Friday 4 November 2022

Keteladanan dalam Mendidik Anak

Dalam sebuah hadits diceritakan

Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dia berkata;

سَمِعْتُ أَبِي يَدْعُو بِهَذَا الدُّعَاءِ اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَدَنِي اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ ، تُعِيدُهَا ثَلَاثًا حِينَ تُصْبِحُ وَثَلَاثًا حِينَ تُمْسِي ، وَتَقُولُ : اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنت ، تُعِيدُهَا حِينَ تُصْبِحُ ثَلَاثًا وَثَلَاثًا حِينَ تُمْسِي , قَالَ: نَعَمْ يَا بُنَيَّ إِنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو بِهِنَّ فَأُحِبُّ أَنْ أَسْتَنَّ بِسُنَّتِهِ
. رواه أحمد (19917) وأبو داود (5090)


“Ya Allah, sehatkanlah badanku, sehatkanlah pendengaranku, sehatkanlah mataku, tiada Tuhan –yang berhak disembah- kecuali Engkau”. Anda mengulanginya sebanyak tiga kali pada pagi hari dan tiga kali pada sore hari. Anda juga berkata: “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran, Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur, tiada Tuhan –yang berhak disembah- kecuali Engkau, anda mengulanginya sebanyak tiga kali pada pagi hari dan sore hari, beliau menjawab: “Ya, wahai anakku, saya telah mendengar Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berdoa seperti itu dan saya menyukai untuk mengikuti sunnah beliau” ( HR Ahmad dan Abu Dawud) 

Abu Bakrah ats-Tsaqafi adalah seorang sahabat yang mulia. Seorang penghafal hadits. Namanya adalah Nafi' bin al-Harits. Ada juga yang mengatakan Nafi' bin Masruh. Lalu mengapa dikenal dengan kun-yah Abu Bakrah? Saat benteng Thaif dikepung oleh kaum muslimin di Perang Thaif, Nafi' menyelamatkan diri memanjat dinding benteng dengan bakrah (tali sumur). Kemudian ia berlari menuju Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dia adalah seorang budak lalu Nabi memerdekakannya.

Ibnu al-Madini mengatakan, "Namanya adalah Nafi' bin al-Harits seperti yang dikatakan Ibnu Saad."

Terdapat sebuah Riwayat dari al-Mughirah dari Syabbak dari seseorang bahwa orang-orang Tsaqif meminta kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengembalikan status Abu Bakrah sebagai budak. Rasulullah berkata pada mereka, "Tidak. Dia dimerdekakan oleh Allah dan Rasul-Nya."

Ibnu Asakir mengatakan, "Abu Bakrah bin al-Harits bin Kildah bin Amr. Ada juga yang mengatakan, ia adalah budak dari al-Harits bin Kildah. Kemudian ia memanjat benteng dengan bakrah (tali sumur). Sejak hari itu dia dikun-yahi Abu Bakrah. Namun Abu Bakrah menyebut dirinya sebagai mantan budak dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ia mengatakan, "Aku adalah Abu Bakrah maula (bekas budak) Rasulullah. Kalau orang-orang menolak hal itu. Dan hanya mau memanggilku dengan nasabku maka aku adalah Nafi' bin Masruh."

Tali sumur itu penuh kenangan. Melantarinya selamat dari kepungan kemudian bertemu Rasulullah. Memeluk Islam dan merdeka dari perbudakan. Sehingga wajar bakrah itu mengakrabi panggilannya. Dijadikan kun-yah dan kun-yah adalah sapaan penghormatan.

Beliau adalah sahabat mulia yang melihat Rasulullullah menjadi teladan dalam amal. Sebagaimana dalam hadits di atas 

إِنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو بِهِنَّ 

Beliau mendengar Nabi mengamalkan doa tersebut dan kemudian di amalkan secara istiqomah. Hal ini membuat anaknya Abdurahman tertarik untuk menanyakan hal tersebut. Mengapa sang Ayah mengamalkan doa tersebut secara terus menerus. 

Kemudian beliau menjawab dengan jawaban yang seharusnya kita lakukan juga, yaitu menyandarkan amalan kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. 

نَعَمْ يَا بُنَيَّ إِنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو بِهِنَّ فَأُحِبُّ أَنْ أَسْتَنَّ بِسُنَّتِهِ
“Ya, wahai anakku, saya telah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa seperti itu dan saya menyukai untuk mengikuti sunnah beliau” 

Beliau mengajarkan kecintaan kepada Nabi dan mengajarkan cara mencintai Nabi dengan satu kalimat yang sederhana. 

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dalam hadits di atas :

1. Seorang pendidik harus menjadi teladan bagi anak didiknya, bahkan keteladanan ini seharusnya mendahului apa yang di katakan. 
2. Keteladanan adalah hal yang efektif dalam menanamkan dan mengajarkan adab dan akhlak bagi anak didik. 
3. Menyandarkan apa yang disampaikan kepada Allah dan RasulNya dengan menyampaikan dalil dari Al Quran atau Hadits. 

Wallahua'lam
Temanggung, 4 November 2022
Ta' Rouf Yusuf

Bersegera dalam Kebaikan

Allah Ta’ala berfirman,

فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ

Berlomba-lombalah dalam kebaikan.” (QS. Al Baqarah: 148). 

Ayat ini merupakan perintah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, dan perintah ini lebih dalam daripada sebatas perintah mengerjakan kebaikan. Dalam perintah ini mengandung perintah mengerjakannya, menyempurnakannya, melakukannya sebaik mungkin dan bersegera kepadanya. Barangsiapa yang bersegera kepada kebaikan ketika di dunia, maka dia adalah orang yang lebih dulu ke surganya. Oleh karena itu, mereka yang berlomba-lomba dalam kebaikan adalah orang yang paling tinggi derajatnya. Dan kata الْخَيْرَاتِ "kebaikan" di sini mencakup semua amalan fardhu maupun sunat, baik berupa shalat, puasa, zakat, hajji, Umrah, jihad, yang bermanfa'at bagi orang lain maupun sebatas untuk diri sendiri.

Begitu juga Allah Ta’ala berfirman,

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran: 133).

Di dalam hadits juga disebutkan perintah untuk bersegera dalam kebaikan yaitu perintah untuk menduduki shaf pertama. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا

Sebaik-baik shaf laki-laki adalah shaf pertama dan yang jelek adalah yang terakhir. Sebaik-baik shaf perempuan adalah yang terakhir dan yang jelek adalah yang awal.” (HR. Muslim no. 440). 

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

Bersegeralah melakukan amalan sholih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia” (HR. Muslim) 

Dari dalil di atas menunjukkan perintah untuk segera melakukan kebaikan.Namun kadang manusia malas untuk bersegera dan cenderung menunda-nunda amal. 

Padahal menunda amal shaleh merupakan bala tentara Iblis yg membinasakan banyak manusia. Sebagaimana disebutkan dalam kitab HilyatulAuliya’ wa Thabaqat Al Ashfiya, "Aku mendapati bahwa menunda-nunda kebaikan adalah salah satu dari tentara Iblis, ia telah membinasakan banyak makhluk-makhluk Allah.”

Iblis sangat senang melihat manusia terpedaya dengan melakukan berbagai penundaan, sehingga kita perlu untuk melawan nafsu & keinginan dalam menunda kebaikan.

Oleh karena itu jangan lah kita menunda-nunda amalan hari ini hingga besok, Seandainya besok itu tiba, mungkin saja kita akan kehilangan kesempatan itu.

Al Hasan Al Bashri berkata, “Hati-hati dengan sikap menunda-nunda. Engkau sekarang berada di hari ini dan bukan berada di hari besok. Jika besok tiba, engkau berada di hari tersebut dan sekarang engkau masih berada di hari ini. Jika besok tidak menghampirimu, maka janganlah engkau sesali atas apa yang luput darimu di hari ini.”

Sesungguhnya seseorang tidak mampu menjamin bahwa dia akan bertemu dengan hari esok. Maka menunda-nunda amal harusnya menjadi pantangan untuk dikerjakan oleh orang yang beriman pada Allah. Hal ini di karenakan seakan-akan orang yg menunda amal ini seperti seorang yang sombong yang mampu menjamin bahwa ia akan hidup sampai esok hari.

Sebaiknya seorang mukmin selalu bersegera berbuat kebaikan dan jangan menunggu-nunggu apa lagi menundanya, hari ini untuk beramal, insyaAllah esok kita akan menuai hasilnya. 

Dari Abu Ishaq, ada yang berkata kepada seseorang dari ‘Abdul Qois, “Nasehatilah kami.” Ia berkata, “Hati-hatilah dengan sikap menunda-nunda (nanti dan nanti).”

Dari Abdullah bin Abdil Malik, beliau berkata, “Kami suatu saat berjalan bersama ayah kami di atas tandunya. Lalu dia berkata pada kami, ‘Bertasbihlah sampai di pohon itu.’ Lalu kami pun bertasbih sampai di pohon yang dia tunjuk. Kemudian nampak lagi pohon lain, lalu dia berkata pada kami, ‘Bertakbirlah sampai di pohon itu.’  Lalu kami pun bertakbir. Inilah yang biasa diajarkan oleh ayah kami.” Subhanallah … Lisan selalu terjaga dengan hal manfaat dari waktu ke waktu.

Ingatlah nasehat Imam Asy Syafi’i di mana beliau mendapat nasehat ini dari seorang sufi, “Aku pernah bersama dengan orang-orang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. (Di antaranya), dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.”

Wallahua'lam bi shawab

Temanggung, 5 November 2022

Ta'  Rouf Yusuf



Penentuan Awal Ramadahan

Assalamu'alaikum ijin bertanya ketika memasuki bulan Ramadhan seringkali terjadi perbedaan penentuan Awal Ramadhan. Bagaiman...