Niat Yang Ikhlas
Seorang pengembara seharusnya memiliki
tujuan yang akan ditujunya.Niat merupakan tolok ukur keabsahan setiap
amal.Ulama’ salaf pun senang meniatkan semua kegiatan hidupnya untuk beribadah
meraih ridho Allah karena itulah alasan manusia diciptakan.Niat yang benar
merupakan salah satu amal yang benar,maka jika jika niatnya rusak maka
jelaslahnkerusakan amal.Amal yang disertai niat ( yang benar) mempunyai tiga
keadaan:
Pertama,mengerjakan suatu amalan karena
takut kepada Allah ta’ala. Ini adalah ibadah para hamba sahaya.
Kedua,mengerjakan amalan tersebut untuk
mendapatkan surga dan pahala.ini adalah ibadah pedagang.
Ketiga,mengerjakan amalan tersebut
karena malu kepada Allah ta’la,selain itu untuk menunaikan kewajiban beribadah
dan sebagai cerminan rasa syukur sembari melihat kekurangan dirinya serta
hatinya selalu khawatir karena dirinya tidak tahu apakah amalnya diterima atau
tidak.ini adalah ibadahnya orang merdeka.Ibadah jenis ini telah diisyaratkan
Rosulullah ketika ditanya Aisyah mengapa beliau beliau shalat malam sampai
telapak kakinya pecah-pecah,dan jawaban beliau: “Bukankah aku harus menjadi
hamba yang bersyukur.”(HR.Bukhori-Muslim)
Tiga amalan ini hanya dilakukan oleh
orang-orang yang ikhlas.Lafadz ikhlas menunjukkan pengertian jernih,bersih dan
suci dari campuran dan pencemaran.Sesuatu yang murni artinya bersih tanpa ada
campuran, baik yang bersifat materi ataupun non materi. Dikatakan,”Aku
memurnikan keta’atanku hanya kepada Allah.” Artinya hanya ditujukan karena
Allah tanpa riya’. Al-Fa’iruzabadi mengatakan,”Ikhlas karena Allah.”artinya
meninggalkan riya’ dan pamer.
Ikhlas merupakan istilah
tauhid.Orang-orang yang ikhlas adalah mereka yang mengesakan Allah dan
merupakan hamba-hamba-Nya yang terpilih.Adapun pengertian ikhlas menurut
pengertian syara’adalah seperti yang diungkapakan Ibnu Qoyim rahimahumullah
berikut:” Mengesakan Allah yang Hak dalam berniat melakukan keta’atan,bertujuan
hanya kepada-Nya tanpa mempersekutukannya dengan sesuatu apapun.”
Adapun ungkapan ulama’ salaf
rahimahumullah sehubungan dengan pengertian ikhlas antara lain:
1.Melakukan amal karena Allah
semata,tiada bagian bagi selain Allah di dalamnya.
2.Mengasakan Allah yang Hak dalam
berniat melakukan keta’tan.
3.Membersihkan amal dari perhatian
makhluk.
4.membersihkan amalk dari setiap
pencemaran yang dapat mengeruhkan kemurniannya.
Orang yang ikhlas adalah seorang yang
tidak peduli meskipun semua penghargaan dalam kalbu orang lain lenyap kalau
harus demikian jalannya,demi meraih kebaikan hubungan kalbunya dengan Allah ,
sedang dia tidak menginginkan sama sekali ada orang lain yang mengetahui
amal kebaikannya barang seberat dzarah pun.Allah SWT telah
berfirman:”Katakanlah.”Hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan
keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan)agamaku.”(QS Azzumar:14)
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku ,
ibadahku , hidupku dan matiku , hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam , tiada
sekutu baginya , dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah
orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”(QS:Al An’aam;162-163)
Keikhlasan kadang diikuti penyakit
ujub.Maka dari itu jika anda merasa bangga dengan amalannya,maka terhapuslah
kadang juga tercampur dengan riya’ sehingga mengotori tauhid anda. Al Fudhail
Ibnu ‘Iyadh berkata,”Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’,sedangkan
mengerjakan amalan karena manusia adalah syirik.Ikhlas adalah jika Allah
menyelamatkan dirimu dari keduanya”Makna ucapan beliau adalah jika anda
bertekat bulatmengerjakan suatu ibadah namun anda meninggalkannya karena
khawatir akan dipuji orang maka hal itu adalah riya’.Namun anda meninggalkannya
untuk mengerjakannya di tempat sepi yang tidakterlihat orang maka itu
disunahkan dengan syarat amalan itu bukan amalan wajib seperti shlat lima waktu
atau zakat wajib.Atau bukan seorang ‘alim yang diteladani.Jika syarat itu
dipenuhi maka mengerjakan amal dengan terang-terangan itu lebih utama .Demikian
pula jika anda melakukan amal karena seseorang maka itu termasuk syirik.Dalam sebuah
hadits qudsi Allah ta’ala berfirman,”Aku adalah dzat yang paling tidak
membutuhkan persekutuan.Oleh karena itu barang siapa mengerjakan suatu amalan
yang ia persekutukan untuk-Ku bersama selain-Ku mak Aku terlepas dari
dirinya.”(HR.Muslim,Ibnu Majah,Ahmad dan Aththaya lisi).Semoga kita terhindar
dari ujub,riya’ dan sum’ah (Melakukan sembunyi kemudian menceritakan kepada
orang lain). Ikhlaslah dalam beribadah,menjalani ibadah dan menghadapi cobaan.
No comments:
Post a Comment