Thursday 10 November 2022

Dalil Kesunahan Sholat Hajat

Assalamualaikum
Ustdz Afwan izin bertanya 
Klw sholat hajat itu di anjurkan atau tidak

+62 895-3365-****

Jawab 
Waalaikumsallam wa rahmatullahi wa barakatuh

Sholat hajat adalah sholat dimana seorang mukmin ingin memohon di kabulkan hajatnya dengan berwudhu kemudian dia sholat dua rakaat dan dilanjutkan dengan do'a. 

Dalil sholat hajat yaitu hadits dari Abdullah bin Abi Aufa, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَتْ لَهُ إِلَى اللهِ حَاجَةٌ أَوْ إِلَى أَحَدٍ مِنْ بَنِي آدَمَ فَلْيَتَوَضَّأْ وَلْيُحْسِنِ الْوُضُوءَ ثُمَّ لْيُصَلِّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ لْيُثْنِ عَلَى اللهِ وَلْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ ثُمَّ لْيَقُلْ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، لاَ تَدَعْ لِي ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضًا إِلاَّ قَضَيْتَهَا، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

“Barang siapa yang mempunyai kebutuhan kepada Allah atau kepada seseorang dari bani Adam, maka berwudhulah dan perbaikilah wudhunya kemudian shalatlah dua raka’at. Lalu hendaklah ia memuji Allah Ta’ala dan bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mengucapkan (do’a), ‘Tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah yang Maha Penyantun dan Mahamulia, Mahasuci Allah Rabb Arsy yang agung, segala puji millik Allah Rabb sekalian alam, aku memohon kepada-Mu hal-hal yang menyebabkan datangnya rahmat-Mu, dan yang menyebabkan ampunan-Mu serta keuntungan dari tiap kebaikan dan keselamatan dari segala dosa. Janganlah Engkau tinggalkan pada diriku dosa kecuali Engkau ampuni, kegundahan melainkan Engkau berikan jalan keluarnya, tidak pula suatu kebutuhan yang Engkau ridhai melainkan Engkau penuhi, wahai Yang Maha Penyayang di antara penyayang’.” (HR. Tirmidzi no. 479 dan Ibnu Majah no. 1384) 

Hadits ini dianggap dha'if jiddan oleh Imam Al-Bukhari, dan hadis ini juga dikenal dengan hadis mungkar. Imam At-Tirmidzi mendha’ifkan (melemahkan) hadits ini seraya berkata: “ini hadits gharib (asing), dan di dalam sanadnya ada pembicaraan (kritikan)”. Imam Nawawi juga menyebutkan hadits ini, dan menukil tentang penilaian dha’if dari Imam Tirmidzi, dan beliau menyepakatinya.

Namun terdapat hadits lainnya yang dapat menjadi dalil kesunahan sholat hajat. Hadits Shahih dari ‘Utsman bin Hunaif sebagai berikut.

أَنَّ رَجُلاً ضَرِيرَ الْبَصَرِ أَتَى النَّبِيَّ فَقَالَ: ادْعُ اللهَ لِي أَنْ يُعَافِيَنِي. فَقَالَ: إِنْ شِئْتَ أَخَّرْتُ لَكَ وَهُوَ خَيْرٌ وَإِنْ شِئْتَ دَعَوْتُ. فَقَالَ: ادْعُهْ. فَأَمَرَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ فَيُحْسِنَ وُضُوءَهُ وَيُصَلِّىَ رَكْعَتَيْنِ وَيَدْعُوَ بِهَذَا الدُّعَاءِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِمُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ. يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي قَدْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ لِتُقْضَى. اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ

Seorang buta datang kepada Nabi lalu mengatakan, “Berdoalah engkau kepada Allah untukku agar menyembuhkanku.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Apabila engkau mau, aku akan menundanya untukmu (di akhirat) dan itu lebih baik. Namun, apabila engkau mau, aku akan mendo’akanmu.” Orang itu pun mengatakan, “Do’akanlah.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menyuruhnya untuk berwudhu dan memperbagus wudhunya serta shalat dua rakaat kemudian berdoa dengan doa ini, “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan Muhammad Nabiyyurrahmah. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap kepada Rabbku denganmu dalam kebutuhanku ini agar ditunaikan. Ya Allah, terimalah syafa’atnya untukku.” (HR. Ibnu Majah no. 1385 dan Tirmidzi no. 3578.) 

Dari hadits shahih inilah kita bisa menetapkan kesunahan sholat hajat. Ada juga beberapa riwayat meskipun derajatnya tidak shahih namun dapat kita gunakan sebagai penguat. 

Dari sahabat Anas bin Malik dari Nabi secara marfu’ Haditsnya ditakhrij oleh Imam Ibnu ‘Asaakir dalam “Al Mu’jam” (no.245) dari 

 حدثني أنس بن مالك خادم رسول الله صلى الله عليه وسلم قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من كانت له إلى الله حاجة فليسبغ الوضوء وليصل ركعتين وليقرأ في الركعة الأولى بفاتحة الكتاب وآية الكرسي [ص: ٢١٤] وفي الثانية بأم الكتاب و {آمن الرسول} فإذا فرغ من صلاته يدعو بهذا الدعاء وهو يا مؤنس كل وحيد ويا صاحب كل فريد ويا قريب غير بعيد ويا شاهد غير غائب ويا غالب غير مغلوب يا حي يا قيوم يا ذا الجلال والإكرام يا بديع السماوات والأرض اللهم إني أسألك باسمك باسم الله الرحمن الرحيم الحي القيوم الذي لا تأخذه سنة ولا نوم وأسألك باسمك بسم الله الرحمن بالرحيم الحي القيوم الذي عنت له الوجوه وخضعت له الرقاب وخشعت له الأصوات ووجلت له القلوب من خشيته أن تصلي على محمد وعلى آل محمد وأن تجعل لي من أمري فرجا ومن كل هم وغم مخرجا وتفعل بي كذا وكذا. قال لنا أبو الفضائل ذكر الشيخ أن والده أخبره أنه لقي الشريف المعمر فذكر أنه عاش مائتي سنة وستين سنة.
هذا حديث لم أكتبه إلا من هذا الوجه وإسناده إسناد واه والحمل فيه على الشريف والله أعلم.

“Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu pelayan Rasulullah ia berkata, Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang memiliki hajat kepada Allah, hendaknya berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya, lalu sholat 2 rakaat, bacalah pada rakaat pertama surat Al Fatihah dan ayat Kursi pada rakaat keduanya membaca Al Fatihah dan “Amana Ar Rasul” (Al Baqoroh ayat 285).
Setelah selesai sholat berdoa dengan doa ini yaitu : “Wahai Yang mengatur semua orang, Yang menemani semua yang sendirian, Yang dekat tidak jauh, Yang hadir tidak ghoib, Yang menguasai bukan yang dikuasai, Yang Maha Hidup, Yang Maha Berdiri Sendiri, Yang Memiliki Ketinggian dan Kemulian, Yang Menciptakan Langit dan bumi. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan nama-Mu, dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri Yang tidak dihinggapi rasa kantuk dan tidak tidur, aku memohon kepada-mu dengan nama-Mu dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri yang wajah-wajah menghadap kepada-Nya, yang hati tunduk kepada-Nya, yang suara-suara khusyu’ kepada-Nya, yang membuat hati menjadi bergetar karena takut kepada-Nya. Sholawat kepada Muhammad, keluarganya. Jadikan untukku urusanku kemudahan dari setiap kesedihan dan kesulitan jalan keluar, dan lancarkanlah pebuatanku demikian demikian”.(HR Ibnu ‘Asaakir no.245

Dari Abu Darda dari Nabi secara marfu’ Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam “Al Musnad” (no. 28260) dan Imam Al Muhalimiy dalam “Al Amaliy” (no. 67) dari jalan : ٌ
مَيْمُونٌ يَعْنِي أَبَا مُحَمَّدٍ الْمَرَائِيَّ التَّمِيمِيَّ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ سَلَامٍ، قَالَ: صَحِبْتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ أَتَعَلَّمُ مِنْهُ، فَلَمَّا حَضَرَهُ الْمَوْتُ قَالَ: آذِنِ النَّاسَ بِمَوْتِي، فَآذَنْتُ النَّاسَ بِمَوْتِهِ، فَجِئْتُ وَقَدْ مُلِئَ الدَّارُ وَمَا سِوَاهُ، قَالَ: فَقُلْتُ: قَدْ آذَنْتُ النَّاسَ بِمَوْتِكَ، وَقَدْ مُلِئَ الدَّارُ، وَمَا سِوَاهُ قَالَ: أَخْرِجُونِي فَأَخْرَجْنَاهُ قَالَ: أَجْلِسُونِي قَالَ: فَأَجْلَسْنَاهُ، قَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ” مَنْ تَوَضَّأَ، فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ يُتِمُّهُمَا ، أَعْطَاهُ اللهُ مَا سَأَلَ مُعَجِّلًا، أَوْ مُؤَخِّرًا ” قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ: ” يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِيَّاكُمْ، وَالِالْتِفَاتَ فَإِنَّهُ لَا صَلَاةَ لِمُلْتَفِتٍ فَإِنْ غُلِبْتُمْ فِي التَّطَوُّعِ، فَلَا تُغْلَبُنَّ فِي الْفَرِيضَةِ
“Maimun –yakni Abu Muhammad Al Maroi At Tamiimiy- ia berkata, haddatsanaa Yahya bin Abi Katsir dari Yusuf bin Abdullah bin Salam ia berkata : ‘aku menemani Abu Darda aku belajar darinya, maka ketika menjelang wafatnya ia berkata : ‘beritahukan kepada manusia tentang kematianku’. Lalu aku pun memberitahu orang-orang tentang menjelang ajalnya Abu Darda , aku datang dan rumahnya telah dipenuhi manusia. Aku berkata : ‘aku telah mengumumkan kepada orang-orang tentang kematianmu dan rumahmu telah dipenuhi orang’. Abu Darda’ berkata : ‘keluarkan aku!’, kami pun mengeluarkannya, lalu katanya : ‘dudukkan aku!’ kami pun mendudukkannya. Abu Darda berkata : “Wahai manusia aku mendengar Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang berwudhu, lalu membaguskan wudhunya, lalu sholat 2 rakaat yang ia sempurnakan, Allah akan memberinya apa yang diminta baik segera atau lambat”. Abu Darda berkata : ‘Wahai manusia, hati-hatilah kalian dari tengak-tengok dalam sholat, karena tidak ada sholat bagi orang yang tengak-tengok, jika hal ini tidak dapat dikendalikan pada sholat Tathowu’ maka jangan sampai terjadi pada sholat fardhu”. (HR Ahmad no. 28260) 

Tim kementerian agama Kuwait dalam “Maushu’ah Fiqihiyah” (28/216) menulis : “Para ulama fiqih sepakat sholat hajat itu sunnah”.
DR. Hisamuddin ‘Afanah dalam “Fatawa yas’alunak” (3/25) menjawab pertanyaan tentang sholat hajat dengan jawaban :“Telah sepakat kebanyakan ulama fiqih atas (disyariatkannya) sholah hajat dan ia sunnah, sholat ini dikerjakan ketika seseorang memiliki kebutuhan dari kebutuhan-kebutuhan dunia yang disyariatkan, maka dianjurkan baginya untuk berwudhu lalu sholat 2 rakaat karena Allah , kemudian ia memohon kepada Allah , jika yang melakukan seorang Mukmin maka dengan takdir Allah , aku berharap Allah merealisasikan apa yang diinginkannya”. Begitu juga Syaikh Wahbah Az Suhaili dalam Fiqhul Islam wa Adilatuhu juga menyatakan kesunahan dari sholat hajat. 

Mayoritas ulama fikih berpendapat shalat ini hukumnya sunah, namun mereka berselisih tentang berapa jumlah raka’atnya. Mayoritas ulama berpendapat bahwa shalat hajat itu dua rakaat, adapun ulama Hanafiyyah berpendapat empat raka’at. 

Wallahua'lam

Temanggung, 10 November 2022

Ta' Rouf Yusuf






Penentuan Awal Ramadahan

Assalamu'alaikum ijin bertanya ketika memasuki bulan Ramadhan seringkali terjadi perbedaan penentuan Awal Ramadhan. Bagaiman...