Wednesday, 13 February 2013

Taqwa


Taqwa
Muadz bin jabal r.a adalah seorang sahabat yang mempunyai keduduka yang sangat tinggi di sisi rasulullah SAW karena baliau SAW pernah bersabda kepadanya,” Hai Mu’adz, sesungguhnya aku mencintaimu.”
Mari kita mengingat apa yang disabdakan Nabi kepada Mu’adz ketika menugaskan sebagai duta ke negeri Yaman :
“hai mu’adz, bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada dan iringilah keburukan dengan kebaikan,niscaya kebaikan akan dapat menghapuskannya dan perlakukanlah orang lain dengan akhlak yang baik!”
Padahal Mu’adz adalah sahabat besar dan termasuk pimpinan kaum serta salah seorang yang paling ‘alim masalah halal & haram.nabi SAW sangat percaya kepadanya dan mengutusnya ke berbagai wilayah yang cukup banyak,termasuk negeri Yaman yang mengangkatnya sebagai qadhi dan hakim.Pada hari kiamat nanti,semua ‘ulama dihimpunkan dibawah panji mu’adz bin jabal.
Sahabat Ibnu mas’ud yang termasuk sahabat muhajirin pernah berkata tentang Mu’adz,”sesungguhnya Mu’adz adalah pemimpin yang patuh kepada Allah lagi hanif dan dia bukan orang-orang yang musyrik.Meskipun ke’aliman Mu’adz sehebat itu.nabi tetap berpesan,”Bertaqwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada...”Sehebat apakah kata taqwa sehingga sahabat sekaliber mu’adz bin Jabal masih membutuhkan nasehat untuk bertaqwa?
”Umar ra. Pernah bertanya kepada ubay bin ka’ab ra:”Apakah taqwa itu?”Ubay balik bertanya:”Wahai Amirul mukminin, pernahkah engkau menempuh jalan yang banyak anak durinya?
Umar menjawab:”ya, pernah.” Ubay bertanya:”Lalu apakah yang engkau lakukan? “Umar menjawab:”Aku angkat betisku seraya memandang ke tempat-tampat yang telah ddinjak oleh telapak kakiku, lalu aku memajukan salah satu kakiku atau memundurkan yang lainnya karena aku takut bila kakiku tertusuk duri.” Ubay bin ka’ab pun barkata:”demikianlah gambaran taqwa, yaitu menyingsingkan lengan baju untuk mengerjakan keta’atan, membedakan mana yang halal dfan mana yang haram, bersikap hatio-hati agra tidak tergelincir dan senantiasa merasa takut Tuhan Yang Maha besar Lagi Maha Tinggi.”
Sedangkan lafadz at taqwa adalah bentuk isim at-tuqo, sedangkan bentuk masdarnya adalah at-ittiqo diambil dari materi waqa.Berasal dari al-wiqoyah yang artinya sesuatu yang dijadikan sarana pelindung oleh manusia untuk menghindari diri dari sesuatu yang membahayakan. Dengan demikian al-wiqoyah artinya pelindung sesuatu.
Ibnu rajab telah mengatakan bahwa pengertrian asal taqwa ialah bila seseorang hamaba membuat pelinadung antara dirinya dan hal-hal yang ditakuti dan diwaspadai agar terhindar darinya.
Imam Ibnul Qoyyim sehubungan dengan definisi taqwa menurut pengertian syari’at telah mengatakan bahwa hakikat taqwa itu ialah mengerjakan keta’atan kepada Allah karena Iman dan mengharapkan pahala-Nya,baik yang berkaitan dengan perintah maupun larangan.Oleh karena itu, seseorang hamba yang bertaqwa akan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah, karena beriman kepada Dia yang memerintahkannya dan mempercayai akan janji-Nya. Dia meninggalkan apa yangdilarang oleh-Nya karena beriman kepada dia yang melarang dan takut akan ancamannya.
Pengertian taqwa itu mengandung tiga tingkatan:
1.Menghindarkan diri dari berbagai penyebab yang dapat mengekalkan pelakunya di dalam neraka, yaitu kesyirikan dan kekafiran dengan cara mengikuti ajaran dan memurnikannya.
2.Menghindarkan diri dari segala hal yang mendatangkan adzab di dalam neraka meskipun hanya sebentar, baik berupa dosa-dosa besar maupun dosa-dosa kecil yang sudah dikenal dalam istilah syari’at.
3.hendaknya seorang hamba enggan melakukan hal-hal yang memalingkan dirinya dari Allah meskipun hal itu berupa perkara yang diperbolehkan, sebab dapat memalingkan perhatiannya dari menempuh jalan Allah atau memperlambat perjalanannya.Dan hal ini merupakan tingkatan yang dapat diraih oleh orang-orang yang sempurna ketaqwaannya lagi mempunyai kedudukan yang tinggi, karena sesungguhnya menyibukkan diri dengan hal-hal yang diperbolehkan dapat memalingkan kalbu pelakunya dari Allah, dan ada kalanya akan membuat klbunya menjadi keras, sehingga dengan mudah ia dapat terjerumus ke dalam berbagai hal yang dimakruhkan dan lambat laun tidak menutup kemungkinan bila pelakunya akan terjerumus ke dalam hal-hal yang haram.
Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan jangan sekali-kali kamu mati kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam(QS Ali Imrain:102)
“dan perihalah dirimu dari (adzab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada allah, kemudian masing-masing diri diberi balasan yang smpurna atas apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan) ‘(QS albaqoroh:281)
Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa. Jagalah diri anda dari api neraka! Jagalah anda dari dosa-dosa meskipun hanya dosa kecil karena gunung adalah kumpulan dari batu kerikil.Berhati-hatilah dalam menjalani hidup seperti kehatia-hatian Anda ketika berjalan di hutan penuh duri. Pakailah perisai taqwa Anda sebelum panah iblis menembus dada Anda.
‘takutlah  kepada Yang Maha Agung Allah Swt. Mengamalkan wahyu yang diturunkan-Nya artinya mengaku dirinya bertaqwa kepada Allah, kemudian tidak menganal dengan cara apa ia bertaqwa dan taqwanya bukan berdasarkan keterangan dari Al Kitab dan sunnah, berarti dia bukanlah seorang yang bertaqwa. Puas dengan sedikit rizqi, artinya Anda tidakk menjadikan dunia sebagai pusat peerhatian Anda, tetapi cukup bagi Anda darinya sebagaimana apa yang dianggap cukup oleh seorang musafir. Berbekalah untuk hari keberangkatan yakni hari kemudian dalam kehidupan yang kekal.  Demikian nasehat Ali bin Abi Thalib ketika beliau ditanya tentang taqwa.
Bertaqwalah karena sabaik-baiknya bekal adalah taqwa dan semoga kita beruntung menjadi golongan orang-ornag yang bertaqwa. Amin.

No comments:

Post a Comment

Al Fatihah Bagian 4

Tadabur Al Fatihah bagian ke 4 ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ Tunjukilah kami jalan yang lurus, Permintaan yang diajarkan Allah yang per...