DUNIA
A.
Perumpamaan
Dunia.
Imam Bukhari r.a menjelaskan dengan
menggunakan firman Allah SWT :
“
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, suatu
yang melalaikan, perhiasan, bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan
tentang banyaknya harta dan anak-anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya
kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akherat ( nanti ) ada adzab yang keras
dan ampunan dari allah serta keridhaan Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdaya. “ ( QS. Al Hadiad : 20 ).
Selanjutnya Imam Bukhari meriwayatkan
dari Sahl bin Sa’ad yang telah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW
bersabda :
“ Tempat cemeti seseorang di antara
kamu di surga lebih baik daripada dunia dan segala isinya. Sesungguhnya berpagi
hari atau berpetang hari di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan segala
isinya. “
( HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad ).
Sadarkah Anda sekarang bahwa dunia
adalah permainan yang menyibukkan tubuh kita dan melalaikan hati kita. Sungguh
perbandingan dunia ini hanyalah seperti yang disabdakan Nabi SAW :
“ Tidakkah dunia itu dibandingkan
dengan akherat melainkan bagaikan salah seorang kamu yang memasukkan jari
tangannya ke dalam lautan, perhatikanlah apa yang dibawa oleh jari itu ! ( HR.
Muslim ).
Silahkan Anda memilih yang mana. Memang
dunia itu tunai di hadapan kita tapi bukankah laut lebih luas dibandingkan
setetes air di jari kita. Saya tidak mengajak Anda untuk melalaikan dunia tapi
jangan sampai dunia ini melalaikan Anda akan kehidupan akherat yang kekal.
Kesulitan dan kesenangan di dunia ini hanyalah sebentar saja dibandingkan
kehidupan Anda di akherat.
Perumpamaan dunia adalah seperti ketika
Anda masih anak-anak dan sedang bermain-main. Anda membuat gedung-gedungan dan
rumah-rumahan, kemudian ditanamai pohon sekitarnya. Setelah sore hari anda dan
teman-teman Anda merusaknya. Seperti itulah perumpamaan kehidupan dunia.
Dari Sa’id Al Khudri r.a bahwasannya
Rasulullah SAW bersabda :
“ Sesungguhnya dunia ini manis dan
mempesona, sedangkan Allah menugaskan kamu didalamnya, maka Dia hendak melihat
bagaimana kamu berbuat. Karena itu takutlah terhadap ( fitnah / godaan ) dunia
dan takutlah terhadap ( fitnah ) wanita. “ ( HR. Muslim ).
Sebelum lebih lanjut Anda membaca, saya
ingin Anda merenungi nasehat Imam Ibnu Qayyim dalam Kitab Al Fawaaid :
“ Sejak diciptakan, manusia terus
menerus jadi musafir yang tidak berhenti dari perjalanan panjangnya kecuali di
surga atau neraka. Orang berakal mengetahui bahwa safarinya penuh dengan
berbagai kesulitan dan cobaan. Adalah mustahil, kelezatan, kenikmatan dan
kebahagiaan hakiki itu di dapat sebelum sampai kepada tempat tujuan. “
Jadikanlah kehidupan Anda seperti
ketika Anda melewati kebun yang penuh duri dan ular berbisa serta binatang
berbahaya lainnya. Berhati-hatilah jangan sampai Anda celaka di dalamnya
sehingga Anda akan merugi. Berhati-hatilah.
B.
Dunia Atau
Akherat ? Mana Yang Lebih Menarik ?
Saya yakin Anda telah memilih mana
tujuan utama Anda. Alangkah indahnya nasehat Imam Ibnu Jauziy dalam kitabnya
Shaidul Khatir :
“ Godaan dunia sangatlah beragam
adanya. Ada godaan yang muncul dalam diri manusia. Baginya, urusan akherat
adalah sesuatu yang berada di luar tabiatnya, lagi pula akherat merupakan hal
yang ghaib. Orang yang berilmu mengira daya tarik akherat lebih kuat daripada
daya tarik dunia., di saat ia mendengarkan nasehat-nasehat dan ancaman yang
datang dari Al Qur’an. Oh, tidaklah demikian. Perumpamaan tabiat kecenderungan
manusia kepada dunia laksana air yang terus mengalir mencari daerah yang lebih
rendah. Untuk mengangkatnya ke atas diperlukan energi dan tenaga. Oleh
karenanya, syariat menguatkannya dengan kabar gembira dan ancaman yang
mempertajam akal. Daya tarik tabiat manusia sungguh sangat beragam, maka
bukanlah hal yang aneh jika ia sering kali menang dalam pertarungan. Justru
aneh dan ajaib jika kita terkalahkan. Seperti itulah ketertarikan kita. Mungkin
butuh banyak cambuk untuk menyadarkan kita, mana yang kita pilih. Mari
mencambuk diri kita dengan sebuah Hadits berikut ini :
Dari Anas r.a, dia berkata : “
Rasulullah bersabda: Akan dihadirkan orang yang paling nikmat di dunia dari
penghuni neraka pada hari kiamat. Lalu ia di celup di neraka dengan sekali
celupan kemudian di tanya : “ hai manusia, apakah kamu pernah melihat kebaikan,
apakah kamu pernah merasakan kenikmatan ? Maka ia menjawab : “ Tidak pernah,
demi Allah ya Rabbi.” Dan dihadirkan manusia yang paling menderita dulunya di
dunia dari penghuni surga, lalu ia dicelupkan dengan sekali celupan di dalam
surga. Kemudian ia di tanya : “ hai manusia, pernahkah kamu melihat satu
penderitaan ? pernahkah kau merasakan kesulitan ? “ Maka dia menjawab : “ Tidak
demi Allah, aku tidak pernah merasakan penderitaan sedikitpun dan aku tidak
pernah melihat kesusahan sedikitpun “ ( HR. Muslim ).
Hanya butuh satu celupan untuk
menghilangkan kata paling yang kita sandang di dunia ini. Maka, “ Jadilah
engkau di dunia ini seperti orang asing atau pengembara.” ( HR. Bukhari ).
Sungguh Anda mungkin pernah ketemu
orang di sore hari tapi keesokan harinya sudah meninggal. Padahal ketika
seseorang mati, terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal : Shodaqoh Jariyah,
Ilmu yang di ambil manfaatnya atau anak shaleh yang mendo’akan dirinya.
Al Ghazali berkata, “ Anak turun Adam
itu badannya diibaratkan jaring yang dia gunakan untuk mencari amal shaleh.
Apabila dia telah mendapatkan kebaikan, kemudian dia mati, maka cukuplah
baginya, dan dia tidak lagi membutuhkan jaring tersebut, yaitu badannya yang
telah ia tinggalkan setelah dirinya mati. Tidak diragukan lagi bahwa, jika
seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah keinginan syahwatnya terhadap
dunia, sedang dirinya hanya menginginkan amal shaleh sebagai bekal di
alam kubur. Amabila dia mempunyai amal shaleh, maka dia pun tidak membutuhkan
apa-apa lagi. Namun bila dia tidak mempunyai amal shaleh, maka dia ingin
kembali ke dunia lagi, untuk mencari bekal, padahal jaringnya telah di ambil
darinya. Kemudian dikatakan kepadanya : Amat jauh karena telah terlambat.
Akhirnya dia pun hanya bingung dan menyesal selamanya, karena dahulu dia
mengabaikan dalam mencari bekal sebelum jaringnya dicabut darinya. Oleh karena
itulah Rasulullah SAW bersabda : “ Dan pergunakanlah hidupmu sebelum datang
kematianmu, sungguh tiada daya dan kekuatan kecuali dari pertolongan Allah.”
Para Ulama mengatakan yang intinya, “
Janganlah kamu condong kepada dunia dan menjadikannya sebagai tempat tinggal.
Dan janganlah membisikkan kepada dirimu bahwa kamu akan tinggal begitu lama di
dalamnya, dan mencurahkan perhatian kepadanya. Dan janganlah terikat dengannya
kecuali sebatas apa yang diperlukan oleh orang asing yang tinggal di negeri
lain. Dan janganlah kamu menyibukkan diri dengan hal-hal yang biasanya orang
asing yang hendak pulang menuju keluarganya tidak ambil peduli.”
C. dan bila..
Anda mungkin berharap bahwa dunia
menjauhi Anda atau mungkin Anda merasa tidak akan mampu jika dijauhi dunia.
Sungguh Allah tidak mengharamkan dunia yang diperoleh dengan halal dan baik,
tetapi jangan sampai dunia ini memperdaya Anda sehingga Anda lupa bahwa
kematian telah menunggu. Beramallah ! Beramallah !
Ada sebuah kisah indah yang diceritakan
oleh Abu Hurairah r.a, beliau berkata :
“ Demi Allah yang tiada sesembahan yang
haq kecuali Dia. Aku pernah mengikatkan batu di perutku karena lapar. Sungguh
pada suatu hari aku pernah duduk di jalan yang dilewati orang-orang. Kemudian
Nabi SAW melewati saya. Beliau mengetahui apa yang ada di raut muka saya dan
apa yang ada dalam diri. Kemudian Beliau bersabda : “ Hai Abu Hirr.” Saya jawab
: “ Labbaik yang Rasulullah.” Beliau bersabda : “ Ikuti Aku !” Beliau berjalan
maka saya mengikutinya, Beliau masuk rumah, lalu saya minta izin masuk dan saya
diizinkan, maka saya masuk. ( Di situ ) Beliau menemukan susu dalam sebuah
mangkuk, Beliau lalu bertanya : “ Dari manakah susu ini ?” Mereka menjawab : “
Fulan atau Fulanah menghadiahkan untuk Anda .” Beliau berkata : “ Hai Abu
Hirr.” Saya menjawab : “ Labbaik ya Rasulullah.” Beliau bersabda : “ Pergilah
ke ahli shuffah, undanglah mereka kemari.” Abu Hurairah berkata : “ Ahlu
Shuffah itu tamu-tamu Islam, mereka tidak memiliki keluarga, harta atau
saudara. Apabila Rasulullah SAW mendapatkan sedekah, Beliau langsung mengirim
kepada mereka, tanpa mengambil sedikitpun darinya. Dan apabila Beliau
mendapatkan hadiah maka Beliau mengirimkan kepada mereka dan mengambil bagian
daripadanya serta Beliau ikut makan bersama mereka.” Maka hal itu membuat tidak
enak dalam hati saya : “ Mengapa susu ini diberikan kepada ahli shuffah ?” Saya
seharusnya lebih berhak untuk mendapatkan bagian satu teguk dari susu ini agar
saya bisa kuat. Jika mereka datang dan Beliau memerintah saya untuk memberikan
kepada mereka, bisa jadi saya tidak mendapatkan bagian dari susu ini. Tetapi
taat kepada Allah dan Rasul Nya adalah pasti ( tidak bisa tidak / ditawar ).
Maka saya mendatangi mereka dan mengundang mereka. Mereka pun datang dan
meminta izin. Beliau mengizinkan mereka dan merekapun mengambil tempat duduk di
rumah itu. Beliau bersabda : “Hai Abu Hirr.” Saya jawab : “Labaik ya
Rassullullah.” Beliau bersabda : “ Ambillah lalu berikan kepada mereka.” Dia
berkata : “Saya segera mengambil mangkok tersebut lalu saya berikan kepada
seseorang, hingga minum puas. Kemudian dia mengembalikan mangkok kepadaku, lalu
saya berikan kepada orang lain, diapun minum hingga puas, kemudian dia
mengembalikan mangkok kepadaku, hingga akhirnya saya memberikan kepada
Rasulullah SAW. –setelah semua orang puas- Beliau mengambil mangkok lalu
meletakkannya di atas tangannya. Beliau memandang saya lalu tersenyum. Beliau
berkata : “Hai Abu Hirr.” Saya jawab : “Labaik ya Rassullullah.” Beliau berkata
: “Tinggal Aku dan kamu.” Saya katakan : “Anda benar ya Rasulullah.” Beliau
bersabda : “Duduklah lalu minumlah.” Maka saya duduk lalu minum. Beliau tidak
berhenti mengucapkan :”Minumlah.” Sampai saya berkata : “Tidak demi Allah yang
mengutus Anda dengan kebenaran, saya tidak mendapatkan lagi tempat untuknya (di
perutku).” Beliau bersabda : “Perlihatkanlah (mangkok itu) padaku.” Maka saya
memberikannya kepada Beliau. Beliau lalu memuji Allah, menyebut nama Nyadan
meminum susu yang tersisa.” ( HR. Bukhari ).
Sungguh sebuah kisah yang menawan
tentang orang yang paling menawan akhlaknya dan yang tahu mana yang
diprioritaskan. Seperti dalam sabda Beliau : “Seandainya saya memiliki emas
sebesar gunung Uhud tentu Aku bergembira manakala tidak sampai lewat tiga hari
pada emas itu aku tidak memilikinya sedikitpun kecuali beberapa dinar yang aku
simpan untuk keperluan hutang.” ( HR. Bukhari-Muslim ). Sungguh benar pula jika
zuhud terhadap dunia membuat Allah mencintainya, dan juga sikap zuhudnya
terhadap apa yang di tangan manusia sehingga berjuta orang mencintainya hingga
saat ini.
Juga kita lihat salah seorang dari
hasil didikan Rasulullah yang berjiwa besar dalam mentaati perintah Baliau SAW.
Benar pula jika generasi sahabat adalah generasi terbaik umat ini. Tetapi di
lain pihak Allah berfirman :
“Adapun orang yang memberikan (hartanya
di jalan Allah) dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik
(surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” ( QS. Al
Lail : 5-7 )
.
Nabi SAW juga bersabda dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a.:
“Tidak boleh hasad kecuali kepada dua nikmat ; orang yang diberi Al Qur’an oleh
Allah maka dia menegakkannya disaat-saat malam dan disaat-saat siang dan
seseorang yang diberi harta kemudian dia menginfaqkannya disaat-saat malam dan
disaat-saat siang.” ( HR. Bukhari-Muslim ).
Siapapun Anda dan apapun cita-cita Anda
maka ingatlah bahwa kita hanya sebentar di dunia ini. Jadilah muslim yang
bermanfaat bagi saudaranya. Berlomba-lombalah dalam kebajikan. Bijaklah dalam
menjalani kehidupan ini. Sikap Qona’ah, ‘iffah serta hemat akan membahagiakan
hati Anda. Rasulullah juga pernah bersabda :
“Sungguh beruntung orang yang telah
masuk Islam dan diberi rizki yang cukup serta dijadikan puas oleh Allah
terhadap apa yang telah dianugerahkan kepadanya.” (HR. Muslim).
Sebelum saya menutup pembahasan ini
mari kita dengar nasehat ulama rabbani Imam Ibnu Al Jauziy :
Saya memperhatikan perihal orang-orang
yang memiliki keutamaan. Saya mendapati umumnya mereka tidak banyak memiliki
harta benda. Saya memperhatikan juga dunia memang selalu berada di tangan
orang-orang yang mencintainya. Saya melihat manusia-manusia utama menyayangkan
diri mereka, mengapa mereka tidak memiliki apa yang telah dicapai oleh
manusia-manusia yang tidak sempurna itu, “Alangkah naifnya engkau. Engkau
melakukan banyak kesalahan.”
Pertama, jika Anda memiliki semangat
untuk menggapai dunia, maka bangkitlah dan berusahalah untuk menggapainya,
niscaya Anda tak akan terus menerus mengeluh. Sesungguhnya ketika Anda
bermalas-malasan sambil berharap memperoleh apa yang diperoleh oleh orang lain
selain engkau yang bersungguh-sungguh, adalah tindakan bodoh dan pertanda
kelemahan jiwa Anda.
Kedua, sesungguhnya dunia ini hanya
untuk dilalui dan bukan untuk diramaikan. Hal itu tentunya telah Anda ketahui
dan pahami. Apa yang dicapai oleh orang-orang yang sangat cinta akan dunia
hanyalah akan menyakitkan badan dan merusak agamanya. Jika Anda tahu akan hal
itu, kemudian Anda meratapi hilangnya sesuatu yang tidak sepatutnya Anda
miliki, maka kesedihan itu akan menyiksa Anda, karena kelak Anda akan
mengetahui maslahat dibalik kehilangan itu. Bersabarlah menerima kesedihan itu
sebagai balasan kini, agar Anda selamat dari siksa yang datang kemudian.
Ketiga, pastilah Anda mengetahui betapa
sedikitnya kenikmatan duniawi yang diberikan kepada manusia, jika dibandingkan
dengan apa yang dirasakan oleh binatang. Makhluk Allah itu tampaknya lebih
banyak menerima kenikmatan daripada yang manusia dapatkan. Binatang bahkan
memperolehnya dengan tenang, sedangkan Anda mendapatkannya dengan penuh
kekhawatiran. Oleh karena itu, jika bagian harta Anda dilipatgandakan seperti
yang Anda kehendaki, maka Anda akan bersama kelompok hewan dan binatang itu.
Di satu sisi, keinginan Anda akan dunia
akan mengalihkan perhatian Anda dari hal-hal yang mulia, sedangkan ringannya beban
duniawi akan menggerakkan Anda untuk meraih martabat yang mulia. Jika Anda
lebih memilih untuk mengedepankan sesuatu yang berlebihan, maka Anda akan
kembali kepada kondisi seperti dahulu Anda tiada berilmu dan pilihan Anda akan
kacau.
Kesimpulannya; Dunia ini menjadi arena
ujian dan cobaan, maka hendaklah akal dikedepankan. Barang siapa yang menyerah
kepada hawa nafsunya, ia akan sangat mudah celaka. Ini yang berhubungan dengan
badan dan dunia. Kini coba Anda lakukan perbandingan pada hal-hal yang bersifat
ukhrawi.
“Maka bertaqwalah kamu kepada Allah dan
lakukanlah cara yang baik dalam pencarianmu.” (HR. Ibnu Majah dan Al Hakim).
Saya menulis hal ini bukan mengajak
Anda meninggalkan semua yang ada di dunia, tapi mari kita ingat firman Allah :
“Dan carilah pada apa yang Telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan..” (QS. Al Qashash : 77).
Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntu” (QS. Jumuah : 10).
Firman Allah sungguh sangat jelas
menyuruh kita untuk bersegera untuk akherat tapi jangan sampai meninggalkan
bagian di dunia. Bahkan Allah menekankan, “ carilah karunia Allah
sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.”
Nabi juga pernah bersabda :
“Sesungguhnya bekerja mencari rizki
yang halal itu merupakan kewajiban setelah ibadah fardhu.” (HR. Thabrani &
Baihaqy).
Juga jangan sampai kita di dunia ini
merendahkan diri kita dengan meminta-minta atau menjadi beban bagi orang lain.
Umar bin Khatab pernah berkata pada ahli Qira’ah,”wahai ahli Qira’ah,
berlombalah dalam kebaikan, dan carilah karunia dan rizki Allah, janganlah
kalian menjadi beban hidup orang lain.”
Hanya kebaikanlah yang saya harap dari tulisan
ini
No comments:
Post a Comment