Taqwa
Muadz bin jabal r.a adalah seorang
sahabat yang mempunyai keduduka yang sangat tinggi di sisi rasulullah SAW
karena baliau SAW pernah bersabda kepadanya,” Hai Mu’adz, sesungguhnya aku
mencintaimu.”
Mari kita mengingat apa yang disabdakan
Nabi kepada Mu’adz ketika menugaskan sebagai duta ke negeri Yaman :
“hai mu’adz, bertaqwalah kepada Allah
dimanapun kamu berada dan iringilah keburukan dengan kebaikan,niscaya kebaikan
akan dapat menghapuskannya dan perlakukanlah orang lain dengan akhlak yang
baik!”
Padahal Mu’adz adalah sahabat besar dan
termasuk pimpinan kaum serta salah seorang yang paling ‘alim masalah halal
& haram.nabi SAW sangat percaya kepadanya dan mengutusnya ke berbagai
wilayah yang cukup banyak,termasuk negeri Yaman yang mengangkatnya sebagai
qadhi dan hakim.Pada hari kiamat nanti,semua ‘ulama dihimpunkan dibawah panji
mu’adz bin jabal.
Sahabat Ibnu mas’ud yang termasuk
sahabat muhajirin pernah berkata tentang Mu’adz,”sesungguhnya Mu’adz adalah
pemimpin yang patuh kepada Allah lagi hanif dan dia bukan orang-orang yang
musyrik.Meskipun ke’aliman Mu’adz sehebat itu.nabi tetap berpesan,”Bertaqwalah
kamu kepada Allah dimanapun kamu berada...”Sehebat apakah kata taqwa sehingga
sahabat sekaliber mu’adz bin Jabal masih membutuhkan nasehat untuk bertaqwa?
”Umar ra. Pernah bertanya kepada ubay
bin ka’ab ra:”Apakah taqwa itu?”Ubay balik bertanya:”Wahai Amirul mukminin,
pernahkah engkau menempuh jalan yang banyak anak durinya?
Umar menjawab:”ya, pernah.” Ubay
bertanya:”Lalu apakah yang engkau lakukan? “Umar menjawab:”Aku angkat betisku
seraya memandang ke tempat-tampat yang telah ddinjak oleh telapak kakiku, lalu
aku memajukan salah satu kakiku atau memundurkan yang lainnya karena aku takut
bila kakiku tertusuk duri.” Ubay bin ka’ab pun barkata:”demikianlah gambaran
taqwa, yaitu menyingsingkan lengan baju untuk mengerjakan keta’atan, membedakan
mana yang halal dfan mana yang haram, bersikap hatio-hati agra tidak
tergelincir dan senantiasa merasa takut Tuhan Yang Maha besar Lagi Maha
Tinggi.”
Sedangkan lafadz at taqwa adalah bentuk
isim at-tuqo, sedangkan bentuk masdarnya adalah at-ittiqo diambil dari materi
waqa.Berasal dari al-wiqoyah yang artinya sesuatu yang dijadikan sarana
pelindung oleh manusia untuk menghindari diri dari sesuatu yang membahayakan.
Dengan demikian al-wiqoyah artinya pelindung sesuatu.
Ibnu rajab telah mengatakan bahwa
pengertrian asal taqwa ialah bila seseorang hamaba membuat pelinadung antara
dirinya dan hal-hal yang ditakuti dan diwaspadai agar terhindar darinya.
Imam Ibnul Qoyyim sehubungan dengan
definisi taqwa menurut pengertian syari’at telah mengatakan bahwa hakikat taqwa
itu ialah mengerjakan keta’atan kepada Allah karena Iman dan mengharapkan
pahala-Nya,baik yang berkaitan dengan perintah maupun larangan.Oleh karena itu,
seseorang hamba yang bertaqwa akan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh
Allah, karena beriman kepada Dia yang memerintahkannya dan mempercayai akan
janji-Nya. Dia meninggalkan apa yangdilarang oleh-Nya karena beriman kepada dia
yang melarang dan takut akan ancamannya.
Pengertian taqwa itu mengandung tiga
tingkatan:
1.Menghindarkan diri dari berbagai
penyebab yang dapat mengekalkan pelakunya di dalam neraka, yaitu kesyirikan dan
kekafiran dengan cara mengikuti ajaran dan memurnikannya.
2.Menghindarkan diri dari segala hal
yang mendatangkan adzab di dalam neraka meskipun hanya sebentar, baik berupa
dosa-dosa besar maupun dosa-dosa kecil yang sudah dikenal dalam istilah
syari’at.
3.hendaknya seorang hamba enggan
melakukan hal-hal yang memalingkan dirinya dari Allah meskipun hal itu berupa
perkara yang diperbolehkan, sebab dapat memalingkan perhatiannya dari menempuh
jalan Allah atau memperlambat perjalanannya.Dan hal ini merupakan tingkatan
yang dapat diraih oleh orang-orang yang sempurna ketaqwaannya lagi mempunyai
kedudukan yang tinggi, karena sesungguhnya menyibukkan diri dengan hal-hal yang
diperbolehkan dapat memalingkan kalbu pelakunya dari Allah, dan ada kalanya
akan membuat klbunya menjadi keras, sehingga dengan mudah ia dapat terjerumus
ke dalam berbagai hal yang dimakruhkan dan lambat laun tidak menutup
kemungkinan bila pelakunya akan terjerumus ke dalam hal-hal yang haram.
Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman,
bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan jangan
sekali-kali kamu mati kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam(QS Ali
Imrain:102)
“dan perihalah dirimu dari (adzab yang
terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada allah,
kemudian masing-masing diri diberi balasan yang smpurna atas apa yang telah
dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan) ‘(QS
albaqoroh:281)
Bertaqwalah kepada Allah dengan
sebenar-benar taqwa. Jagalah diri anda dari api neraka! Jagalah anda dari
dosa-dosa meskipun hanya dosa kecil karena gunung adalah kumpulan dari batu
kerikil.Berhati-hatilah dalam menjalani hidup seperti kehatia-hatian Anda
ketika berjalan di hutan penuh duri. Pakailah perisai taqwa Anda sebelum panah
iblis menembus dada Anda.
‘takutlah kepada Yang Maha Agung
Allah Swt. Mengamalkan wahyu yang diturunkan-Nya artinya mengaku dirinya
bertaqwa kepada Allah, kemudian tidak menganal dengan cara apa ia bertaqwa dan
taqwanya bukan berdasarkan keterangan dari Al Kitab dan sunnah, berarti dia
bukanlah seorang yang bertaqwa. Puas dengan sedikit rizqi, artinya Anda tidakk
menjadikan dunia sebagai pusat peerhatian Anda, tetapi cukup bagi Anda darinya
sebagaimana apa yang dianggap cukup oleh seorang musafir. Berbekalah untuk hari
keberangkatan yakni hari kemudian dalam kehidupan yang kekal. Demikian
nasehat Ali bin Abi Thalib ketika beliau ditanya tentang taqwa.
Bertaqwalah karena sabaik-baiknya bekal
adalah taqwa dan semoga kita beruntung menjadi golongan orang-ornag yang
bertaqwa. Amin.
No comments:
Post a Comment