Sunday 30 October 2022

Hukum Sholat menggunakan Sajadah

Pertanyaan
Assalamu'alaikum warohmatulohi wabarakatuh...
Bismillah... Afwan izin bertanya... Apa hukum pemakaian sajadah dalam sholat... Seberapa pentingkah... Dan andai tidak memakai sajadah apa hukumnya... Apa saja faedah jika kita sholat dengan ber sajadah... Dan jika tidak memakai sajadah... Lantas apa saja yang bisa digunakan sebagai penggantinya🙏🙏
Syukron... Baarokallohu fiikum

Jawab :
Waalaikimsallam

Ibnu Taimiyah menyatakan kebolehan sholat di atas sajadah dalam Majmu' Fatawa

Ibnu Taimiyah berkata,

وَإِذَا ثَبَتَ جَوَازُ الصَّلَاةِ عَلَى مَا يُفْرَشُ – بِالسُّنَّةِ وَالْإِجْمَاعِ – عُلِمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَمْنَعْهُمْ أَنْ يَتَّخِذُوا شَيْئًا يَسْجُدُونَ عَلَيْهِ يَتَّقُونَ بِهِ الْحَرَّ

“Jika ketetapan yang menyatakan bolehnya shalat di atas alas -hal ini berdasarkan As Sunnah dan Ijma’ (kesepakatan para ulama), maka diketahui bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah melarang shalat di atas alas untuk menghalangi dari panas.” (Majmu’ Al Fatawa, 22: 175).

Diantara dalil kebolehannya adalah sebagaimana ditemukan dalam Sunan Abu Dawud no 656

ﻗﺎﻟﺖ ﻣﻴﻤﻮﻧﺔ ﺑﻨﺖ اﻟﺤﺎﺭﺙ : ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ «ﻳﺼﻠﻲ ﻭﺃﻧﺎ ﺣﺬاءﻩ ﻭﺃﻧﺎ ﺣﺎﺋﺾ ﻭﺭﺑﻤﺎ ﺃﺻﺎﺑﻨﻲ ﺛﻮﺑﻪ ﺇﺫا ﺳﺠﺪ ﻭﻛﺎﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﻋﻠﻰ اﻟﺨﻤﺮﺓ»

Maimunah binti Harits berkata bahwa Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam shalat dan saya berada di dekatnya. Terkadang pakaian Nabi menyentuh saya saat beliau sujud. Nabi shalat di atas kain selendang. ( HR Abu Dawud) 

Dalam Sunan Abu Dawud no 658 Abu Dawud meriwayatkan hal berikut: 


ﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ، ﺃﻥ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ «ﻛﺎﻥ ﻳﺰﻭﺭ ﺃﻡ ﺳﻠﻴﻢ ﻓﺘﺪﺭﻛﻪ اﻟﺼﻼﺓ ﺃﺣﻴﺎﻧﺎ ﻓﻴﺼﻠﻲ ﻋﻠﻰ ﺑﺴﺎﻁ ﻟﻨﺎ» ﻭﻫﻮ ﺣﺼﻴﺮ ﻧﻨﻀﺤﻪ ﺑﺎﻟﻤﺎء

Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam mendatangi Ummu Sulaim. Kadang bersamaan dengan waktu shalat. Nabi shalat di atas tikar kami. Yaitu tikar yang kami basahi dengan air (dibersihkan dengan air).( HR Abu Dawud) 

Namun Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga pernah sholat tanpa alas. 


وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: (سَأَلَ رَجُلٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ شَيْءٍ مِنْ أَمْرِ الصَّلَاةِ) (فَقَالَ لَهُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا تَوَضَّأتَ فَخَلِّلْ أَصَابِعَ يَدَيْكَ وَرِجْلَيْكَ) وَفِي رِوَايَةٍ: (اجْعَلْ الْمَاءَ بَيْنَ أَصَابِعِ يَدَيْكَ وَرِجْلَيْكَ) (وَإِذَا رَكَعْتَ فَضَعْ كَفَّيْكَ عَلَى رُكْبَتَيْكَ حَتَّى تَطْمَئِنَّ, وَإِذَا سَجَدْتَ فَأَمْكِنْ جَبْهَتَكَ مِنْ الْأَرْضِ, حَتَّى تَجِدَ حَجْمَ الْأَرْضِ)

Ibnu Abbas ra. berkata: (Seorang bertanya Nabi dalam masalah shalat) (Lalu Nabi saw. bersabda: Jika anda wudhu, selah selahilah antar jari-jari tangan dan kakimu). Dalam riwayat lain: (Jadikan air pada jemari tangan dan kakimu) (Jika anda ruku’, maka letakkan kedua telapak tanganmu pada lutut hingga tumakninah, dan jika anda sujud, maka letak-kan dahimu pada bumi dengan mantap, sehingga anda merasakan kadar bumi). ( Hr. Hakim: 648; Tirmidzi: 39; Ibnu Majah: 447; Ahmad: 2604) 

Imam Nawawi memberikan keterangan dalam Kitab Syarah Nawawi 'ala Shahih Muslim sebagai berikut:

قوله : ( فرأيته يصلي على حصير يسجد ) فيه دليل على جواز الصلاة على شيء يحول بينه وبين الأرض من ثوب وحصير وصوف وشعر وغير ذلك ، وسواء نبت من الأرض أم لا . وهذا مذهبنا ومذهب الجمهور ، وقال القاضي - رحمه الله تعالى - : أما ما نبت من الأرض فلا كراهة فيه ، وأما البسط واللبود وغيرها مما ليس من نبات الأرض فتصح الصلاة فيه بالإجماع ، لكن الأرض أفضل منه إلا لحاجة حر أو برد أو نحوهما ، لأن الصلاة سرها التواضع والخضوع

"Perkataan Abu Sai'd Al Khudri : (Kemudian kulihat Nabi Shalallahu alaihi wa sallam bersujud di atas tikar). Dalam hadits terdapat dalil bolehnya shalat diatas sesuatu yang menghalangi diantara orang yang shalat dengan tanah, baik penghalangnya berupa baju, tikar, bulu maupun selain itu, baik penghalangnya tersebut adalah sesuatu yang tumbuh dari tanah maupun tidak. Ini adalah madzhab kami (Syafi'iyah) dan madzhab Jumhur Ulama'. Al-Qodhi berkata : adapun shalat diatas sesuatu yang tumbuh dari tanah maka tidak makruh, adapun menggelar sajadah, karung dan selain keduanya dari sesuatu yang tidak tumbuh di tanah maka sholatnya sah secara ijma', tetapi shalat langsung diatas tanah tanpa alas lebih utama daripada hal itu kecuali jika ada hajat misalnya karena panas atau dingin atas selain keduanya, karena shalat rahasianya adalah tawadhu' dan khudhu"

Dari keterangan Imam Nawawi di atas bisa kita simpulkan bahwa Shalat di atas tanah adalah lebih utama jika tanah tersebut suci dari najis. Namun demikian Shalat dengan menggunakan alas seperti sajadah, tikar, kain, dan sebagainya tetap sah. Namun jika shalat langsung di atas tanah menyebabkan kita kepanasan dan kedinginan, maka shalatlah kita menggunakan alas seperti sajadah dan sebagainya.

Wallahu a'lam

Temanggung, 31 Oktober 2022

TRY

No comments:

Post a Comment

Penentuan Awal Ramadahan

Assalamu'alaikum ijin bertanya ketika memasuki bulan Ramadhan seringkali terjadi perbedaan penentuan Awal Ramadhan. Bagaiman...