu).
2. Mengucapkannya dengan bahasa Arab.
3. Menggunakan lafal “Allah”.
4. Menggunakan lafal “Akbar”.
5. Berurutan antara dua lafal tersebut.
6. Tidak memanjangkan huruf “Hamzah” dari lafal “Allah”.
7. Tidak memanjangkan huruf “Ba” dari lafal “Akbar”.
8. Tidak mentaysdidkan (mendobelkan/mengulang) huruf “Ba” tersebut.
9. Tidak menambah huruf “Waw” berbaris atau tidak antara dua kalimat tersebut.
10. Tidak menambah huruf “Waw” sebelum lafal “Allah”.
11. Tidak berhenti antara dua kalimat sekalipun sebentar.
12. Mendengarkan dua kalimat tersebut.
13. Masuk waktu sholat tersebut jika mempuyai waktu.
14. Mengucapkan takbirotul ihrom tersebut ketika menghadap qiblat.
15. Tidak tersalah dalam mengucapkan salah satu dari huruf kalimat tersebut.
16. Takbirotul ihrom ma’mum sesudah takbiratul ihrom dari imam.


(فصل )
 شروط الفاتحة عشرة : الترتيب والموالاة ومراعاة تشديداتها وأن لا يسكت سكتة طويلة ولا قصيرة يقصد قطع القراءة وقراءة كل آياتها ومنها البسملة وعدم اللحن المخل بالمعنى وأن تكون حالة القيام في الفرض ، وأن يسمع نفسة القراءة وأن لا يتخللها ذكر أجنبي .
Syarat Membaca Al-Fatihah

Syarat-syarat sah membaca surat al-Fatihah ada sepuluh, yaitu:
1. Tertib (yaitu membaca surat al-Fatihah sesuai urutan ayatnya).
2. Muwalat (yaitu membaca surat al-Fatihah dengan tanpa terputus).
3. Memperhatikan makhroj huruf (tempat keluar huruf) serta tempat-tempat tasydid.
4. Tidak lama terputus antara ayat-ayat al-Fatihah ataupun terputus sebentar dengan niat memutuskan bacaan.
5. Membaca semua ayat al-Fatihah.
6. Basmalah termasuk ayat dari al-fatihah.
7. Tidak menggunakan lahan (lagu) yang dapat merubah makna.
8. Memabaca surat al-Fatihah dalam keaadaan berdiri ketika sholat fardhu.
9. Mendengar surat al-Fatihah yang dibaca.
10. Tidak terhalang oleh dzikir yang lain.


(فصل)
 تشديدات الفاتحة أربع عشرة : بسم الله فوق اللام ، الرَّحمن فوق الراء ، الرَّحيم فوق الراء ، الحمد لله فوق لام الجلالة ، ربُّ العالمين فوق الباء ، الرَّحمن فوق الراء ،مالك يوم الدِّين فوق الدال ، إيَّاك نعبد فوق الياء ، إيَّاك نستعين فوق الياء ، اهدنا الصِّراط المستقيم فوق الصاد ، صراط الَّذين فوق اللام ، أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضَّالِّين فوق الضاد واللام .

Tasydid Al-fatihah

Tempat-tempat tasydid dalam surah al-fatihah ada empat belas, yaitu:
1. Tasydid huruf “Lam” jalalah pada lafal (الله ).
2. Tasydid huruf “Ra’” pada lafal (( الرّحمن .
3. Tasydid huruf “Ra’” pada lapal ( الرّحيم).
4. Tasydid “Lam” jalalah pada lafal ( الحمد لله).
5. Tasydid huruf “Ba’” pada kalimat (ربّ العالمين ).
6. Tasydid huruf “Ra’” pada lafal (الرّحمن ).
7. Tasydid huruf “Ra’” pada lafal ( الرّحيم).
8. Tasydid huruf “Dal” pada lafal (الدّين ).
9. Tasydid huruf “Ya’” pada kalimat إيّاك نعبد) ).
10. Tasydid huruf “Ya” pada kalimat (وإيّاك نستعين ).
11. Tasydid huruf “Shad” pada kalimat ( اهدنا الصّراط المستقيم).
12. Tasydid huruf “Lam” pada kalimat (صراط الّذين ).
13. Tasydid “Dhad” pada kalimat (ولا الضالين).
14. Tasydid huruf “Lam” pada kalimat (ولا الضالين).

(فصل)
 يسن رفع اليدين في أربعة مواضع: عند تكبيرة الإحرام وعند الركوع وعند الإعتدال وعند القيام من التشهد الأول .

Tempat yang disunatkan Mengangkat Kedua Tangan

Tempat disunatkan mengangkat tangan ketika shalat ada empat, yaitu:
1. Ketika takbiratul ihram.
2. Ketika Ruku’.
3. Ketika bangkit dari Ruku’ (I’tidal).
4. Ketika bangkit dari tashahud awal.


(فصل)
 شروط السجود سبعة : أن يسجد على سبعة أعضاء وأن تكون جبهته مكشوفة والتحامل برأسة وعدم الهوى لغيره وأن لايسجد على شيء يتحرك بحركته وارتفاع أسافلة على أعالية والطمأنينة فية.
(خاتمة)
 أعضاء السجود سبعة : الجبهة وبطون الكفين والركبتان وبطون الأصابع والرجلين.

Syarat Sujud

Syarat sah sujud ada tujuh, yaitu:
1. Sujud dengan tujuh anggota.
2. Dahi terbuka (jangan ada yang menutupi dahi).
3. Menekan sekedar berat kepala.
4. Tidak ada maksud lain kecuali sujud.
5. Tidak sujud ketempat yang bergerak jika ia bergerak.
6. Meninggikan bagian punggung dan merendahkan bagian kepala.
7. Thuma’ninah pada sujud.

Anggota Sujud

Penutup:
Ketika seseorang sujud anggota tubuh yang wajib di letakkan di tempat sujud ada tujuh, yaitu:
1. Dahi.
2. Bagian dalam dari telapak tangan kanan.
3. Bagian dalam dari telapak tangan kiri.
4. Lutut kaki yang kanan.
5. Lutut kaki yang kiri.
6. Bagian dalam jari-jari kanan.
7. Bagian dalam jari-jari kiri.


(فصل)
 تشديدات التشهد إحدى وعشرون : خمس في أكمله وستة عشر في أقلة : التحيات على التاء والياء المباركات الصلوات على الصاد ، الطيبات على الطاء والياء ، لله على لام الجلالة ، السلام على السين ، عليك أيها النبي على الياء والنون والياء ، ورحمه الله على لام الجلاله ، وبركاته السلام على السين ، علينا وعلى عباد الله على لام الجلاله ، الصالحين على الصاد، أشهد أن لاإله على لام ألف ،إلا الله على لام ألف ولام الجلاله، وأشهدأن على النون ، محمدا رسول الله على ميم محمدا وعلى الراء وعلى لام الجلاله.
Tasydid Tahiyat (Tasyahud)

Dalam kalimat tasyahud terdapat dua puluh satu harakah (baris) tasydid, enam belas di antaranya terletak di kalimat tasyahud yang wajib di baca, dan lima yang tersisa dalam kalimat yang menyempurnakan tasyahud (yang sunah dibaca), yaitu:
1. “Attahiyyat”: harakah tasydid terletak di huruf “Ta’”.
2. “Attahiyyat”: harakah tasydid terletak di huruf “Ya’”.
3. “Almubarakatusshalawat”: harakah tasydid di huruf “Shad”.
4. “Atthayyibaat”: harakah tasydid di huruf “Tha’”.
5. “Atthayyibaat”: harakah tasydid di huruf “ya’”.
6. “Lillaah”: harakah tasydid di “Lam” jalalah.
7. “Assalaam”: di huruf “Sin”.
8. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
9. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Nun”.
10. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
11. “Warohmatullaah”: di “Lam” jalalah.
12. “Wabarakatuh, assalaam”: di huruf “Sin”.
13. “Alainaa wa’alaa I’baadillah”: di “Lam” jalalah.
14. “Asshalihiin”: di huruf shad.
15. “Asyhaduallaa”: di “Lam alif”.
16. “Ilaha Illallaah”: di “Lam alif”.
17. “Illallaah”: di “Lam” jalalah.
18. “Waasyhaduanna”: di huruf “Nun”.
19. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Mim”.
20. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Ra’”.
21. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Lam” jalalah.


(فصل )
 تشديدات أقل الصلاة على النبي أربع : اللهم على اللام والميم ، صل على اللام ، على محمد على الميم .
Tasydid Shalawat

Sekurang-kurang kalimat shalawat nabi yang memenuhi standar kewajiban di tasyahud akhir adalah Alloohumma sholliy ’alaa Muhammad.
(Adapun).harakat tasydid yang ada di kalimat shalawat nabi tersebut ada di huruf “Lam” dan “Mim” di lafal “Allahumma”. Dan di huruf “Lam” di lafal “Shalli”. Dan di huruf “Mim” di Muhammad.

(فصل)
 أقل السلام : السلام عليكم تشديد السلام على السين .

Mengucapkan Salam

Sekurang-kurang salam yang memenuhi standar kewajiban di tasyahud akhir adalah Assalaamu’alaikum. Adapun Harakat tasydid yang ada di kalimat tersebut terletak di huruf “Sin”.


(فصل) أوقات الصلاة خمس: أول وقت الظهر زوال الشمس ، وآخره مصير ظل الشيء مثله غير ظل الإستواء ، وأول وقت العصر إذا صار ظل كل شيء مثلة وزاد قليلا ، وآخره غروب الشمس . وأول وقت المغرب غروب الشمس وآخره غروب الشفق الأحمر ، وآخره طلوع الفجر الصادق وآخره طلوع الشمس .
الأشفاق ثلاثة : أحمر وأصفر وأبيض .الأحمر مغرب ولأصفر والأبيض عشاء . ويندب تأخير صلاه العشاء إلى أن يغيب الشفق الأحمر والأبيض 
Waktu-waktu Shalat

1. Waktu shalat dzuhur:
Dimulai dari tergelincirnya matahari dari tengah-tengah langit kearah barat dan berakhir ketika bayangan suatu benda menyamai ukuran panjangnya dengan benda tersebut.
2. Waktu salat Ashar:
Dimulai ketika bayangan dari suatu benda melebihi ukuran panjang dari benda tersebut dan berakhir ketika matahari terbenam.
3. Waktu shalat Magrib:
Berawal ketika matahari terbenam dan berakhir dengan hilangnya sinar merah yang muncul setelah matahari terbenam.
4. Waktu shalat Isya
Diawali dengan hilangnya sinar merah yang muncul setelah matahari terbenam dan berakhir dengan terbitnya fajar shadiq. Yang di maksud dengan Fajar shadiq adalah sinar yang membentang dari arah timur membentuk garis horizontal dari selatan ke utara.
5 Waktu shalat Shubuh:
Di mulai dari timbulnya fajar shadiq dan berakhir dengan terbitnya matahari.
Warna sinar matahari yang muncul setelah matahari terbenam ada tiga, yaitu:
Sinar merah, kuning dan putih. Sinar merah muncul ketika magrib sedangkan sinar kuning dan putih muncul di waktu Isya.
Disunnahkan untuk menunda atau mangakhirkan shalat Isya sampai hilangnya sinar kuning dan putih.

(فصل )
 تحرم الصلاة التي ليس لها سبب متقدم ولا مقارن في خمسة أوقات : عند طلوع الشمس حتى ترتفع قدر رمح وعند الإستواء في غير يوم الجمعة حتى تزول ، وعند الإصفرار حتى تطلع الشمس وبعد صلاة العصر حتى تغرب .

Waktu Haram Mengerjakan Shalat

Shalat itu haram manakala tidak ada mempunyai sebab terdahulu atau sebab yang bersamaan (maksudnya tanpa ada sebab sama sekaliseperti sunat mutlaq) dalam beberapa waktu, yaitu:
1. Ketika terbit matahari sampai naik sekira-kira sama dengan ukuran tongkat atau tombak.
2. Ketika matahari berada tepat ditengah tengah langit sampai bergeser kecuali hari Jum’at.
3. Ketika matahari kemerah-merahan sampai tenggelam.
4. Sesudah shalat Shubuh sampai terbit matahari.
5. Sesudah shalat Asar sampai matahari terbenam.

(فصل)
 سكتات الصلاة ستة : بين تكبيرة الإحرام ودعاء الإفتتاح والتعوذ، وبين الفاتحة والتعوذ، وبين آخر الفاتحة وآمين ، وبين آمين والسوره ، وبين السورة والركوع .

Diam yang Disunnahkan

Tempat saktah (berhenti dari membaca) pada waktu shalat ada enam tempat, yaitu:
1. Antara takbiratul ihram dan do’a iftitah (doa pembuka sesudah takbiratul ihram).
2. Antara doa iftitah dan ta’awudz (mengucapkan perlindungan dengan Allah SWT dari setan yang terkutuk).
3. Antara ta’awudz dan membaca fatihah.
4. Antara akhir fatihah dan ta’min (mengucapkan amin).
5. Antara ta’min dan membaca surat (qur’an).
6. Antara membaca surat dan ruku’.
Semua tersebut dengan kadar tasbih (bacaan subhanallah), kecuali antara ta’min dan membaca surat, disunahkan bagi imam memanjangkan saktah dengan kadar membaca fatihah.

(فصل)
 الأركان التي تلزمه فيها الطمأنينة أربعة : الركوع والإعتدال والسجود والجلوس بين السجدتين .
الطمأنينة هي : سكون بعد حركة بحيث يستقر كل عضو محله بقدر سبحان الله .

Rukun yang Wajib Tuma'ninah

Rukun-rukun yang diwajibkan didalamnya tuma’ninah ada empat, yaitu:
1. Ketika ruku’.
2. Ketika i’tidal.
3. Ketika sujud.
4. Ketika duduk antara dua sujud.

Tuma’ninah adalah diam sesudah gerakan sebelumnya, sekira-kira semua anggota badan tetap (tidak bergerak) dengan kadar tasbih (membaca subhanallah).

(فصل)
 أسباب سجود السهو أربعة :الأول ترك بعض من أبعاض الصلاة أو بعض البعض ، الثاني فعل مايبطل عمده ولايبطل سهوه إذا فعله ناسيا ، الثالث نقل ركن قولي إلى غير محله ، الرابع إيقاع ركن فعلي مع احتمال الزيادة .

Sebab Sujud Sahwi

Sebab sujud sahwi ada empat, yaitu:

1. Meninggalkan sebagian dari ab’adhus shalat (pekerjaan sunnah dalam shalat yang buruk jika seseorang meniggalkannya).
2. Mengerjakan sesuatu yang membatalkan (padahal ia lupa), jika dikerjakan dengan sengaja dan tidak membatalkan jika ia lupa.
3. Memindahkan rukun qauli (yang diucapkan) kebukan tempatnya.
4. Mengerjakan rukun Fi’li (yang diperbuat) dengan kemungkinan kelebihan.

(فصل)
 أبعاض الصلاة سبعة : التشهد الأول وقعوده والصلاه على النبي صلى الله عليه وسلم فيه ، والصلاه على الآل التشهد الأخير، والقنوت ،والصلاة على النبي صلى الله علية وسلم وآله فيه.

Sunnah Ab'ad dalam Shalat

Ab’adusshalah ada enam, yaitu:
1. Tasyahud awal
2. Duduk tasyahud awal.
3. Shalawat untuk nabi Muhammad SAW ketika tasyahud awal.
4. Shalawat untuk keluarga nabi ketika tasyahud akhir.
5. Do’a qunut.
6. Berdiri untuk do’a qunut.
7. Shalawat dan Salam untuk nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat ketika do’a qunut.
.
(فصل)
 تبطل الصلاة بأربع عشرة خصلة : بالحدث وبوقوع النجاسة إن لم تلق حالا من غير حمل ، وانكشاف العورة إن لم تستر حالا، والنطق بحرفين أو حرف مفهم عمدا ، وبالمفطر عمدا ، والأكل الكثير ناسيا ،أوثلاث حركات متواليات ولو سهوا والوثبة الفاحشة والضربة المفرطة ، وزيادة ركن فعلي عمدا ، والتقدم على إمامه بركنين فعليين ، والتخلف بهما بغير عذر ، ونية قطع الصلاة ، وتعليق قطعها بشيء والتردد في قطعها .
Pembatal Shalat

Perkara yang membatalkan shalat ada empat belas, yaitu:

1. Berhadats (seperti kencing dan buang air besar).
2. Terkena najis, jika tidak dihilangkan seketika, tanpa dipegang atau diangkat (dengan tangan atau selainnya).
3. Terbuka aurat, jika tidak dihilangkan seketikas.
4. Mengucapkan dua huruf atau satu huruf yang dapat difaham.
5. Mengerjakan sesuatu yang membatalkan puasa dengn sengaja.
6. Makan yang banyak sekalipun lupa.
7. Bergerak dengan tiga gerakan berturut-turut sekalipun lupa.
8. Melompat yang luas.
9. Memukul yang keras.
10. Menambah rukun fi’li dengan sengaja.
11. Mendahului imam dengan dua rukun fi’li dengan sengaja.
12. Terlambat denga dua rukun fi’li tanpa udzur.
13. Niat yang membatalkan shalat.
14. Mensyaratkan berhenti shalat dengan sesuatu dan ragu dalam memberhentikannya.


(فصل)
 الذي يلزم فية نية الإمامة أربع : الجمعة والمعاداة والمنذورة جماعة والمتقدمة في المطر .
Kapan Niat Jadi Imam itu Wajib

Diwajibkan bagi seorang imam berniat menjadi imam terdapat dalam empat shalat, yaitu:
1- Menjadi Imam jumat
2- Menjadi imam dalam shalat i'adah (mengulangi shalat).
3- Menjadi imam shalat nazar berjama`ah
4- Menjadi imam shalat jamak taqdim sebab hujan

(فصل)
 شروط القدوة أحد عشر : أن لايعلم بطلان صلاة إمامة بحدث أو غيرة , وأن لايعتقد وجوب قضائها عليه وأن لا يكون مأموما ولا أميا وأن لايتقدم علية في الموقف وأن يعلم انتقالات إمامة وأن يجتمعا في مسجد أو في ثلثمائة ذراع تقريبا وأن ينوي القدوة أو الجماعة وأن يتوافق نظم صلاتيهما وأن لا يخالفه في سنة فاحشة المخالفة وأن يتابعة .
Syarat Jadi Makmum

Syarat – Syarat ma`mum mengikut imam ada sebelas perkara, yaitu:
1- Tidak mengetahui batal nya shalat imam dengan sebab hadats atau yang lain nya.
2- Tidak meyakinkan bahwa imam wajib mengqadha` shalat tersebut.
3- Seorang imam tidak menjadi ma`mum .
4- Seorang imam tidak ummi (harus baik bacaanya).
5- Ma`mum tidak melebihi tempat berdiri imam.
6- Harus mengetahui gerak gerik perpindahan perbuatan shalat imam.
7- Berada dalam satu masjid (tempat) atau berada dalam jarak kurang lebih tiga ratus hasta.
8- Ma`mum berniat mengikut imam atau niat jama`ah.
9- Shalat imam dan ma`mum harus sama cara dan kaifiyatnya
10- Ma`mum tidak menyelahi imam dalam perbuata sunnah yang sangat berlainan atau berbeda sekali.
11- Ma`mum harus mengikuti perbuatan imam.

(فصل)
 صور القدوة تسع تصح في خمس : قدوة رجل برجل وقدوة امرأه برجل وقدوة خنثى برجل وقدوة امرأة بخنثى وقدوة امرأة بامرأة ، وتبطل في أربع : قدوة رجل بامرأة وقدوة رجل بخنثى وَ قُدْوَةُ خُنْثَى بِامْرَأَةٍ. وَقُدْوَةُ خُنْثَى بِخُنْثَى.

Syarat Sah Shalat Berjamaah

Ada lima golongan orang–orang yang sah dalam berjamaah, yaitu:
1- Laki –laki bermakmum pada laki – laki.
2- Perempuan bermakmum pada laki – laki.
3- Banci bermakmum pada laki – laki.
4- Perempuan bermakmum pada banci.
5- Perempuan bermakmum pada perempuan

Yang Tidak Sah Shalat Berjamaah

Ada empat golongan orang – orang yang tidak sah dalam berjamaah, yaitu:
1- Laki – laki mengikut perempuan.
2- Laki – laki mengikut banci.
3- Banci mengikut perempuan.
4- Banci mengikut banci.

(فصل)
 شروط جمع التقديم أربعة : البداءة بالأولى ونية الجمع والموالاة بينهما ودوام العذر .

Syarat Jamak Taqdim

Ada empat, syarat sah jamak taqdim (menggabung dua shalat diwaktu yang pertama), yaitu:
1- Di mulai dari shalat yang pertama.
2- Niat jamak (mengumpulkan dua shalat sekali gus).
3- Berturut – turut.
4- Udzurnya terus menerus.

(فصل)
 شروط جمع التأخير إثنان : نية التأخير وقد بقي من وقت الأولى مايسعها ودوام العذر إلى تمام الثانية .

Syarat Jamak Ta'khir

Ada dua syarat jamak takhir, yaitu:
1- Niat ta’khir (pada waktu shalat pertama walaupun masih tersisa waktunya sekedar lamanya waktu mengerjakan shalat tersebut).
2- Udzurnya terus menerus sampai selesai waktu shalat kedua.

(فصل)
 شروط القصر سبعة : أن يكون سفره مرحلتين وأن يكون مباحا والعلم بجواز القصر ونيه القصر عند الإحرام وأن لايقتدي بمتم في جزء من صلاتة .

Syarat Shalat Qashar

Ada tujuh syarat qasar, yaitu:
1- Jauh perjalanan dengan dua marhalah atau lebih (80,640 km atau perjalanan sehari semalam).
2- Perjalanan yang di lakukan adalah safar mubah (bukan perlayaran yang didasari niat mengerja maksiat ).
3- Mengetahui hukum kebolehan qasar.
4- Niat qasar ketika takbiratul `ihram.
5- Shalat yang di qasar adalah shalat ruba`iyah (tidak kurang dari empat rak`aat).
6- Perjalanan terus menerus sampai selesai shalat tersebut.
7- Tidak mengikuti dengan orang yang itmam (shalat yang tidak di qasar) dalam sebagian shalat nya.

(فصل)
 شروط الجمعة ستة : أن تكون كلها في وقت الظهر وأن تقام في خطة البلد وأن تصلي جماعة وأن يكونوا أربعين أحرارا ذكورا بالغين مستوطنين وأن لا تسبقها ولا تقارنها جمعة في تلك البلد وأن يتقدمها خطبتان . 

Syarat Shalat Jum’at

Syarat sah shalat Jum’at ada enam, yaitu:
1. Khutbah dan shalat Jum’at dilaksanakan pada waktu Dzuhur.
2. Kegiatan Jum’at tersebut dilakukan dalam batas desa.
3. Dilaksanakan secara berjamaah.
4. Jamaah Jum’at minimal berjumlah empat puluh (40) laki-laki merdeka, baligh dan penduduk asli daerah tersebut.
5. Dilaksanakan secara tertib, yaitu dengan khutbah terlebih dahulu, disusul dengan shalat Jum’at.

(فصل)
أركان الخطبتين خمسة: حمد الله فيهما والصلاة على النبي صلى الله علية وسلم فيهما والوصية بالتقوى فيهما وقراءة آية من القرآن في أحداهما والدعاء للمؤمنين والمؤمنات في الأخيرة .
Rukun Khutbah Jum’at

Rukun khutbah Jum’at ada lima, yaitu:
1. Mengucapkan “الحمد لله” dalam dua khutbah tersebut.
2. Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW dalam dua khutbah tersebut.
3. Berwasiat ketaqwaan kepada jamaah Jum’at dalam dua khutbah Jum’at tersebut.
4. Membaca ayat al-qur’an dalam salah satu khutbah.
5. Mendo’akan seluruh umat muslim pada akhir khutbah.

(فصل)
 شروط الخطبتين عشرة : الطهارة عن الحدثين الأصغر والأكبر والطهارة عن النجاسة في الثوب والبدن والمكان وستر العورة والقيام على القادر والجلوس بينهما فوق طمأنينة الصلاة والموالاة بينهما وبين الصلاة وأن تكون 
بالعربية وأن يسمعها أربعون وأن تكون كلها في وقت الظهر

Syarat Khutbah Jum’at

Syarat sah khutbah jum’at ada sepuluh, yaitu:
1. Bersih dari hadats kecil (seperti kencing) dan besar seperti junub.
2. Pakaian, badan dan tempat bersih dari segala najis.
3. Menutup aurat.
4. Khutbah disampaikan dengan berdiri bagi yang mampu.
5. Kedua khutbah dipisahkan dengan duduk ringan seperti tuma’ninah dalam shalat ditambah beberapa detik.
6. Kedua khutbah dilaksanakan dengan berurutan (tidak diselangi dengan kegiatan yang lain, kecuali duduk).
7. Khutbah dan sholat Jum’at dilaksanakan secara berurutan.
8. Kedua khutbah disampaikan dengan bahasa Arab.
9. Khutbah Jum’at didengarkan oleh 40 laki-laki merdeka, balig serta penduduk asli daerah tersebut.
10. Khutbah Jum’at dilaksanakan dalam waktu Dzuhur.

 (فصل)
الذي يلزم للميت أربع خصال : غسلة وتكفينة والصلاة علية ودفنه .
Cara Mengurus Jenazah (Mayat)

pertama: Kewajiban muslim terhadap saudaranya yang meninggal dunia ada empat perkara, yaitu:
1. Memandikan.
2. Mengkafani.
3. Menshalatkan (sholat jenazah).
4. Memakamkan .

(فصل)
أقل الغسل : تعميم بدنه بالماء. وأكمله أن يغسل سوأتيه وأن يزيل القذر من أنفه وأن يوضئه وأن يدلك بدنه بالسدر وأن يصب الماء عليه ثلاثا.

Cara Memandikan Jenazah

Cara memandikan seorang muslim yang meninggal dunia:
Minimal (paling sedikit): membasahi seluruh badannya dengan air dan bisa disempurnakan dengan membasuh qubul dan duburnya, membersihkan hidungnya dari kotoran, mewudhukannya, memandikannya sambil diurut/digosok dengan air daun sidr dan menyiramnya tiga (3) kali.

(فصل)
 أقل الكفن : ثوب يعمه.، وأكمله للرجال ثلاث لفائف ، وللمرأة قميص وخمار وإزار ولفافتان .

Cara Mengkafani Jenazah

Cara mengkafan:
Minimal: dengan sehelai kain yang menutupi seluruh badan. Adapun cara yang sempurna bagi laki-laki: menutup seluruh badannya dengan tiga helai kain, sedangkan untuk wanita yaitu dengan baju, khimar (penutup kepala), sarung dan 2 helai kain.

(فصل)
 أركان صلاة الجنازة سبعة :الأول النية ،الثاني أربع تكبيرات ، الثالث القيام على القادر ، الرابع قراءة الفاتحة ،الخامس الصلاة على النبي صلى الله علية وسلم بعد الثانية،السادس الدعاء للميت بعد الثالثة ،السابع السلام 

Rukun Shalat Jenazah

Rukun shalat Jenazah ada tujuh (7), yaitu:
1. Niat.
2. Empat kali takbir.
3. Berdiri bagi orang yang mampu.
4. Membaca Surat Al-Fatihah.
5. Membaca shalawat atas Nabi SAW sesudah takbir yang kedua.
6. Do’a untuk si mayat sesudah takbir yang ketiga.
7. Salam.

(فصل)
أقل الدفن : حفرة تكتم رائحته وتحرسه من السباع .وأكمله قامة وبسطة، ويوضع خده على التراب ويجب توجيهه إلى القبلة .

Cara Mengubur Jenazah (Mayat)

Sekurang-kurang menanam (mengubur) mayat adalah dalam lubang yang menutup bau mayat dan menjaganya dari binatang buas. Yang lebih sempurna adalah setinggi orang dan luasnya, serta diletakkan pipinya di atas tanah. Dan wajib menghadapkannya ke arah qiblat.

(فصل)
 ينبش الميت لأربع خصال : للغسل إذا لم يتغير ولتوجيهه إلى القبلة وللمال إذا دفن معه ، والمرأة إذا دفن جنينها وأمكنت حياته .

Membongkar Kuburan

Mayat boleh digali kembali, karena ada salah satu dari empat perkara, yaitu:
1. Untuk dimandikan apabila belum berubah bentuk.
2. Untuk menghadapkannya ke arah qiblat.
3. Untuk mengambil harta yang tertanam bersama mayat.
4. Wanita yang janinnya tertanam bersamanya dan ada kemungkinan janin tersebut masih hidup.

(فصل)
 الإستعانات أربع خصال : مباحة وخلاف الأولى ومكروهه وواجبة فالمباحة هي تقريب الماء ، وخلاف الأولى هي صب الماء على نحو المتوضئ ،والمكروهه هي لمن يغسل أعضاءه ، والواجبة هي للمريض عند العجز. 

Hukum Minta Bantuan dalam Bersuci

Hukum isti’anah (minta bantuan orang lain dalam bersuci) ada empat (4) perkara, yaitu:
1. Boleh.
2. Khilaf Aula (sebaiknya dihindari).
3. Makruh
4. Wajib.

Boleh (mubah) meminta untuk mendekatkan air.
Khilaf aula meminta menuangkan air atas orang yang berwudlu.
Makruh meminta menuangkan air bagi orang yang membasuh anggota-anggota (wudhu) nya.
Wajib meminta menuangkan air bagi orang yang sakit ketika ia lemah (tidak mampu untuk melakukannya sendiri).

(فصل)
 الأموال التي تلزم فيها الزكاة ستة أنواع: النعم والنقدان والمعشرات وأموال التجارة ، وواجبها ربع عشر قيمة عروض التجارة والركاز والمعدن.

Zakat

Harta yang wajib di keluarkan zakatnya ada enam macam, yaitu:
1. Binatang ternak.
2. Emas dan perak.
3. Biji-bijian (yang menjadi makanan pokok).
4. Harta perniagaan. Zakatnya yang wajib di keluarkan adalah 4/10 dari harta tersebut.
5. Harta yang terkubur.
6. Hasil tambang.

*sampai di sini tulisan Syaikh Salim Sumair Al-Hadromi. Adapun Kitab Puasa disempurnakan oleh pensyarah matan Syaikh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi Rahimahumallah.


(فصل)
 يجب صوم رمضان بأحد أمور خمسة : (أحدها ) بكمال شعبان ثلاثين يوما (وثانيها) برؤية الهلال في حق من رآه وان كان فاسقا (وثالثا) بثبوته في حق من لم يره بعدل شهادة (ورابعا) بإخبار عدل رواية موثوق به سواء وقع في القلب صدق أم لا أوغيره موثوق به إن وقع في القلب صدقه (وخامسها) بظن دخول رمضان بالإجتهاد فيمن اشتبه عليه ذلك .

Perkara yang Mewajibkan Puasa

Puasa Ramadhan diwajibkan dengan salah satu ketentuan-ketentuan berikut ini:
1. Dengan mencukupkan bulan sya’ban 30 hari.
2. Dengan melihat bulan, bagi yang melihatnya sendiri.
3. Dengan melihat bulan yang disaksikan oleh seorang yang adil di muka hakim.
4. Dengan Kabar dari seseorang yang adil riwayatnya juga dipercaya kebenarannya, baik yang mendengar kabar tersebut membenarkan ataupun tidak, atau tidak dipercaya akan tetapi orang yang mendengar membenarkannya.
5. Dengan beijtihad masuknya bulan Ramadhan bagi orang yang meragukan dengan hal tersebut.

(فصل)
 شروط صحته أربعة أشياء : إسلام وعقل ونقاء من نحو حيض وعلم بكون الوقت قبلا للصوم .

Syarat Sahnya Puasa

Syarat sah puasa ramadhan ada empat (4) perkara, yaitu:
1. Islam.
2. Berakal.
3. Suci dari seumpama darah haidh.
4. Dalam waktu yang diperbolehkan untuk berpuasa.

(فصل)
 شروط وجوبه خمسة اشياء : اسلام وتكليف وإطاقة وصحه وإقامة .

Syarat wajib Puasa

Syarat wajib puasa ramadhan ada lima perkara, yaitu:
1. Islam.
2. Taklif (dibebankan untuk berpuasa).
3. Kuat berpuasa.
4. Sehat.
5. Iqamah (tidak bepergian).

(فصل)
أركانه ثلاثة أشياء: نية ليلا لكل يوم في الفرض وترك مفطر ذاكرا مختارا غير جاهل معذور وصائم .

Rukun Puasa

Rukun puasa ramadhan ada tiga perkara, yaitu:
1. Niat pada malamnya, yaitu setiap malam selama bulan Ramadhan.
2. Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa ketika masih dalam keadaan ingat, bisa memilih (tidak ada paksaan) dan tidak bodoh yang ma’zur (dima’afkan).
3. Orang yang berpuasa.

(فصل)
 يجب مع القضاء للصوم الكفارة العظمى والتعزير على من أفسد صومه في رمضان يوما كاملا بجماع تام آثم به للصوم

Sesuatu yang Mewajibkan Kafarah

Diwajibkan: mengqhadha puasa, kafarat besar dan teguran terhadap orang yang membatalkan puasanya di bulan Ramadhan satu hari penuh dengan sebab menjima’ lagi berdosa sebabnya.

ويجب مع القضاء الإمساك للصوم في ستة مواضع:الأول في رمضان لافي غيره على متعد بفطره، والثاني على تارك النية ليلا في الفرض، والثالث على من تسحر ظانا بقاء الليل فبان خلافة أيضا ، والرابع على من افطر ظانا الغروب فبان خلافه ايضا ، والخامس على من بان له يوم ثلاثين من شعبان أنه من رمضان ، والسادس على من سبقه ماء المبالغة من مضمضة واستنشاق

Wajib Imsak dan Qadha Puasa

Dan wajib serta qhadha: menahan makan dan minum (imsak) ketika batal puasanya pada enam tempat:
1. Dalam bulan Ramadhan bukan selainnya, terhadap orang yang sengaja membatalkannya.
2. Terhadap orang yang meninggalkan niat pada malam hari untuk puasa yang Fardhu.
3. Terhadap orang yang bersahur karena menyangka masih malam, kemudian diketahui bahwa Fajar telah terbit.
4. Terhadap orang yang berbuka karena menduga Matahari sudah tenggelam, kemudian diketahui bahwa Matahari belum tenggelam.
5. Terhadap orang yang meyakini bahwa hari tersebut akhir Sya’ban tanggal tigapuluh, kemudian diketahui bahwa awal Ramadhan telah tiba.
6. Terhadap orang yang terlanjur meminum air dari kumur-kumur atau dari air yang dimasukkan ke hidung.

 (فصل)
 يبطل الصوم : بردة وحيض ونفاس أو ولادة وجنون ولو لحظة وبإغماء وسكر تعدى به إن عمَّا جميع النهار

Pembatal Puasa

Batal puasa seseorang dengan beberapa macam, yaitu:
- Sebab-sebab murtad.
- Haidh.
- Nifas.
- Melahirkan.
- Gila sekalipun sebentar.
- Pingsan dan mabuk yang sengaja jika terjadi yang tersebut di siang hari pada umumnya.

(فصل)
 الإفطار في رمضان أربعة انواع: واجب كما في الحائض والنفساء، وجائز كما في المسافر والمريض ولاولاكما في المجنون، ومحرم كمن أخر قضاء رمضان تمكنه حتى ضاق الوقت عنه .

Macam-macam Iftar (Membatalkan Puasa)

Membatalkan puasa di siang Ramadhan terbagi empat macam, yaitu:
1. Diwajibkan, sebagaimana terhadap wanita yang haid atau nifas.
2. Diharuskan, sebagaimana orang yang berlayar dan orang yang sakit.
3. Tidak diwajibkan, tidak diharuskan, sebagaimana orang yang gila.
4. Diharamkan (ditegah), sebagaimana orang yang menunda qhadha Ramadhan, padahal mungkin dikerjakan sampai waktu qhadha tersebut tidak mencukupi.

وأقسام الإفطار أربعة : أيضا ما يلزم فية القضاء والفدية وهو اثنان:الأول الإفطار لخوف على غيرة ، والثاني الإفطار مع تأخير قضاء مع إمكانه حتى يأتي رمضان آخر ، وثانيها مايلزم فية القضاء دون الفدية وهو يكثر كمغمى علية ، وثالثهما ما يلزم فيه الفدية دون القضاء وهوشيخ كبير ، ورابعها لا ولا وهو المجنون الذي لم يتعد بجنونه .

Kemudian terbagi orang-orang yang telah batal puasanya kepada empat bagian, yaitu:
1. Orang yang diwajibkan qhadha dan fidyah, seperti perempuan yang membatalkan puasanya karena takut terhadap orang lain saperti bayinya. Dan seperti orang yang menunda qhadha puasanya sampai tiba Ramadhan berikutnya.
2. Orang yang diwajibkan mengqhadha tanpa membayar fidyah, seperti orang yang pingsan.
3. Orang yang diwajibkan terhadapnya fidyah tanpa mengqhadha, seperti orang yang sangat tua yang tidak kuasa.
4. Orang yang tidak diwajibkan mengqhadha dan membayar fidyah, seperti orang gila yang tidak disengaja.

(فصل)
 الذي لا يفطِر مما يصل إلى الجوف سبعة أفراد : مايصل إلى الجوف بنسيان أو جهل أو إكراة وبجريان ريق بما بين أسنانه وقد عجز عن مجه لعذره وما وصل إلى الجوف وكان غبار طريق ، وما وصل إلية وكان غربلة دقيق ، أوذبابا طائرا أو نحوه .

Perkara yang tidak membatalkan Puasa Sampai ke Rongga

Perkara-perkara yang tidak membatalkan puasa sesudah sampai ke rongga mulut ada tujuh macam, yaitu:
1. Ketika kemasukan sesuatu seperti makanan ke rongga mulut dengan lupa
2. Atau tidak tahu hukumnya .
3. Atau dipaksa orang lain.
4. Ketika kemasukan sesuatu ke dalam rongga mulut, sebab air liur yang mengalir diantara gigi-giginya, sedangkan ia tidak mungkin mengeluarkannya.
5. Ketika kemasukan debu jalanan ke dalam rongga mulut.
6. Ketika kemasukan sesuatu dari ayakan tepung ke dalam rongga mulut.
7. Ketika kemasukan lalat yang sedang terbang ke dalam rongga mulut.

والله اعلم بالصواب نسأل الله الكريم بجاه نبيه الوسيم، أن يخرجني من الدنيا مسلما، ووالدي وأحبائي ومن إلي انتمي، وان يغفر لي ولهم مقحمات ولمما ، وصلى الله على سيدنا محمد بن عبد الله بن عبد المطلب بن هاشم بن عبد مناف رسول الله إلى كافة الخلق رسول الملاحم ،حبيب الله الفاتح الخاتم ،وآله وصحبه أجمعين والحمد لله رب العالمين .

Penutup (Khotimah)

Kemudian kami akhiri dengan meminta kepada Allah Yang  Maha Mulia, dengan jah ( kedudukan) beginda kita Nabi Muhammad Shollallahu 'Alaihi wa Sallam yang wasim ( rupawan) , supaya mengakhiri hidupku dengan memeluk agama Islam, juga orang tuaku, orang yang aku sayangi dan semua keturunanku. Dan mudah-mudahan ia mengampuniku serta mereka segala kesalahan dan dosa.
Semoga rahmat Tuhan selalu tercurah keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad bin 'Abdullah bin 'Abdul Mutholib bin Abdi Manaf bin Hasyim yang menjadi utusan Alloh kepada sekalian makhluk Rosulul malahim, kekasih Alloh yang membuka pintu rahmat, menutup pintu kenabian, serta keluarga dan sahabat sekalian. Walhamdu lillaahi Robbil ’Aalamin...

تم بعون الله تعالى متن سفينة النجا

Temanggung, 17 Ramadhan 1444H / 8 April 2023

Thursday, 6 April 2023

Terjemah Safinatus Sholat karya Sayyid Abdulloh bin Umar Al-Hadhromi




بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين, والصلاة والسلام على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين

أول ما يجب على كل مسلم اعتقاد معنى الشهادتين وتصميم قلبه عليه

ومعنى أشهد أن لا إله إلا الله : أعلم وأعتقد بقلبي وأبين لغيري أن لا معبود بحق في الوجود إلا الله ، وأنه غني عما سواه: مفتقر إليه كل ما عداه ؛ متصف بكل كمال : منزه عن كل نقص وما خطر بالبال لم يتخذ صاحبة ولا ولدا ؛ ولا يماثل في ذاته وصفاته وأفعاله أحدا

ومعنى أشهد أن محمد رسول الله: أعلم وأعتقد بقلبي وأبين لغيري أن سيدنا محمد بن عبدالله ، عبد الله ورسوله إلى كافه الخلق صادق فيما أخبر به يجب على كافة الخلق تصديقه ومتابعته, ويحرم عليهم تكذيبه ومخالفته فمن كذبه فهو ظالم كافر, ومن خالفه فهو عاص خاسر

وفقنا الله لكمال متابعته ورزقنا كمال التمسك بسنته, وجعلنا ممن يحيي أحكام شريعته وتوفانا على ملته, وحشرنا في زمرته, ووالدينا وأولادنا وإخواننا وأحبابنا وجميع المسلمين آمين


Dengan menyebut nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji hanya kepada Alloh Tuhan semesta alam. Dan shalawat serta salamNya semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad Shollallohu ‘alaihi, juga terhadap keluarga, sahabat sekalian.
Hal pertama yang wajib dikerjakan oleh seorang muslim adalah meyakini makna dari 2 kalimat syahadat dan menetapkan hati padanya.

Makna dari kalimat “Asyhadu An Laa Ilaaha Illalloh” adalah; Aku meyakini dan mengi’tiqodkan dalam hati dan aku juga mengutarakannya pada orang lain bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Alloh, sesungguhnya Dialah dzat yang tidak membutuhkan siapa siapa, sebaliknya semua hal selain dirinya butuh pada-Nya. Dialah dzat yang memiliki semua sifat kesempurnaan, disucikan dari semua kekurangan dan semua yang terbersit dalam hati. Dia tidak memiliki teman dan juga anak, dan tak ada satupun yang menyerupai dzat, sifat – sifat dan perbuatan – perbuatanNya”.

Sedangkan makna dari kalimat “Asyhadu Anna Muhammadan Rosululloh” adalah; “Aku meyakini dan mengi’tiqodkan dalam hati dan aku juga mengutarakannya pada orang lain bahwa junjungan kita, Muhammad bin Abulloh adalah hamba Alloh dan sekaligus utusanNya bagi semua makhluk. Beliau jujur mengenai apa saja yang ia sampaikan, diwajibkan bagi semua makhluk untuk mempercayai dan mengikutinya, dan diharamkan bagi mereka mendustakannya dan menyalahi (aturan)nya. Maka barang siapa mendustakannya ia termasuk orang yang dholim dan kafir, dan barang siapa menyalahi aturannya maka termauk orang yang melakukan kedurhakaan (maksiat) yang akan merugi”.

Semoga Alloh memberikan kemudahan bagi kita untuk mengikuti beliau, menjadikan kita berpegang teguh pada sunah beliau, menjadikan kita sebagian dari orang – orang yang menghidupkan hokum – hokum syari’atnya, mati dengan menetapi agamanya dan kelak menggiring kita, kedua orang tua kita, anak – anak kita, saudara – saudara kita, orang – orang yang kita cintai dan semua orang islam dalam kelompoknya.

ثم يجب عليه أن يتعلم شروط الصلاة وأركانها ومبطلاتها

فشروطها اثنا عشر  

الأول : طهارة الثوب والبدن والمكان من النجاسات وهي



الخمر

والبول

والغائط

والروث

والدم

والقيح

والقيء

والكلب

والخنزير

وفرع أحدهما

والميتة وشعرها وظلفها وجلدها إلا ميتة الآدمي والسمك والجراد والمذكاة المباح أكلها

فمتى لاقت هذه النجاسات ثوب الانسان أو بدنه أو مصلاه أو غيرها من الجامدات مع رطوبة فيها أو في ملاقيها فإن كان لها طعم أو لون أو ريح وجب غسلها حتى يزول

ثم يزيد في نجاسة الكلب والخنزير ست غسلات واحدة منها مزوجه بتراب طهور وإن لم يكن لها طعم و لون و ريح وإن كانت من الكلب والخنزير غسلها سبع غسلات واحدة منها ممزوجة بتراب طهور, وإن كانت من غيرها غسلها مرة

ويجب صب الماء على المتنجس إذا كان الماء دون القلتين فإن أدخل المتنجس فيه لم يطهر وتنجس الماء وملاقيه

ويجب عليه الإستبراء من البول حتى يغلب على ظنه أنه لا يعود ولا يخرج ثم يستنجي ويرخى دبره حتى يغسل ما في طبقاته من النجاسة ويدلكه حتى يغلب على ظنه زوال طعم النجاسة ولونها وريحها

ومتى لاقت النجاسات المذكورة الماء فإن كان قلتين لم ينجس ، إلا إن غيرت طعمه أو لونه أو ريحه ويطهر بزوال التغير, وإن كان أقل منهما ينجس بالملاقاة وإن لم يتغير ويطهر ببلوغه قلتين

ومتى لاقت النجاسات المذكورة مائعا غير الماء تنجس بملاقاتها قليلا أو كثيرا تغير أو لم يتغير ولا يطهر قط


Kemudian diwajibkan bagi seorang muslim untuk mempelajari syarat – syarat, rukun – rukun dan perkara – perkara yang membatalkan sholat.

Adapun syarat – syaratnya sholat itu ada 12 :

Pertama; sucinya pakaian, badan dan tempat dari beberapa najis, yaitu :
  1. Arak
  2. Kencing
  3. Tinja
  4. Kotoran binatang
  5. Darah
  6. Nanah
  7. Anjing
  8. Babi
  9. Anak salah satu dari anjing dan babi
  10. Bangkai, termasuk rambut/bulu, kuku dan kulitnya, kecuali jenazah anak adam, bangkai ikan, belalang dan hewan yang mati karena disembelih yang halal dimakan.

Ketika najis – najis ini menempel pada pakaian, tubuh dan tempat sholat sholat seseorang atau menempel pada benda – benda padat lainnya dengan syarat najis tersebut menempel dalam keadaan basah atau benda yang terkena najis tersebut dalam keadaan basah, maka apabila najis yang menempel tersebut meiliki rasa, warna atau bau, wajib membasuhnya sampai hilang.

Lalu ditambahkan dalam pencucian najisnya anjing dan babi basuhannya dilakukan sebanyak 6 kali yang salah satunya dicampur dengan debu yang suci dan menyucikan, meskipun najisnya tidak memiliki rasa, warna.

Jadi, apabila najisnya dari anjing dan babi pembasuhannya dilakukan sebanyak 7 kali basuhan dimana salah satunya dicampur dengan debu yang suci dan menyucikan, sedangkan apabila najisnya dari selain anjing dan babi, pembasuhannya hanya dilakukan satu kali.

Dan wajib menyiramkan air pada benda yang terkena najis jika airnya kurang dari 2 kulah, karena itu apabila benda yang terkena najis dimasukkan kedalam air tersebut maka benda tersebut tidak bisa suci, sebaliknya malah air dan benda – benda yang terkena benda yang najis tersebut menjadi najis.

Dan diwajibkan baginya untuk menuntaskan kencing sehingga ia meiliki persangkaan kuat bahwa air kencingnya tidak kembali keluar, (jika sudah tuntas) lalu istinja’ (cebok) dengan cara mengendurkan duburnya sehingga ia bisa membasuh najis pada lipatan –lipatan dubur dan menggosoknya hingga ia memiliki persangkaan kuat bahwa rasa, warna dan bau najisnya telah hilang.

Sedangkan apabila najis - najis tersebut mengenai air, maka;
  • Apabila airnya 2 kulah, tidak menyebabkan air menjadi najis, kecuali jika rasa, warna atau baunya berubah, dan air tersebut dihukumi suci kembali apabila perubahan tersebut telah hilang.
  • Dan apabila airnya kurang dari 2 kulah, maka air tersebut dihukumi najis meskipun tidak berubah, dan air tersebut menjadi suci kembali apabila menjadi 2 kulah (dengan ditambahkan air hingga mencapai 2 kulah – pen)
  • Dan apabila najis – najis tersebut mengenai benda cair selain air, maka benda cair tersebut dihukumi najis, baik benda cair tersebut sedikit artau banyak, berubah atau tidak, dan benda cair tersebut tidak dapat lagi menjadi suci.

الثاني : طهارة بالوضوء والغسل

وأما الوضوء ففروضه ستة

الأول: نية الطهارة للصلاة أو رفع الحدث أو نحوهما بالقلب مع أول غسل الوجه
.
الثاني: غسل الوجه من مبدأ تسطيح الجبهة إلى منتهى الذقن ومن الأذن إلى الأذن إلا باطن لحية الرجل وعارضيه الكثيفين

الثالث: غسل اليد مع المرفقين

الرابع: مسح أقل شئ من بشرة الرأس أو من شعره إذا لم يخرج الممسوح منه بالمد عن حد الرأس

الخامس: غسل الرجلين مع الكعبين

السادس: ترتيبه كما ذكرناه

ويجب في الوجه واليدين والرجلين غسل جزء فوق حدودها من جميع جوانبها وأن يجري الماء بطبعه على جميع أجزائها

ويبطل الوضوء

  كل ما خرج من القبل والدبر عينا وريحا

ولمسهما ببطون الراحة أو بطون الأصابع من نفسه أو غيرة ولولولده الصغير

وتلاقي بشرتي ذكر وأنثى بلغا حد شهوة ليس بينهما محرمية بنسب أو رضاع أو مصاهرة بلا حائل

وزوال العقل إلا من نام قاعدا ممكنا حلقة دبره وما حوله

وأما الغسل فيجب على الرجل والمرأة 

إذا خرج لأحدهما منيُ في يقظة أو نوم ولو قطرة 

وإذا أولجت الحشفة في دبر أو قبل وإن لم يخرج منيُ ولا وقع انتشار 

ويجب على المرأة إذا انقطع حيضها أو نفاسها 

أو ولدت ولو علقة

وفروض الغسل اثنان

الأول: نية الطهارة أو رفع الحدث الأكبر أو نحوهما بالقلب مع أول جزء يغسله من بدنه فما غسله قبلها لا يصح فيجب إعادة غسله بعدها

الثاني: تعميم بدنه فما غسله قبلها لا يصح فيجب غسل باطن كثيف الشعر ويجب غسل ما يراه الناظر من الأذن وما يظهر حال التغوط من الدبر وطبقاته وما يظهر من فرج المرأة إذا جلست على قدميها وباطن قلفة من لم يختن وما تحتها فيجب أن يجري الماء بطبعه على كل ذلك



Kedua; bersuci (dari hadats) dengan wudhu dan mandi

Adapun wudhu, maka fardhu – fardhunya ada enam :
  1. Niat bersuci untuk sholat atau niat menghilangkan hadats atau yang serupa dengan kedua niat tersebut, niatnya dilakukan dalam hati bersamaan dengan membasuh bagian pertama dari wajah.
  2. Membasuh muka dari bagian permulaan bentangan kening (tempat tumbuhnya rambut) sampai ujung dagu dan dari kuping ke kuping, kecuali bagian dalam jenggot seorang lelaki yang lebat dan bulu yang tumbuh pada kedua pipinya yang lebat.
  3. Membasuh tangan beserta kedua siku.
  4. Mengusap sedikit bagian dari kulit kepala atau rambut dikepala dengan syarat rambut yang diusap tersebut tidak keluar dari batas kepala.
  5. Membasuh kedua kaki beserta kedua mata kaki.
  6. Semua hal diatas dilakukan secara berurutan sesuai penjelasan yang telah dituturkan.

Dan ketika membasuh muka, kedua tangan dan kedua kaki diwajibkan membasuh pula bagian diluar batas – batasnya dari semua sisinya dan mengalirkan air dengan sendirinya keseluruh bagian – bagiannya.

Sedangkan wudhu dihukumi batal sebab ;
  1. Segala sesuatu yang keluar dari qubul (alat kelamin) dan dubur, yang berupa suatu benda dan angin.
  2. Menyentuh qubul atau dengan bagian dalam telapak tangan atau bagian dalam jari – jari tangan, baik yang disentuh adalah qubul atau duburnya sendiri atau milik orang lain, dan bahkan milik anaknya yang masih kecil sekalipun.
  3. Persentuhan kulit laki – laki dan perempuan yang sudah sampai pada batasan dapat menimbulkan syahwat yang tidak memiliki hubungan mahrom karena nasab, satu persusuan atau besanan, dengan tanpa adanya penghalang.
  4. Hilangnya kesadaran, kecuali bagi orang yang tidur dalam keadaan duduk yang tetap lingkaran dubur dan sekitarnya (tidak terbuka duburnya saat tidur). 
Sedangkan mandi, diwajibkan bagi laki – laki dan wanita apabila;
  1. Salah satu dari keduanya mengeluarkan mani, dalam keadaan tidur atau terjaga, meskipun hanya setetes.
  2. Hasyafah (ujung penis yang terlihat ketika sudah dikhitan) dimasukkan kedalam dubur atau qubul (berhubungan intim), meskipun tidak sampai mengeluarkan mani dan tidak terjadi ereksi (menegangnya penis).
  3. Seorang wanita telah tuntas haidnya atau nifasnya,
  4. Seorang wanita melahirkan, meskipun hanya berupa segumpal darah. 

Fardhu – fardhu mandi itu ada dua :
  1. Niat bersuci, menghilangkan hadats atau yang kedua niat tersebut, naiatnya dilakukan didalam hati bersamaan dengan membasuh bagian pertama dari tubuhnya. Karena itu, pembasuhan yang dilakukan sebelumnya tidak sah (tidak dianggap), maka wajib mengulangi membasuhnya setelah niat.
  2. Meratakan (air ke seluruh) badannya, karena itu mandi yang dikerjakan sebelum meratakan basuhan ke semua anggota badan badan tidak dihukumi sah. Maka dari itu diwajibkan membasuh :  Bagian dalam rambut yang lebat, Bagian telinga yang bisa dilihat orang, Bagian dubur dan lipatan - lipatannya yang terlihat ketika buang air besar, Bagian dari farji (vagina) seorang wanita yang terlihat ketika ia berjongkok, Bagian dalam kulup orang yang belum dikhitan dan juga bagian bawahnya. Maka diwajibkan mengalirkan air dengan sendirinya ke semua bagian – bagian tersebut.
الثالث: دخول الوقت وهو

 زوال الشمس للظهر

وبلوغ ظل كل شئ مثله زائدا على ظل الإستواء للعصر

وغروب الشمس للمغرب

وغروب الشفق الأحمر للعشاء

وطلوع الفجر الصادق المعترض جنوبا وشمالا للفجر

فتجب الصلاة في هذة الأوقات وتقديمها عليها وتأخيرها عنها من أكبر المعاصي وأفحش السيئات

الرابع : ستر ما بين سرة الرجل وركبته وجميع بدن المرأه إلا وجهها وكفيها

ويجب عليها ستر جزء من جوانب الوجه والكفين وعلى الرجل ستر جزء من سرته وما حاذاها وجوانب ركبتيه

وعليهما الستر من الجوانب لا من أسفل

ويجب أن يكون الستر يمنع حكاية لون البشرة

وأن يكون ملبوسا أو غير ملبوس فلا تكفي ظلمة وخيمة صغيرة

الخامس : استقبال القبلة بالصدر في القيام والقعود وبالمنكبين ومعظم البدن في غيرهما إلا إذا اشتد الخوف المباح ولم يمكنه الاستقبال فيصلي كيف أمكنه ولا إعادة عليه

السادس : أن يكون المصلي مسلما

السابع : أن يكون عاقلا فالمجنون والصبي الذي لم يميز لا صلاة عليهما ولا تصح منهما


Ketiga; masuknya waktu sholat, yaitu :
  1. Tergelincirnya matahari (condongnya cahaya matahari ke arah barat setelah sebelumnya tepat berada ditengah) untuk sholat dhuhur.
  2. Bayangan semua benda telah melebihi bayangan yang sama dari benda tersebut (semisal panjang suatu benda 1 meter, bayangannya melebihi 1 meter) untuk sholat ashar.
  3. Terbenamnya matahari untuk sholat maghrib.
  4. Terbenamnya sinar merah dari matahari setelah terbenam untuk sholat isya’.
  5. Munculnya fajar shodiq, yaitu fajar yang sinarnya melintang kea rah selatan dan utara, untuk sholat fajar (sholat shubuh).
Maka diwajibkan mengerjakan sholat pada waktu – waktu ini, karena itu mengerjakan sholat sebelum masuk waktunya dan mengakhirkannya dari waktunya adalah termasuk dari beberapa dosa besar dan sekeji - kejinya perbuatan – perbuatan yang buruk.

Keempat; Menutup bagian tubuh diantara pusar seorang pria dan lututnya, dan menutup semua bagian tubuh wanita kecuali muka dan kedua telapak tangannya.

Selain itu diwajibkan bagi wanita untuk menutupi bagian dari sisi - sisi muka dan kedua telapak tangan, dan diwajibkan bagi lelaki menutupi bagian dari pusarnya dan bagian tubuh yang sejajar dengannya dan juga sisi – sisi kedua lututnya.

Begitu juga diwajibkan bagi keduanya untuk menutupi aurot dari arah sekelilingnya (depan, belakang, kanan dan kirinya) bukan dari arah bawahnya (jika terlihat dari bawah sholatnya tetap sah).

Diwajibkan pula penutupan aurot tersebut dapat mencegah terlihatnya warna kulit (warna kulitnya tidak terlihat dalam jarak ketika berhadap – hadapan dengan lawan bicara),

Dan diwajibkan pula yang dipakai sebagai penutup aurot tersebut berupa pakaian atau yang lainnya (semisal tanah liat). Maka dari itu tidak dianggap mencukupi keadaan yang gelap dan kemah yang kecil (maksudnya sholat dengan tidak menutupi aurot didalam kegelapan atau tenda yang kecil tidak sah, karena tenda kegelapan dan tenda kecil tidak dianggap sebagai penutup aurot).

Kelima; Menghadap kiblat dengan dada pada saat berdiri (bagi orang yang sholat berdiri), duduk (bagi orang yang sholatnya dengan duduk), dan dengan kedua pundak dan sebagian besar anggota badan pada selain keduanya 9selain sholat dalam keadaan berdiri atau duduk). Kecuali apabila seseorang dalam keadaan takut yang diperbolehkan menurut agama (seperti dalam peperangan, lari karena menghindari banjir, kebakaran atau binatang buas) dan tidak memungkinkan baginya untuk menghadap kiblat, maka dalam keadaan seperti ini seseorang bisa mengerjakan sholat sebisanya (menghadap kea rah manapun) dan tidak diwajibkan bahinya untuk mengulangi lagi sholatnya.

Keenam; orang yang akan mengerjakan sholat adalah orang yang beragama islam.

Ketujuh; orang tersebut sempurna akalnya, karena itu orang gila dan anak kecil yang belum tamyiz tidak diwajibkan mengerjakan sholat dan sholat yang dikerjakan oleh keduanya tidak sah. 


الثامن : أن تكون المرأة نقية من الحيض والنفاس ، فالحائض والنفساء لا تصح صلاتهما ولا قضاء عليهما

فإن دخل الوقت وهي طاهره فطرأ عليها الحيض والنفاس بعد أن مضى ما يسع واجبات تلك الصلاة وجب عليها قضاؤها

وإذا انقطع الحيض والنفاس ولم يعد فإن كان في وقت الصبح أو الظهر أو المغرب ولو بقي منه قدر ما يسع الله أكبر وجب قضاء ذلك الفرض

وإن كان في وقت العصر أو العشاء ولو بقي منه قدر ما يسع الله أكبر وجب قضاء ذلك الفرض والذي قبله وهو الظهر أو المغرب

التاسع : أن يعتقد أن الصلاة المفروضة التي يصليها فرض فمن اعتقدها سنه أو خلا قلبه عن العقيدتين أو التشكك في الفرضية لم تصح صلاته

العاشر : أن لا يعتقد ركنا من أركانها سنه ، فمن اعتقدها فروضا أوخلا قلبه عن العقيدتين أو تشكك في الفرضية أو اعتقد سنه من سنن الصلاة فرضا صحت صلاته

الحادي عشر : اجتناب مبطلات الصلاة الآتيه في جميع صلاته

الثاني عشر : معرفه كيفيتها بأن يعرف أعمالها وترتيبها كما يأتي


Kedelapan; Seorang wanita harus telah suci cari  haidh dan nifas, jadi sholat yang dikerjakan oleh wanita yang masih dalam keadaan haidh dan nifas itu tidak sah dan keduanya tidak diwajibkan meng-qodho’ (tidak diwajibkan mengerjakan sholat yang ditinggalkan selama haidh dan nifas).

Sedangkan ketika waktu sholat sudah tiba dan seorang wanita dalam keadaan suci kemudian wanita tersebut mengeluarkan darah haidh atau nifas setelah terlewatnya waktu yang mencukupi untuk mengerjakan kewajiban – kewajiban sholat tersebut (menutup aurot, bersuci dan mengerjakan sholat), maka diwajibkan bagi wanita tersebut untuk mengqodho’ sholat yang ditinggalkan tersebut (Sholat yang wajib diqodho’ hanya sholat yang ditinggalkan saat waktu sholat telah tiba dan tidak segera mengerjakan sholat).
.
Apabila haidh dan nifas telah berhenti dan tidak keluar kembali, maka :
  1. Jika berhenti keluarnya darah tersebut pada waktu shubuh, dhuhur, atau maghrib dan masih tersisa waktu yang cukup untuk membaca “Allohu akbar” (takbirotul ihrom), (dan ia tidak bergegas sholat hingga waktunya keluar) maka wajib mengqodho’ sholat fardhu pada waktu itu (tergantung dari waktu berhentinya darah).
  2. Jika berhenti keluarnya pada waktu ashar atau isya’ dan masih tersisa waktu yang cukup untuk membaca “Allohu akbar” (dan ia tidak bergegas sholat hingga waktunya keluar), maka wajib mengqodho’ sholat fardhu pada waktu tersebut dan sholat fardhu sebelumnya, yaitu sholat dhuhur dan sholat maghrib (Apabila berhenti pada waktu ashar, wajib mengqodho’ sholat dhuhur dan ashar, sedangkan apabila berhenti pada waktu isya’ wajib mengqodho’ sholat maghrib dan isya’). 
( Keterangan : Maksud dari kalimat “masih tersisa waktu yang cukup untuk membaca Allohu akbar” adalah;  setelah haidh dan nifasnya berhenti keluar, masih tersisa waktu yang cukup untuk mengerjakan syarat – syaratnya sholat, yaitu bersuci dari najis dan hadats, setelah itu kemudian takbir untuk mengerjakan sholat, meskipun sebagian besar sholatnya dilakukan diluar waktu, dan sholatnya tetap dihukumi ada’, bukan qodho’).

Kesembilan; Meyakini bahwa sholat fardhu yang ia kerjakan hukumnya wajib, karena itu apabila seseorang meyakininya sebagai sebuah kesunatan atau tak meyakini keduanya atau ia ragu – ragu tentang kewajiban sholat tersebut maka sholatnya tidak sah.

Kesepuluh; tidak meyakini salah satu dari rukun – rukun sholat sebagai sebuah kesunatan, jadi apabila seseorang meyakini salah satu rukun tersebut sebagai sebuah kesunatan atau ia tidak meyakini keduanya atau ia ragu – ragu mengenai kewajiban rukun – rukun tersebut atau ia meyakinin rukun - rukun sholat sebagai suatu kewajiban, maka sholatnya tidak sah.

Kesebelas; Menjauhi perkara – perkara yang membatalkan sholat dalam keseluruhan sholatnya, yang akan dijelaskannanti.

Kedua belas; mengetahui tata cara mengerjakan sholat, dengan artian mengetahui semua pekerjaannya dan urutan – urutan praktek sholat, sebagaimana yang nanti akan dijelaskan.


وأما أركان الصلاة تسعه عشر 


الأول :النيه بالقلب فيحضر في قلبه فعل الصلاة ويعبر عنه بفرض ويحضر فيه تعيينها ويعبر عنه بالظهر أو العصر أو المغرب أو العشاء أو الصبح فإذا حضرت هذه الثلاثة في قلبه قال الله أكبر غير غافل عنها ويزيد استحضار مأموما إن كان جماعه

الثاني : تكبيرة الإحرام وهي الله أكبر

الثالث : قراءة الفاتحة في القيام

الرابع : القيام إن قدر ولو بحبل أو معين في صلاة الفرض

الخامس : الركوع بأن ينحني من غير إرخاء ركبتيه

السادس : الطمأنينه فيه بأن تنفصل حركه رفعه وتسكن أعضاؤه كلها

السابع : الإعتدال بأن ينتصب قائما

الثامن : الطمأنينه فيه كما ذكرنا في الركوع

التاسع : السجود الأول

بأن يضع جبهته مكشوفة على مصلاة 

متحاملا عليها قليلا على غير متحرك 

رافعا عجيزته وما حولها على منكبيه ويديه ورأسه 

وبأن يضع جزء من كل من ركبتيه ومن باطن كل كف ومن باطن أصابع كل رجل

العاشر : الطمأنينه فيةكما ذكرنا في الركوع

الحادي عشر : الجلوس بين السجدتين بأن ينتصب جالسا

الثاني عشر : الطمأنينه فيه كما ذكرنا في الركوع

الثالث عشر : السجود الثاني مثل السجود الأول فيما مر فيه

الرابع عشر : الطمأنينه فيه في الركوع كما ذكرنا في الركوع

الخامس عشر : الجلوس الأخير منتصبا

السادس عشر : قراءة التشهد فيه

السابع عشر : الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم بعد التشهد في القعود وأقلها اللهم صلي على محمد

الثامن عشر : السلام بعدها في القعود وأقله السلام عليكم

التاسع عشر : الترتيب 

بأن يأتي بالنية مع التكبيرة 

ثم الفاتحة في القيام 

ثم الركوع مع طمأنينته 

ثم الإعتدال مع طمأنينته 

ثم الجلوس بعده مع طمأنينته 

ثم السجود الأول مع طمأنينته 

ثم الجلوس بعده مع طمأنينته 

ثم السجود الثاني مع طمأنينته 

فهذا ترتيب أول ركعة ثم يأتي بباقي الركعات مثلها إلا أنه لا يأتي فيها بالنية وتكبيرة الإحرام 

فإذا تمت ركعات فرضه جلس الجلوس الأخير 

ثم قرأ التشهد فية 

ثم صلى على النبي قال اللهم صلي على محمد 

ثم قال السلام عليكم

Adapun rukun – rukun sholat itu ada 19 :

Rukun ke -1 : Niat didalam hati dengan cara;
  • Niat didalam hatinya pekerjaan – pekerjaan sholat, dan diungkapkan dengan kalimat “usholli”
  • Niat didalam hatinya kewajiban sholat, dan diungkapkan dengan kata “fardhu”
  • Niat menentukan sholat yang dikerjakan, dan diungkapkan dengan kata “dhuhur, ashar, maghrib, isya’ atau shubuh” (Semisal akan mengerjakan sholat dhuhur, maka niatnya “usholli fardhos shubhi”)
Apabila hal-hal tersebut telah dilakukan , lalu mengucapkan “Allohu akbar” tanpa melupakan niat –niat tersebut.

(Maksudnya; sebelum mengerjakan sholat, niat tersebut dianjurkan untuk diucapkan agar membantu niat dalam hati. Sedangkan niat yang menjadi rukun sholat harus dikerjakan ketika takbir, jadi lisannya mengucapkan takbir sedangkan hatinya niat sholat).

Dan apabila sholatnya berjama’ah niatnya ditambah dengan “ma’muman(jika ia menjadi makmum, jika menjadi imam maka niatnya “imaman").

Rukun ke – 2 : Takbirotul ihrom, yaitu (mengucapkan) Allohu akbar

Rukun ke – 3 : Membaca Al-Fatihah ketika berdiri

Rukun ke – 4 : Berdiri dalam sholat fardhu, jika ia mampu untuk berdiri meskipun dengan bantuan tali atau orang lain yang membantu

Rukun ke – 5 : Rukuk, dengan cara membungkukkan badan tan;pa mengendurkan kedua lututnya (kedua lutut harus tegak)
Rukun ke – 6 : Thuma’ninah (tenang) ketika ruku’, yaitu dengan cara memisahkan gerakan turunnya (untuk melakukan ruku’) dan berdirinya kembali (i’tidal) dan semua anggota tubuhnya tenang (sebelum berdiri kembali untuk I’tidal).

Rukun ke – 7 : I’tidal, dengan menegakkan badannya dan kembali berdiri.

Rukun ke – 8 : Thuma’ninah ketika I’tidal, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam rukuk.

Rukun ke – 9 : sujud pertama, dengan cara :
  • Meletakkan keningnya yang terbuka pada tempat sholatnya sedikit menekankan keningnya dengan tanpa digerakkan (dengan perkiraan seumpama keningnya menempel pada tempat sujud yang berupa kapas, maka akan nampak bekasnya),
  • Mengangkat bagian pantat dan sekelingnya, lebih tinggi dari pada kedua pundaknya, kedua kakinya dan kepalanya,
  • Meletakkan bagian dari kedua lutut, bagian dalam kedua telapak tangan dan bagian dalam jari – jari kakinya.  
Rukun ke – 10 : Thuma’ninah ketika sujud, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam rukuk.

Rukun ke – 11 : Duduk diantara 2 sujud, dengan cara menegakkan badannya dalam keadaan duduk.

Rukun ke - 12 : Thuma’ninah ketika duduk diantara 2 sujud, sebagaimana yang telah dijelaskan pada rukuk.

Rukun ke – 13 : Sujud kedua dengan cara seperti sujud pertama, sebagaimana dijelaskan pada keterangan yang telah lalu.

Rukun ke -14 : Thuma’ninah ketika mengerjakan sujud yang kedua, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam rukuk.

Rukun ke – 15 : Duduk terakhir dengan menegakkan badannya.

Rukun ke – 16 : Membaca tasyahud (tahiyat) saat duduk terakhir.

Rukun ke – 17 : membaca sholawat kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam ketika duduk setelah selesai membaca tasyahud. Bacaannya minimal “Allohumma sholli ‘ala Muhammad” (Ya Alloh, semoga Engkau senantiasa memberikan rahmat kepada Nabi Muhammad).

Rukun ke – 18 : Salam setelah membaca sholawat, yang dikerjakaan ketika duduk terakhir. Minimal dengal mengucapkan; “Assalamu ‘alaikum” (Semoga keelamatan diberikan kepa kalian).

Rukun ke – 19 : Berurutan, dengan cara;
  • Pertama mengerjakan niat bersamaan dengan takbirotul ihrom,
  • Kemudian membaca fatihah, yang kesemuanya dikerjakaan saat berdiri,
  • Kemudian rukuk dengan thuma’ninah,
  • Kemudian i’tidal dengan thuma’ninah,
  • Kemudian sujud yang pertama dengan thuma’ninah,
  • Kemudian duduk dengan thuma’ninah sesudah sujud,
  • Kemudian sujud yang kedua dengan thuma’ninah.
Ini adalah urutan roka’at pertama, kemudian mengerjakan roka’at – roka’at sisanya sebagaimana yang dikerjakan dalam roka’aat pertama, hanya saja tidak lagi niat dan takbirotul ihrom.
  • Dan apabila semua roka’at sholat fardhunya telah dikerjakan dengan sempurna, lalu duduk untuk mengerjakan duduk terakhir,
  • Kemudian membaca tasyahhud,
  • Kemudian membaca sholawat kepada nabi dengan mengucapkan; “Allohumma sholli ‘ala Muhammad”,
  • Kemudian mengucapkan “Assalamu ‘alaikum”.

وأركان الصلاة ثلاثة أقسام

الأول : قلبي

 وهو النيه فقط

وشرطها

أن تكون مع تكبيرة الإحرام

وأن تكون في القيام

الثاني : القوليه

وهي خمسة

تكبيرة الإحرام أول الصلاة

وقراءة الفاتحة في كل ركعة

وقراءة التشهد

والصلاة على النبي

وسلام آخر الصلاة

ثلاثتها في العقدة الأخيرة

وشرط هذه الخمسة

أن يسمع نفسه إذا لم يكن أصم ولامانع ريح ولغط ونحوهما وإلا رفع بحيث لو زال الصمم والمانع لسمع

وأن لاينقص شيئا من تشديداتها وحروفها

وأن يخرجها من مخارجها

وأن لا يغير شيئا من حركاتها تغييرا يبطل معناها

وأن لايزيد فيها حرفا يبطل به معناها

وأن يوالي بين كلماتها

وأن يرتبها على نظمها المعروف

الثالث : الفعلية

 وهي ثلاث عشر

القيام

والركوع

وطمأنينته

والإعتدال

وطمأنينته

والسجود الأول

وطمأنينته

والجلوس بعده

وطمأنينته

والسجود الثانى

وطمأنينته

وواحد بعد آخر ركعة وهو

الجلوس الأخير

وواحد ينشأ من فعل هذه الأركان في موضعها وهو

الترتيب

وشرط الأركان الفعلية

صحة ما قبلها من الأركان

وأن لا يقصد به غيرها


Rukun –rukun sholat itu terbagi menjadi 3 bagian :

Pertama; rukun yang bersifat hati (qolbiy).

Rukun qolby itu hanya niat saja.

Syaratnya niat adalah :
  • Dikerjakan bersamaan dengan takbirotul ihrom.
  • Dikerjakan pada saat berdiri (bagi orang yang mampu sholat dengan berdiri).

Kedua; Rukun yang bersifat ucapan (qouliyah).

Rukun qouliyah itu ada 5 :
  1. Takbirotul Ihrom saat memulai sholat
  2. Membaca surat Al-Fatihah pada setiap roka’at sholat
  3. Membaca tasyahud
  4. Membaca sholawat kepada Nabi
  5. Salam diakhir sholat.

Tiga rukun yang disebutkan diakhir dikerjakan pada saat duduk yang terakhir

Syarat dari kelima rukun ini adalah :
  1. Suara bacaan tersebut bisa didengar sendiri oleh orang yang mengucapkannya, jika memang orang yang mengucapkannya tidak tuli (bisa didengar bagi orang normal), dan tidak terhalang oleh angin, suara kegaduhan dan semisalnya. Jadi apabila bacaan tersebut tak bisa didengar karena hal – hal tersebut, maka diperkirakan seumpama orang tersebut tidak tuli dan tidak ada penghalang, bacaannya akan bisa didengar.
  2. Tak ada yang kurang dari tasydid – tasydid dan huruf – hurufnya.
  3. Dibaca sesuai dengan makhroj – makhrojnya
  4. Tidak merubah harokat – harokatnya dengan perubahan yang bisa merusak artinya
  5. Tidak menambahkan huruf yang akan merubah artinya.
  6. Kalimat – kalimatnya dibaca secara terus menerus (tidak dipisah kecuali secukupnya saja untuk mengambil nafas)
  7. Dibaca sesuai dengan urutan yang sudah diketahui.
Ketiga; Rukun yang bersifat perbuatan (fi’liyah).

Rukun fi’liyah itu ada 13 :
  1. Berdiri
  2. Rukuk
  3. Thuma’ninah ketika mengerjakan rukuk
  4. I’tidal
  5. Thuma’ninah ketika mengerjakan i’tidal
  6. Sujud pertama
  7. Thuma’ninah ketika mengerjakan sujud pertama
  8. Duduk setelah sujud pertama
  9. Thuma’ninah ketika mengerjakan duduk setelah sujud pertama
  10. Sujud kedua
  11. Thuma’ninah ketika mengerjakan sujud kedua
  12. Dan ada satu rukun yang dikerjakan diakhir roka’at, yaitu : Duduk yang terakhir
  13. Dan ada satu rukun yang akan timbul apabila rukun – rukun ini dikerjakan pada tempatnya, yaitu: Berurutan.
Syarat – syarat dari rukun – rukun fi’liyah adalah :
  1. rukun – rukun yang dikerjakan sebelumnya telah dikerjakan dengan sah
  2. Tidak ada niat lain ketika mengerjakan rukun – tersebut (selain niat mengerjakan rukun sholat)

وأما مبطلات الصلاة فاثنا عشر

الأول : فقد شرط من شروطها الإثنى عشر عمدا ولو بإكراه أو سهوا أو جهلا

الثاني : فقد ركن من أركانها التسعة عشر عمدا فإن كان سهوا أتى به إذا ذكره ولا يحسب ما فعله بعد المتروك حتى يأتي به

الثالث : زيادة ركن من أركانها الفعلية أو إتيان النية أو تكبيرة الإحرام أو السلام في غير محله عمدا فإن كان سهوا أو زاد غير ما ذكر من الأركان عمدا أو سهوا لم تبطل

الرابع : أن يتحرك حركه واحده مفرطة أو ثلاث حركات متوالية عمدا كان أو سهوا أو جهلا

الخامس : أن يأكل أو يشرب قليلا عمدا فإن كان سهوا أو جهلا وعذر لم تبطل بالقليل وبطلت بالكثير

السادس : فعل شيء من مفطرات الصائم غير الأكل والشرب

السابع : قطع النية كأن ينوي الخروج من الصلاة

الثامن : تعليق الخروج منها كأن ينوي إذا جاء زيد خرجت منها

التاسع : التردد في قطعها كأن تحدث له حاجة في الصلاة فتردد بين قطع الصلاة والخروج منها وبين تكميلها

العاشر : الشك في واجب من واجبات النية إذا طال زمنه عرفا أو فعل منه ركنا فعليا أو قوليا

الحادي عشر : قطع ركن من أركانها الفعلية لأجل سنة كمن قام ناسيا للتشهد الأول ثم عاد له عامدا عالما

الثاني عشر : البقاء في ركن اذا تيقن ترك ماقبله أو شك فيه إذا طال عرفا أو يلزمه العود فورا إلى فعل ماتيقن تركه أو شك فيه إلا إن كان مأموما فيأتي بركعة بعد سلام إمامه ولا يجوز له العود

فهذه الأحكام يلزم كل مسلم معرفتها

وللوضوء والغسل والصلاة سنن كثيرة جدا فمن أراد حياة قلبه والفوز عند ربه فليتعلمه ويعمل بها فلا يتركها إلا متساهل أولاه أو ساه جاهل


Perkara – perkara yang membatalkan sholat itu ada 12 :
  1. Meninggalkan salah satu dari syarat – syarat sholat yang jumlahnya ada 12, yang dilakukan dengan disengaja, meskipun hal tersebut dilakukan dengan paksaan, lupa, atau karena ketidak tahuannya.
  2. Meninggalkan salah satu dari rukun – rukun sholat yang jumlahnya ada 19,yang dilakukan dengan disengaja,. Sedangkan apabila meninggalkannya karena lupa, maka rukun yang ditinggalkan tersebut harus dikerjakan ketika ia ingat, dan apa yang dilakukan setelah meninggalkan tersebut tidak dianggap selama ia belum mengerjakan rukun yang ditinggalkan tersebut.
  3. Menambah rukun dari beberapa rukun fi’liyah, atau mengerjakan niat, takbirotul ihrom atau salah tidak pada tempatnya, yang kesemuanya itu dilakukan dengan sengaja. Sedangkan apabila ia mengerjakannya karena lupa atau ia menambahkan rukun selain rukun – rukun tersebut, baik dilakukan dengan sengaja atau karena lupa, maka sholatnya tidak batal.
  4. Melakukan gerakan sekali yang berlebihan atau 3 gerakan (kecil) yang dilakukan secara terus menerus, baik dilakukan dengan sengaja, lupa atau karena ketidaktahuannya.
  5. Makan atau minum sedikit dengan disengaja, sedangkan apabila makan atau minumnya karena lupa atau karena tidak tahu (mengenai larangan melakukan hal tersebut) dan ketidak tahuannya itu dianggap udzur (semisal karena baru masuk Islam atau hidup didaerah terpencil yang tidak ada ulama’nya), maka sholatnya tidak dihukumi batal apabila makan atau minumnya hanya sedikit, sedangkan apabila banyak maka dihukumi batal.
  6. Melakukan perkara – perkara yang dapat membatalkan puasa, selain makan dan minum.
  7. Memutuskan niat, semisal dengan niat keluar dari sholat.
  8. Menggantungkan niat keluar dari sholat, semisal dengan berniat “jika za’id dating maka aku akan keluar dari sholat”.
  9. Ragu – ragu dalam hal keinginan untuk memutuskan sholat, semisal saat sedang sholat ada satu hajat, lalu ia ragu – ragu apakah akan memutuskan dan keluar dari sholat atau menyempurnakan sholatnya.
  10. Ragu – ragu dalam salah satu kewajiban dari kewajiban – kewajiban niat, apabila keraguan itu berlangsung lama (kira – kira waktunya cukup untuk membaca “subhanalloh”), atau keraguannya tidak berlangsung lama tapi dalam keadaan ragu tersebut melakukan rukun fi’liyah atau qouliyah.
  11. Memutuskan satu rukun yang termasuk rukun – rukun fi’liyah karena mengerjakan kesunatan. Semisal ada orang yang berdiri dan lupa tidak mengerjakan tasyahhud pertama, setelah ia ingat kalau belum tasyahhud ia kembali duduk untuk mengerjakan tasyahhud, dan hal tersebut dilakukannya dengan sengaja dan juga mengerti kalau hal tersebut tidak boleh dikerjakan.(Sholat orang itu dihukumi batal, sebab tasyahud yang pertama itu hukumnya sunat, karena itu apabila ditinggalkan tidak usah diulangi lagi, jadi seharusnya dia melanjutkan sholatnya dan tidak kembali duduk untuk mengerjakan tasyahud yang petama).
  12. Tetap melanjutkan mengerjakan rukun sholat padahal ia yakin telah meninggalkan rukun sebelumnya atau ragu mengenai rukun sebelumnya (apakah sudah dikerjakan atau belum) dalam jangka waktu lama (dengan perkiraan waktu thuma’ninah), karena seharusnya ia langsung kembali untuk mengerjakan rukun yang yakin ditinggalkan atau ragu apakah sudah dikerjakan atau belum tersebut. Namun hal tersebut dilakukan apabila posisinya bukan menjadi makmum, sedangkan apabila ia menjadi imam maka tidak diperbolehkan kembali untuk mengerjakan rukun tersebut, tapi setelah imam selesai salam harus menambahkan satu roka’at lagi (untuk mengganti satu roka’at yang ditinggalkan salah satu rukunnya atau ragu apakah sudah dikerjakan atau belum tersebut).

Hukum – hukum ini adalah hukum – hukum yang harus diketahui oleh semua orang islam.

Selain itu, wudhu, mandi dan sholat memiliki beberapa kesunatan – kesunatan yang sangat banyak, karena itu bagi siapa saja yang menghendaki hatinya hidup dan mendapatkan keberuntungan disisi tuhannya, maka hendaknya ia mempelajarinya dan mengamalkannya, karena yang meninggalkannya hanyalah orang yang meremehkan, orang yang berpaling, orang yang lupa (mengenai fadhilahnya) dan orang yang bodoh.  


ومما يتأكد معرفته أذكار الصلاة ونحن نذكرها هنا بإختصار

فيقول المصلي أصلي فرض الظهر أربع ركعات أداء مستقبل القبلة مأموما لله تعالى الله أكبر ويبدل الظهر في غيرها باسمها وذكر عدد ركعاتها ويقول إماما بدل مأموما إن كان إماما ويتركهما إن كان منفردا

ثم يقول: وجهت وجهي للذي فطر السموات والأرض حنيفا مسلما وما أنا من المشركين إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين، لا شريك له وبذلك أمرت وأنا من المسلمين

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم.بسم الله الرحمن الرحيم.الحمد لله رب العالمين الرحمن الرحيم مالك يوم الدين إياك نعبد وإياك نستعين اهدنا الصراط المستقيم صراط الذين أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولآالضآلين آمين

ثم يقرأ السورة

الله أكبر

سبحان ربي العظيم وبحمده ثلاث مرات

سمع الله لمن حمده

ربنا لك الحمد ملء السموات وملء الأرض وملء ما شئت من شيء بعد

الله أكبر

سبحان ربي الأعلى وبحمده ثلاث مرات

الله أكبر

رب اغفر لي وارحمني واجبرني وارفعني وارزقني واهدني وعافني واعف عني

الله أكبر

سبحان ربي الأعلى وبحمده ثلاث مرات

فهذه ركعة ويفعل في باقي الركعات جميع ما ذكرناه إلا النيه وتكبيرة الإحرام وهي في الأولى

وإذا زادت صلاته على ركعتين جلس للتشهد الأول فيقول:التحيات المباركات الصلوات الطيبات لله السلام عليك أيها النبي ورحمة الله وبركاته السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمد رسول الله اللهم صل على محمد

الله اكبر

ثم يقوم ويأتي بباقي ركعات صلاته لكن لايقرأ سوره بعد التشهد الأول

ثم إذا أتم الركعات جلس الجلوس الأخير ويقول فيه التحيات المباركات الصلوات الطيبات لله السلام عليك أيها النبي ورحمه الله وبركاته السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين أشهد أن لاإله إلا الله وأشهد أن محمد رسول الله

اللهم صلي على محمد عبدك ورسولك النبي الأمي وعلى آل محمد وأزواجه وذريته كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم

وبارك على محمد النبي الأمي وعلى آل محمد وأزواجه وذريته كما باركت على ابراهيم وعلى آل ابراهيم في العالمين إنك حميد مجيد

اللهم اغفر لي ما قدمت وماأخرت وما أسررت وما أعلنت وما أسرفت وما أنت أعلم به مني أنت المقدم وأنت المؤخر لا إله إلا أنت ربنا أتنا في الدنيا حسنه وفي الأخرة حسنة وقنا عذاب النار

اللهم إني أعوذ بك من عذاب القبر ومن عذاب النار ومن فتنة المحيا والممات ومن فتنة المسيح الدجال

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

والحمد لله رب العالمين




Sebagian perkara yang sangat dianjurkan untuk diketahui adalah dzikir – dzikir yang dibaca ketika sholat, disini kami akan menuturkannya secara ringkas;

1. Orang yang mengerjakan sholat mengucapkan :

Usholli fardhodh dhuhri arba’a roka’atin ada’an mustaqbilal qiblati ma’muman lillahi ta’ala

(Artinya : “Saya sholat dhuhur 4 roka’at dengan dikerjakan pada waktunya, menghadap kiblat, menjadi makmum, dan dikerjakan semata – mata karena Alloh yang maha luhur”)

Kata “dhuhur” tersebut diganti dengan yang lainnya tergantung sholat yang dikerjakan

Dan disebutkan pula bilangan roka’at – roka’atnya (sesuai dengan sholat yang dikerjakan)

Sedangkan apabila orang yang sholat tersebut menjadi imam, maka kata “ma’muman” diganti menjadi “imaman’, dan apabila sholatnya sendirian tidak usah menambahkan kata “ma’muman” dan “imaman’.

2.Membaca (do’a iftitah) :

Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fathoros samaawati wal ardho haniifan muslimaa wamaa ana minal musyrikiin, Inna sholaati, wanusuki, wamahyaaya, wa mamaati, lillahi robbil ‘aalamiin, Laa syariika lahuu wabidzalika umirtu wa ana minal muslimiin.

(Artinya : “Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada dzat yang menciptakan langit dan bumi, dengan berpegang teguh kepada agama yang benar, dalam keadaan islam dan aku bukanlah Ttrmasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah karena Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya, demikianlah aku diperintah dan aku termasuk golongan orang-orang muslim.”)

3.(Membaca surat Al-Fatihah) :

A’udzu billahi minasy syaithonirrojim. Bismillahirrohmanirrohim. Alhamdulillahi robbil ‘alamiin. Arrohmanirrohim. Maaliki yaumiddiin. Iyyaaka na’budu waiyyaka nasta’iin. Ihdinash shirothol mustaqiim. Shirootholladzina an’amta ‘alaihim, ghoiril maghdzubi ‘alaihim waladhdhoolliin.

(Aku berlindung kepada Alloh dari godaan syetan yang terkutuk. Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji  bagi Alloh, Tuhan semesta alam. Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tuhan  yang menguasai di hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus.  (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.)

4.Membaca surat al-qur’an

5.(Setelah membaca surat dan sebelum rukuk membaca) “Alloohu ‘akbar” (Alloh maha besar)

6.(Ketika rukuk membaca) : “Subhaana robbiyal ‘adhimi wabihamdih” (maha suci tuhanku yang agung) dibaca sebanyak 3 kali.

7.(Setelah rukuk dan sebelum i’tidal membaca) : “Sami’alloohu liman hamidah” (Alloh mendengar orang yang memujiNya).

8.(Ketika i’tidal membaca) : “Robbanaa lakal hamdu mil’us samaawati wamil’ul ‘ardhi wamil’u maa syi’ta min syai’in ba’du” (Tuhan kami (hanya) untukMu lah (segala) puji sepenuh langit dan sepenuh bumi dan sepenuh segala sesuatu sesuai KehendakMu setelahnya)

9.(Setelah i’tidal dan sebelum sujud membaca) : “Alloohu akbar”.

10.(Ketika sujud membaca) : “Subhaana robbiyal a’laa wa bihamdih” (maha suci tuhanku yang maha tinggi dan dengan memuji kepadaNya), dibaca 3 kali.

11.(Setelah sujud dan sebelum duduk membaca) : “Alloohu akbar”.

12.(Ketika duduk diantara 2 sujud membaca) : “Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa’nii warzuqnii wahdinii wa’fu ‘annii” ("Wahai Tuhanku, ampuni dosaku, rahmati aku, tutuplah aib-aibku, angkatlah aku, beri aku rizki, tunjukilah aku, sehatkan aku, dan maafkan kesalahan-kesalahanku)

13.(Setelah duduk dan sebelum sujud kedua membaca) :  “Alloohu akbar”.

14.(Ketika sujud kedua membaca) : “Subhaana robbiyal a’laa wa bihamdih”

15.Ini adalah sholat 1 roka’at, dan pada roka’at – roka’at yang tersisa juga mengerjakan semua hal yang telah kami jelaskan, kecuali niat dan takbirotul ihrom yang hanya dikerjakan pada roka’at pertama.

16.Dan jika sholatnya lebih dari 2 roka’at, duduk untuk mengerjakan tasyahud awal, sambil mengucapkan :

“Attahiyyatul mubarokatus sholawatut thoyyibatu lillah, Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu warohmatullohi wabarokatuh, Assalaamu ‘alaina wa ‘alaa ‘ibaadillalhis shoolihin, Asyhadu alla ilaala illalloh, Wa asyhadu ‘anna muhammadar rosululloh, Alloohumma sholli ‘ala Muhammad”

(Segala penghormatan, keberkahan, rahmat dan kebaikan adalah milik Alloh. Semoga keselamatan, rahmat Alloh dan berkah-Nya tetap tercurahkan kepada engkau wahai nabi. Semoga keselamatan selalu dilimpahkan kepada kami dan hamba – hamba Alloh yang sholeh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Alloh. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad  adalah utusan Alloh. Ya Alloh, limpahkanlah rahmat ta’dzim kepada Muhammad) 

17.(Setelah tasyahud dan sebelum berdiri, membaca) : “Allohu akbar”

18.Kemudian berdiri dan mengerjakan roka’at – roka’at selanjutnya, tapi tidak lagi membaca surat setelah tasyahud awal (pada roka’at ketiga atau keempat, setelah membaca surat al-fatihah, tidak lagi membaca surat al-qur’an).

19.Setelah menyempurnakan semua roka’at sholat, lalu mengerjakan duduk yang terakhir, sambil mengucapkan :

“Attahiyyatul mubarokatus sholawatut thoyyibatu lillah, Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu warohmatullohi wabarokatuh, Assalaamu ‘alaina wa ‘alaa ‘ibaadillalhis shoolihin, Asyhadu alla ilaala illalloh, Wa asyhadu ‘anna muhammadar rosululloh,

 Alloohumma sholli ‘ala Muhammadin, abdika, wa rosulikan nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa ‘aali Muhammadin wa azwaajihi wa dzurriyyatihi kamaa shollaita ‘alaa ibroohiima wa ‘ala ‘aali ibroohim,

Wa baarik ‘alaa Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aali muhammadin wa azwaajihii wadzurriyyaatihii kamaa baarokta ‘alaa ibroohima wa ‘alaa ‘aali ibroohim fil ‘aalamiina innaka hamidum majiid,

Alloohummaghfirlii maa qoddamtu wa maa akhkhortu wa maa asrortu wa maa a’lantu wa maa asroftu  mawaa anta a’lamu bihii minni, antal muqoddimu wa antal muakhkhiru, laa ilaaha illaa anta.

Robbanaa aatinaa fiddunya hasanah wafil akhiroti hasanah waqinaa adzaabannar.

Alloohumma innii a’udzu bika min adzaabil qobri wa min adzaabinnar wa min fitnatil mahyaa wal mamaat wa min fitnatil masiihid dajjal

(Segala penghormatan, keberkahan, rahmat dan kebaikan adalah milik Alloh. Semoga keselamatan, rahmat Alloh dan berkah-Nya tetap tercurahkan kepada engkau wahai nabi. Semoga keselamatan selalu dilimpahkan kepada kami dan hamba – hamba Alloh yang sholeh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Alloh. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad  adalah utusan Alloh.

Ya Alloh, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad, hambamu sekaligus utusanmu, nabi yang tak dapat membaca dan menulis, dan juga kepada keluarga Muhammad, istri – istrinya dan keturunannya, sebagaimana Engkau limpahkanlah rahmat ta’dzim kepada Ibrohim dan keluarga Ibrohim.

Dan limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad, nabi yang tak dapat membaca dan menulis, dan juga kepada keluarga Muhammad, istri – istrinya dan keturunannya, sebagaimana Engkau limpahkanlah keberkahan kepada Ibrohim dan keluarga Ibrohim di sekalian alam, sesungguhnya Engkaulah dzat yang terpuji dan agung.

Ya Alloh, Ampunilah aku akan (dosaku) yang aku lewatkan dan yang aku akhirkan, apa yang aku rahasiakan dan yang kutampakkan, yang aku lakukan secara berlebihan, serta apa yang Engkau lebih mengetahui dari pada diriku, Engkaulah yang mendahulukan dan
mengakhirkan, Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau.

Ya Alloh, berikanlah kepadaku kebaikan didunia dan di akhirat dan jauhkanlah aku dari siksa neraka.

Ya Alloh, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepadaMu dari siksa kubur, siksa neraka, fitnah kehidupan, fitnah kematian dan fitnah dajjal yang buta satu matanya.

20.(Terakhir, salam dengan membaca) : “Assalaamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokaatuh’ (Keselamatan bagi kalian, dan juga rahmat dan keberkahan Alloh).

Semoga rahmat ta’dzim Alloh dan keselamatan-Nyasenantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, dan juga bagi keluarga, dan para sahabat beliau.

Dan Segala puji hanya bagi Alloh, Tuhan semesta Alam.

Tuesday, 7 February 2023

Cara Menghindari Dosa serta Hal berkaitan dengan Mursyid dan Adab Murid


Pertanyaan
Assalamuaalaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, afwan apakah di izinkan bertanya?
1. Saat seseorang berusaha menghindar dari dosa ia sadar bahwa itu dosa, tapi tetap serasa sulit meninggal kanya, Lantas apakah sebabnya? Saat ia berjuang jatuh bangun dalam dosa, apakah ada pahalanya? Apakah Allah masih memandang perjuangan nya itu?Dan membantu dia? Lantas apakah ada amalan khusus atau yang semisalnya agar kita bisa keluar dari lubang dosa itu
2. Dan perihal mursyid. Apakah semua perintah beliau harus dilakukan? Bolehkah menyelisihi beliau saat kita ada problem dan sangat sulit klo harus menuruti perintah beliu? Bolehkah demikian?
Karena kami dengar semua perintahnya harus dilaksanakan... 🙏
Syukron... 
Baarokallohu fiikum🤲🏻🤲🏻
08777294 xxxx

Jawab :
Waalaikumsallam wa rahmatullahi wa barakatuh
Pertanyaan pertama 
Ada beberapa istilah dalam Al-Quran untuk menyebut dosa atau kemaksiatan, diantaranya itsm (إثم), dzanb (ذنب), ‘ishyan (عصيان), huub (حوب), sayyi-ah (سيئة), dan khathi-ah (خطيئة). Istilah-istilah ini sama-sama merujuk kepada pengertian dosa, namun masing-masing punya kekhasan makna.
Itsm (الإثم) dan dzanb (الذنب) biasanya diartikan dosa. Secara bahasa, الذنب makna aslinya ekor. Dosa disebut demikian karena ia merupakan akibat sesuatu perbuatan, yakni datang di belakang sesuatu. Atau, karena ia merupakan sesuatu yang dianggap kotor akibat akhirnya, seperti umumnya ekor binatang. Adapun الإثم makna aslinya adalah lambat/buth-u (البطء) dan telat/ta-akhkhur (التأخّر). Dosa disebut demikian karena orang yang berdosa itu lambat dari kebaikan dan telat darinya.
Sedangkan ‘ishyan (العصيان), biasanya diartikan kedurhakaan atau maksiat. Makna aslinya adalah berpisah, seperti anak untuk yang tidak mau lagi ikut induknya karena dia sudah tidak lagi menyusu/disapih. Orang bermaksiat diserupakan degan ini karena ia tidak mau mengikuti petunjuk Allah, memisahkan diri, dan berbuat semaunya sendiri.
Kemudian huub (الحوب), makna aslinya adalah hardikan untuk mencegah untuk melakukan sesuatu. Dosa disebut demikian karena pada dasarnya ia merupakn sesuatu yang dilarang, atau karena pelakunya sadar bahwa hal itu sebenarnya 
Adapun sayyi’ah (السيئة) adalah kebalikan dari hasanah (الحسنة), aslinya berakar kepada kata suu’ (السوء). Makna aslinya adalah segala hal yang membuat seseorang sedih dan berduka, baik urusan duniawi maupun ukhrawi. Dosa kecil dan kesalahan (duniawi) biasanya disebut juga dengan sayyi’ah, karena ia membuat pelakunya sedih dan resah, merasa tidak nyaman, merasa bersalah. Sedangkan, khothiah (الخطيئة), yang aslinya berakar dari kata khotho’ (الخطأ). Makna aslinya adalah berbelok dari arah yang semestinya, atau tidak tepat sasaran. Khoti’ah dan sayyi’ah mirip, karena sering dipakai untuk mnyebut dosa kecil atau kekeliruan-kekeliruan. Tapi umumnya khoti’ah digunakan untuk mnyebut hal-hal secara tidak sengaja dilakukan. Misal, ingin memanah kijang tapi meleset terkena manusia. Maka, kebalikan dari khotho’ adalah showab (الصواب), yakni pas, kena, atau tepat sasaran.
Secara istilah dalam bebarapa kitab, para ulama berada pada satu pemahaman, bahwa dosa adalah perbuatan yang melanggar perintah Allah dan RasulNya, yang telah ditetapkan sebelumnya untuk dita’ati, dan pelakunya diberikan sangsi (uqubat) baik di dunia dan di akhirat. Atau meninggalkan perbuatan yang sudah ditetapkan hukumnya oleh Allah dan RasulNya.
Dosa  dalam berbagai variannya adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah, pelakukan akan mendapatkan sangsi baik di dunia dan diakhirat, karena ia bentuk dari pembangkangan terhadap perintah Sang Pencipta, yang telah menjadikannya berada di dunia untuk menta’ati perintahNya dan menjahui segala laranganNya.
Dalam bentuk apa pun dosa  itu, tetap sebuah pelanggaran, baik dosa; kecil, sedang, dan besar, dan setiap pelanggaran ada sangsinya. Sangsinya Allah yang menetapkan, walau pada akhirnya hanya Allah dengan segala rahasianya yang memberikan keputusan terakhir; diampuni atau disiksa. Ada dosa yang diampuni dan ada dosa yang tidak diampuni, ini juga hak Allah, tetapi Allah dalam banyak Ayat al-Qur’an menegaskan; bahwa Allah maha pengampun, bagi orang yang memohon ampunan padaNya
Begitu banyak dosa-dosa yang ada dalam diri manusia. Mulai dari dosa yang muncul dari mata, telinga, mulut, tangan, kaki, badan, hingga hati yang senantiasa berjibaku dengan nafsu dan godaan setan al-rajīm. Nafsu dan godaan setan merupakan tantangan yang niscaya akan dihadapi oleh setiap anak Adam. Apabila ia sanggup menahan dan mengendalikan setiap keinginan hawa nafsu dan godaan setan, tentu ia akan menang dan memperoleh pahala di sisi Allah. Namun, jika ia kalah dan terjerumus sehingga menjadi budak hawa nafsu dan menuruti godaan setan, maka dosa akan menyelimutinya. Rasulullah ṣallā al-lāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmiżi no. 2499, Ṣahih al-Targīb 3139)
Hadis ini menggambarkan bagaimana kesalahan (dosa) merupakan perkara yang tidak terlepas dari diri manusia. Akan tetapi, Allah Ta’ala memberikan solusi dan jalan keluar bagi hamba-Nya yang berbuat kesalahan, yaitu bertaubat dan memohon ampunan kepada-Nya.
Dalam sebuah Hadis Qudsi, Allah Ta’ala berfirman,
 يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَناَ أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعاً، فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ
 “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian semuanya melakukan dosa pada malam dan siang hari, padahal Aku Maha mengampuni dosa semuanya. Maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni kalian.” (HR. Muslim)
Dan dosa menjadi susah dihindari karena kecenderungan manusia kepada kemaksiatan dan bisikan-bisikan setan sebagaimana saya pernah membahas dalam artikel berjudul bisikan hati.

http://masrauf.blogspot.com/2022/11/bisikan-hati.html

Namun menjadi kewajiban bagi seorang muslim untuk meninggalkan dosa walaupun sulit, apalagi bagi orang yang telah mengetahui. 
Dalil tentang ampunan Allah tidak boleh dijadikan menjadi dalil untuk bermudah-mudahan dengan dosa. Bukankah banyak juga kisah bagaimana seorang yang sholeh namun di akhir hayatnya su’ul khatimah?
Rasulullah ṣallā al-lāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا
 ” … Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka, maka masuklah dia ke dalam neraka … ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bagaimana jika saat orang tersebut sedang melakukan kemaksiatan, tiba-tiba malakul maut datang menjemputnya? Bukankah setiap amalan seorang hamba tergantung pada akhirnya? Rasulullah ṣallā al-lāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
 “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari)
Allah Ta’ala tidak sesaat pun lalai dari perbuatan orang-orang yang berbuat maksiat kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya,
 وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ
 “ Dan janganlah sekali-kali engkau (Muhammad ) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim … ”  (QS. Ibrahim: 42)

Lalu bagaimana cara kita berusaha meninggalkan dosa? Ada beberapa tips yang di berikan oleh syaikh Abdullah Nashih Ulwan dalam kitab Ruhiyatut Daiyah :
1. Muahadah, dimana seorang mengingat Kembali bahwa dirinya telah berjanji untuk mematuhi dan taat kepada Rabb nya. Sehingga kesadaran untuk meninggalkan dos aini harus selalu diperbaharui sehingga selalu muncul dala diri seorang muslim untuk meninggalkan dosa.
2. Mujahadah, kecenderungan jiwa seseorang memang harus dilawan dengan mujahadah. Kesungguhan hati untuk meninggalkan dosa. Seorang muslim harus mengetahui efek buruk dosa dan berbuat dengan seluruh kemampuanya untuk menghindari dosa.
3. Muraqabah, seorang muslim melatih hatinya untuk selalu merasa diawasi oleh Allah. Sehingga dia akan merasa malu Ketika akan berbuat kemaksiatan kepada Allah.
4. Muhasabah, introspeksi diri. Menghitung bekal menuju akhirat. Betapa banyaknya dosa yang sudah diperbuat dan sedikitnya amal shaleh yang telah diperbuat. Berapa amal yang diterima oleh Allah dan yang tertolak. Maka dengan selalu menginsrospeksi diri ini seorang muslim akan merasa betapa banyak kekurangan dirinya.
5. Mu’aqabah , memberikan sanksi atau hukuman kepada dirnya. Dengan memberikan sanksi dan konsisten maka akan membuat jiwa akan merasa tersiksa jika dia berbuat dosa.

Perjuangan untuk mengajarkan jiwa meninggalkan hal-hal yang dibenci Allah berupa dosa ini harus secara konsisten dilakukan agar jiwa manusia terdidik sehingga dia selalu cenderung kepada kebaikan dan menghindari dosa. Usaha tersebut merupakan usaha penyucian jiwa sebagaimana Allah berfirman
 وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاها قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
“Dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu (dengan ketakwaan) dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (dengan kefasikan).” (Qs Asy Syams: 7-10)

Di samping usaha tadi, kita juga diajarkan untuk berdoa agar terhindar dari perbuatan maksiat, karena memang pada hakikatnya manusia membutuhkan pertolongan dari Allah untuk menghindari dari kemaksiatan ini. Ada beberapa Riwayat doa tentang hal ini dan diantara doa yang saya senang mengamalkanya adalah do’a sayidul istighfar.
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَيِّدُ الْاِسْتِغْفارِ أَنْ يَقُوْلَ الْعَبْدُ : اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ ، لَا إِلٰـهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمتِكَ عَلَيَّ ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ ، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ مَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوْقِنًا بِهَا ، فَمَـاتَ مِنْ يوْمِهِ قَبْل أَنْ يُمْسِيَ ، فَهُو مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوْقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ 
Dari  Syaddad bin Aus Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Sesungguhnya Istighfâr yang paling baik adalah seseorang hamba mengucapkan : (Ya Allâh, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau. Engkau yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku kepada-Mu, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau). (Beliau bersabda) “Barangsiapa mengucapkannya di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk penghuni surga. Barangsiapa membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk penghuni surga. ( HR Bukhari )



Pertanyaan kedua ;
Kata mursyid berasal dari Bahasa arab “arsyada-yursidu” yang artinya membimbing atau menunjuk. Sedangkan secara istilah, mursyid adalah orang yang bertugas untuk membimbing dan menunjukkan jalan yang lurus kepada seseorang.
Dalam ilmu tasawuf dan tarekat islam kata mursyid dikenal juga dengan istilah syaikh. Keduanya memiliki makna yang sama, yakni merujuk pada seorang guru.
Dijelaskan dalam buku Majmu’ah Rasail karya Imam Al-Ghazali, seorang mursyid harus melakukan beberapa riyadhah (latihan) ketakwaan seperti menyedikitkan makan, berbicara, dan tidur. Ia harus memperbanyak amal ibadah seperti sholat, sedekah, dan puasa.
Seorang mursyid harus memiliki akhlak terpuji berupa kesabaran, syukur, tawakkal, tenang (tuma’ninah), dermawan, qanaah, amanah, ramah, rendah hati, makrifat, jujur, berwibawa, memiliki rasa malu, tenang, lembut, dan lain sebagainya.
Di sisi lain, ia juga harus memurnikan hatinya dan menjauhkan diri dari sifat tercela seperti sombong, kikir, hasud, dengki, tamak, panjang angan-angan, gegabah, dan lain sebagainya. Dalam kesehariannya, ia harus menjauhi fanatisme terhadap dunia.
Dalam kitab yang sama Imam Ghazali juga menyampaikan adab seorang murid kepada mursyid atau gurunya.
آداب المتعلم مع العالم: يبدؤه بالسلام ، ويقل بين يديه الكلام ، ويقوم له إذا قام ، ولا يقول له : قال فلان خلاف ما قلت ، ولا يسأل جليسه في مجلسه ، ولا يبتسم عند مخاطبته ، ولا يشير عليه بخلاف رأيه ، ولا يأخذ بثوبه إذا قام ، ولا يستفهمه عن مسألة في طريقه حتى يبلغ إلى منزله، ولا يكثر عليه عند ملله.   
“Adab murid terhadap guru, yakni: mendahului beruluk salam, tidak banyak berbicara di depan guru, berdiri ketika guru berdiri, tidak mengatakan kepada guru, “Pendapat fulan berbeda dengan pendapat Anda”, tidak bertanya-tanya kepada teman duduknya ketika guru di dalam majelis, tidak mengumbar senyum ketika berbicara kepada guru, tidak menunjukkan secara terang-terangan karena perbedaan pendapat dengan guru, tidak menarik pakaian guru ketika berdiri, tidak menanyakan suatu masalah di tengah perjalanan hingga guru sampai di rumah, tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah.”   
Dari kutipan di atas dapat diuraikan kesepuluh adab murid terhadap guru sebagai berikut:   
Pertama, mendahului beruluk salam. Seorang murid hendaknya mendahului beruluk salam kepada guru. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bahwa yang kecil memberi salam kepada yang besar.   
Kedua, tidak banyak berbicara di depan guru. Banyak berbicara bisa berarti merasa lebih tahu dari pada orang-orang di sekitarnya. Apa bila hal ini dilakukan di depan guru, maka bisa menimbulkan kesan seolah-seolah murid lebih tahu dari pada gurunya. Hal ini tidak baik dilakukan kecuali atas perintah guru.    
Ketiga, berdiri ketika guru berdiri. Bila guru berdiri, murid sebaiknya lekas berdiri juga. Hal ini tidak hanya penting kalau-kalau guru memerlukan bantuan sewaktu-waktu, misalnya uluran tangan agar segera bisa tegak berdiri, tetapi juga merupakan sopan santun yang terpuji. Demikian pula jika guru duduk sebaiknya murid juga duduk.   
Keempat, tidak mengatakan kepada guru, “Pendapat fulan berbeda dengan pendapat Anda.” Ketika guru memberikan suatu penjelasan yang berbeda dengan apa yang pernah dijelaskan oleh orang lain, sebaiknya murid tidak langsung menyangkal penjelasan guru. Sebaiknya murid meminta izin terlebih dahulu untuk menyampaikan pendapat orang lain yang berbeda. Jika guru berkenan, murid tentu boleh menyampaikan hal itu.    
Kelima, tidak bertanya-tanya kepada teman duduknya sewaktu guru di dalam majelis. Dalam majlis ta’lim atau kegiatan belajar mengajar di kelas, murid hendaknya bertanya kepada guru ketika ada hal yang belum jelas. Hal ini tentu lebih baik daripada bertanya kepada teman di sebelahnya. Lebih memilih bertanya kepada teman dan bukannya langsung kepada guru bisa membuat perasaan guru kurang nyaman.   
Keenam, tidak mengumbar senyum ketika berbicara kepada guru. Guru tidak sama dengan teman, dan oleh karenanya tidak bisa disetarakan dengan teman. Seorang murid harus memosisikan guru lebih tinggi dari teman sendiri sehingga ketika berbicara dengan guru tidak boleh sambil tertawa atau bersenyum yang berlebihan.   
Ketujuh, tidak menunjukkan secara terang-terangan karena perbedaan pendapat dengan guru. Bisa saja seorang murid memiliki pendapat yang berbeda dengan guru. Jika ini memang terjadi, murid tidak perlu mengungkapkannya secara terbuka sehingga diketahui orang banyak. Lebih baik murid meminta komentar sang guru tentang pendapatnya yang berbeda. Cara ini lebih sopan dari pada menunjukkan sikap kontra dengan guru di depan teman-teman.    
Kedelapan, tidak menarik pakaian guru ketika berdiri. Ketika guru hendak berdiri dari posisi duduk mungkin ia membutuhkan bantuan karena kondisinya yang sudah agak lemah. Dalam keadaan seperti ini, murid jangan sekali-kali menarik baju guru dalam rangka memberikan bantuan tenaga. Ia bisa berjongkok untuk menawarkan pundaknya sebagai tumpuan untuk berdiri; atau sesuai arahan guru.     
Kesembilan, tidak menanyakan suatu masalah di tengah perjalanan hingga guru sampai di rumah. Jika ada suatu hal yang ingin ditanyakan kepada guru, terlebih jika itu menyangkut pribadi guru, tanyakan masalah itu ketika telah sampai di rumah. Tentu saja ini berlaku terutama kalau perjalanan dengan menaiki kendaraan umum.    
Kesepuluh, tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah. Dalam keadaan guru sedang lelah, seorang murid hendaknya tidak mengajukan banyak pertanyaan yang membutuhkan jawaban pelik, misalnya. Dalam hal ini dikhawatirkan guru kurang berkenan menjawabnya sebab memang sedang lelah sehingga membutuhkan istirahat untuk memulihkan stamina. 

Jadi sebagai murid kepada mursyidnya dia harus memenuhi adab-adab tersebut. Namun disatu sisi mursyid juga manusia yang tetap memiliki celah untuk salah. Maka ketaatan manusia kepada mursyid tidak boleh melebihi kepatuhanya kepada Allah dan Rasulnya dan ketaatan kepada syariat. Kita harus berusaha mematuhi semampu kita namun kita tidak boleh taat dalam kemaksiatan. 
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukminah apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, mereka memiliki pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” (QS. Al Ahzab: 36).

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
لَا طَاعَةَ فِي مَعْصِيَةٍ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ
“Tidak ada ketaatan di dalam maksiat, taat itu hanya dalam perkara yang ma’ruf” (HR Bukhari-Muslim).

Wallahu a’lam

Temanggung, 8 Februari 2023
Ta' Rouf Yusuf

Saturday, 4 February 2023

Sugih Tanpo Bondho ( Sebuah Perenungan)


Sugih tanpo bondo (Kaya tanpa harta)

Digdoyo tanpo aji (Tak terkalahkan tanpa kesaktian)

Nglurug tanpo bolo (Menyerbu tanpa pasukan)

Menang tanpo ngasorake (Menang tanpa merendahkan)

Trimah mawi pasrah (Menerima juga pasrah)

Suwung pamrih tebih ajrih (Jika tanpa pamrih tak perlu takut)

Langgeng tan ono susah tan ono bungah (Tetap tenang meskipun ada duka dan suka)

Anteng mantheng sugeng jeneng(Tidak macam-macam membuat nama baik terjaga)

R.M.P. Sosrokartono

Pada hakikatnya manusia tak memiliki apa apa
namun di tengah ketiadaan Tuhan memberikan segala
Semua yang dibutuhkan manusia
Maka kaya bukanlah memiliki harta
namun kaya adalah merasa cukup dengan Tuhannya

Manusia adalah lemah
namun Tuhan memberikan kekuatan
Kekuatan untuk berkarya dan berusaha
Sehingga muncullah eksistensi manusia

Tak perlu kau taklukan musuhmu
Karena musuh sejati adalah dirimu
Kalahkanlah dirimu
tebarkan kasih kepada manusia
Maka kemenangan sejati kan kau dapatkan

Menang bukanlah menghinakan
Menang adalah duduk bersama diatas tanah
Bersama bersujud mematuhi Sang Kuasa

 Dengan Tersenyum
Terimalah setiap pemberian Tuhan
Pasrahkan hatimu pada kehendak Sang Pencipta

Berbuat baiklah
tanpa meminta apa-apa
tanpa berharap apa-apa
tanpa takut terhadap apa-apa
sehingga tiada takut akan apa-apa

Istiqomahlah dalam kebaikan
Tetaplah dalam sujud kehidupan
Tiada susah
Tiada senang
Karena semua sama
Jalan untuk bertemu Kekasih 

Saturday, 28 January 2023

Usaha Mengejar Hidayah

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ [الأنفال : 24]

{ يا أيها الذين آمنوا استجيبوا لله وللرسول } بالطاعة { إذا دعاكم لما يحييكم } من أمر الدين لأنه سبب الحياة الأبدية { واعلموا أن الله يحول بين المرء وقلبه } فلا يستطيع أن يؤمن أو يكفر إلا بإرادته { وأنه إليه تحشرون } فيجازيكم بأعمالكم
 (Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul) dengan taat (apabila Rasul menyeru kamu pada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian) berupa perkara agama sebab perkara agama merupakan penyebab bagi kehidupan yang kekal (dan ketahuilah oleh kalian bahwa sesungguhnya Allah menghalangi antara manusia dan hatinya) maka ia tidak dapat beriman atau kafir melainkan berdasarkan kehendak Allah (dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan) Allah akan membalas semua amal perbuatan kalian.

Tafsir Jalallain Surat Al Anfal : 24

Ketaatan kepada Allah adalah kunci kehidupan. Kehidupan sejati adalah segala sesuatu pada kehidupan dunia yang memberikan kebaikan di akhirat. Sebagaimana kita ketahui dalam surat Al 'Asr dimana Allah Subhanahu wa ta'alla berfirman bahwa segala sesuatu selain tentang keimanan, ibadah, saling nasehat dalam kebenaran dan kesabaran adalah kerugian. 

Allah menjadikan manusia sebagai hamba, maka eksistensi seorang hamba di mata Rabb nya adalah ketaatan kepada Nya. Namun tidak semua manusia mendapat keberuntungan untuk taat dan tunduk kepada kehendaknya. Maka beruntunglah orang-orang yang sadar akan hakikat keberadaan dirinya dan melaksanakan fungsi sebenarnya dirinya. Maka beruntunglah orang yang mendapatkan hidayah. 

Nabi Allah, Ibrahim. Berada ditengah-tengah orang-orang yang menyekutukan Allah, ia termasuk orang yang mendapat petunjuk. Allah dengan mudahnya memberikan hidayah kepada seseorang yang dikehendakinya, padahal tidak ada seorang pun yang mengajarkan dan menerangkan kebenaran kepadanya, Allah berfirman yang artinya “Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan yang ada di langit dan di bumi, agar dia termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah gelap, dia melihat bintang, lalu berkata, ‘Inilah rabbku’. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata, ‘Aku tidak suka pada yang tenggelam’. Kemudian ketika dia melihat bulan terbit, dia berkata, ‘Inilah rabbku’. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata, ‘Sesungguhnya jika Rabbku tidak memberi petunjuk padaku, pasti aku termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata, ‘Inilah rabbku, ini lebih besar’. Tatkala matahari itu terbenam, dia pun berkata, ‘Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan! Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nya’.” (QS. Al-An’am: 75-79)

Dari hal ini, sangat jelaslah bagi kita, hidayah hanyalah milik Allah, dan Allah memberi hidayah kepada orang yang dikehendakinya. Barangsiapa yang Allah beri hidayah, tidak ada seorang pun yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang telah Allah sesatkan, tidak ada seorang pun yang bisa memberi hidayah kepadanya. Allah berfirman yang artinya “Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Baqarah: 213) dan Allah berfirman yang artinya “Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemberi petunjuk.” (QS. Az-zumar:23).

Namun manusia dapat mengejar dan berusaha mendapatkan hidayah, diantaranya :

1. Beriman dan tidak menyekutukan Allah
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kesyirikan, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-an’am:82).

2. Taubat kepada Allah
Allah berfirman yang artinya “Orang-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya" ( Ar Ra'd : 27) 

3. Ngaji / Belajar Agama
Tanpa ilmu (agama), seseorang tidak mungkin akan mendapatkan hidayah Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya “Jika Allah menginginkan kebaikan (petunjuk) kepada seorang hamba, maka Allah akan memahamkannya agama” (HR Bukhori)

4. Mengerjakan apa yang diperintahkan dan menjauhi hal yang dilarang.
Kemaksiatan adalah sesuatu yang menghalangi hidayah sebaliknya ketaatan akan membuka hidayah. Allah berfirman yang artinya “Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (An-nisa: 66-68).

5. Membaca Al-qur’an, memahaminya mentadaburinya dan mengamalkannya.
Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus” (QS. Al-Isra:9)

6. Berpegang teguh kepada agama Allah
Allah berfirman yang artinya “Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali-Imron:101).

7. Mengerjakan sholat.
Allah berfirman pada surat al-baqoroh yang artinya “Aliif laam miim, Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya dan merupakan petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
Siapa mereka itu, dilanjutkan pada ayat setelahnya “yaitu mereka yang beriman kepada hal yang ghoib, mendirikan sholat dan menafkahkah sebagian rizki yang diberikan kepadanya” (QS. Al-baqoroh:3).

8. Berkumpul dengan orang-orang sholeh

Allah berfirman yang artinya “Katakanlah: “Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): “Marilah ikuti kami.” Katakanlah:”Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am:72).

Wallahu a'lam

Thursday, 26 January 2023

Hukum anak berada di shaf orang dewasa

Bagaimana hukum jika anak-anak itu berada di antara shaf orang dewasa, bukankah ada kemungkinan anak itu membawa najis? 

Jawab :

Dalam Shahih Muslim di riwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam membawa cucunya Umamah putri dari Zainab ke dalam masjid saat shalat fardhu dan menjadi imam. Dalam sebuah hadis sahih riwayat Muslim:

عن أبي قتادة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يصلي وهو حامل أمامة بنت زينب بنت رسول الله صلى الله عليه وسلم ولأبي العاص بن الربيع فإذا قام حملها وإذا سجد وضعها

Rasulullah pernah shalat membawa Umamah putrinya Zainab binti Rasulullah dari suaminya Abul Ash bin Rabi'. Apabila Nabi berdiri beliau menggendongnya, apabila Nabi sujud beliau meletakkannya.

Dari hadits ini Imam Nawawi dalam Syarah Muslim, hlm. 5/31-32, menjelaskan unsur hukumnya:

فيه حديث حمل أمامة رضي الله عنها ، ففيه دليل لصحة صلاة من حمل آدميا أو حيوانا طاهرا من طير وشاة وغيرهما ، وأن ثياب الصبيان وأجسادهم طاهرة حتى تتحقق نجاستها ، وأن الفعل القليل لا [ ص: 199 ] يبطل الصلاة ، وأن الأفعال إذا تعددت ولم تتوال ، بل تفرقت لا تبطل الصلاة . 

وقوله : ( رأيت النبي - صلى الله عليه وسلم - يؤم الناس وأمامة على عاتقه ) هذا يدل لمذهب الشافعي - رحمه الله تعالى - ومن وافقه أنه يجوز حمل الصبي والصبية وغيرهما من الحيوان الطاهر في صلاة الفرض وصلاة النفل ، ويجوز ذلك للإمام والمأموم ، والمنفرد

Dalam hadits menggendong Umamamah radhiyallaanha di dalam hadits ini menjadi dalil atas sahnya shalatnya orang yang membawa manusia atau hewan yang suci seperti burung, kambing dan lainnya. Adapun baju anak kecil dan tubuhnya itu suci kecuali kalau jelas najisnya. Dan bahwa gerakan kecil tidak membatalkan shalat. Dan bahwa gerakan-gerakan yang banyak yang tidak berturut-turut tapi terpisah tidak membatalkan shalat.

Adapun hadis "Aku melihat Nabi menjadi imam shalat sedang Umamah berada di bahunya" ini menjadi dalil bagi madzhab Syafi'i dan yang setuju dengannya bahwa boleh membawa (menggendong) anak kecil laki-laki atau perempuan dan lainnya seperti hewan yang suci pada saat shalat fardhu dan shalat sunnah. Dan hal itu boleh dilakukan oleh imam dan makmum atau shalat sendirian.

Beliau juga menjelaskan 

اِدَّعَى بَعْض الْمَالِكِيَّة أَنَّ هَذَا الْحَدِيث مَنْسُوخ، وَبَعْضهمْ أَنَّهُ مِنْ الْخَصَائِص، وَبَعْضهمْ أَنَّهُ كَانَ لِضَرُورَةٍ، وَكُلّ ذَلِكَ دَعَاوِي بَاطِلَة مَرْدُودَة لا دَلِيل لَهَا، وَلَيْسَ فِي الْحَدِيث مَا يُخَالِف قَوَاعِد الشَّرْع، لأَنَّ الآدَمِيّ طَاهِر، وَمَا فِي جَوْفه مَعْفُوّ عَنْهُ، وَثِيَاب الْأَطْفَال وَأَجْسَادهمْ مَحْمُولَة عَلَى الطَّهَارَة حَتَّى يَتَيَقَّن النَّجَاسَة، وَالأَعْمَال فِي الصَّلاة لا تُبْطِلهَا إِذَا قَلَّتْ أَوْ تَفَرَّقَتْ، وَدَلائِل الشَّرْع مُتَظَاهِرَة عَلَى ذَلِكَ، وَإِنَّمَا فَعَلَ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَلِكَ لِبَيَانِ الْجَوَاز .
Sebagian pengikut Madzhab Maliki beranggapan bahwa hadits ini mansukh, sebagian lagi beranggapan hadits ini termasuk salah satu kekhususan Nabi -shallallahu alaihi wasallam-, dan sebagian lagi beranggapan bahwa itu merupakan keadaan darurat… Semua anggapan itu adalah anggapan yang batil, tertolak, dan tidak berdasar… Dalam hadits tersebut tidak ada sesuatu yang menyelisihi kaidah syariat, karena tubuh anak adam itu suci, adapun yang ada di dalam jasadnya, maka najisnya tidaklah dianggap. Sedangkan pakaian dan badan anak kecil itu dianggap suci hingga benar-benar diyakini ada najisnya… dan gerakan di dalam sholat, tidak membatalkannya apabila masih tergolong sedikit atau terpisah-pisah… dan dalil-dalil syariat dalam masalah ini sangatlah banyak… Nabi -shallallahu alaihi wasallam- melakukan hal tersebut itu untuk menerangkan (kepada umatnya) bolehnya (melakukan hal tersebut). 
Wallahu a’lam

Wednesday, 25 January 2023

Hadits Puasa Sehari di Bulan Rajab Berpahala 1000 tahun adalah Palsu

Rasulullah Shalallahu alaihi wa salla bersabda:

إن شهر رجب شهر عظيم، من صام منه يوما كتب الله له صوم ألف سنة، ومن صام منه يومين كتب له صوم ألفى سنة، ومن صام منه ثلاثة أيام، كتب الله له صوم ثلاثة آلاف سنة، ومن صام منه سبعة أيام غلقت عنه أبواب جهنم، ومن صام منه ثمانية أيام فتحت له أبواب الجنة الثمانية، فيدخل من أيها شاء، ومن صام خمسة عشر بدلت سيئاته حسنات ونادى مناد من السماء قد غفر لك، فاستأنف العمل، ومن زاد زاده الله.

Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan yang agung, barangsiapa berpuasa satu hari di dalamnya, Allah mencatat baginya puasa seribu tahun. Siapa berpuasa dua hari, Allah mencatat baginya puasa 2000 tahun. Siapa berpuasa tiga hari, Allah mencatat baginya puasa 3000 tahun. Siapa berpuasa tujuh hari, ditutup pintu neraka jahannam baginya. Siapa berpuasa 8 hari, dibukakan pintu 8 pintu surga baginya, dan ia bebas masuk dari pintu mana saja. Siapa berpuasa 15 hari, keburukan-keburukannya diganti dengan kebaikan-kebaikan, dan Allah mengampuni dosamu yang telah berlalu. Maka mulailah mengerjakannya. Siapa yang menambahnya, Allah juga akan menambahkannya.

Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Syahin dan kemudian disampaikan oleh al-Syaukani dalam al-Fawa’id al-Majmu’ah dan Ibn ‘Arraq al-Kannani dalam Tanzih al-Syari’ah. Berikutnya, Hadis tersebut berkembang luas di masyarakat.

Menurut penjelasan Ulama Ahli hadits hadits di atas Maudhu atau Palsu. Diantaranya yang di sampaikan Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Tabyin al-‘Ajan Bima Warada fi Syahr Rajab berkata huwa hadits maudhu’ la syakka fihi (Hadis palsu, tidak perlu diragukan lagi). Menurut Ibn Hajar, kepalsuan Hadis tersebut disebabkan seorang rawi bernama Ishaq bin Ibrahim al-Khuttali yang ternyata muttaham (dituduh berdusta). Jauh sebelum itu, Ibn al-Jauzi dalam al-Maudhu’at menyatakan,Hadis tersebut bukan sabda Rasulullah Saw (hadza hadits la yashih an Rasulillah Saw). Menurut Ibn al-Jauzi, kepalsuan Hadis tersebut disebabkan seorang rawi bernama Harun bin ‘Antarah. Berpedoman kepada pendapat Ibn Hibban, Ibn al-Jauzi berkata; Harun tidak bisa dijadikan pijakan, sebab Harun meriwayatkan banyak Hadis munkar (la yajuz al-ihtijaj, yarwi manakir).

Maka dari itu, berpijak pada penjelasan ini, Ibn ‘Arraq al-Kannani dalam Tanzih al-Syari’ah secara tegas menyatakan Hadis tersebut palsu. Begitu pula al-Syaukani dalam al-Fawa’id al-Majmu’ah dan al-Suyuthi dalam al-La’ali al-Mashnu’ah yang dengan tegas juga menyatakan demikian. Untuk itu, tidak perlu diragukan lagi, berdasarkan pernyataan dan penjelasan ulama tadi, Hadis tersebut adalah palsu.

Al Fatihah Bagian 2

Al Fatihah Bagian 2 ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. ٱلْحَمْدُ Dalam Tafsir At Thabari di k...