Thursday 15 June 2023

Hukum Memotong Kuku dan Rambut bagi yang akan berQurban

Assalamu'alaikum
Apa hukum memotong kuku dan rambut bagi orang yang akan berqurban, ketika memasuki bulan Dzulhijjah? 
Ana
085xxxxxx

Jawab :
Dalam Madzhab Syafi’i disunnahkan untuk tidak mencukur rambut dan tidak memotong kuku bagi orang yang akan berqurban sampai selesai penyembelihan.

Imam Asy-Syairazi dalam matan Al-Muhazzab menyebutkan :

ولا يجب عليه ذلك لأنه ليس بمحرم فلا يحرم عليه حلق الشعر ولا تقليم الظفر

Dan hal itu bukan kewajiban, karena dia tidak dalam keadaan ihram. Maka tidak menjadi haram untuk memotong rambut dan kuku.

Madzhab imam syafi'i menyimpulkan bahwa hadits Ummu Salamah  radhiyallahuanha bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda

إِذَا دَخَل الْعَشْرُ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ فَلاَ يَمَسَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلاَ مِنْ بَشَرِهِ شَيْئًا

,”Bila telah memasuki hari yang sepuluh dan seseorang ingin berqurban, maka janganlah dia ganggu rambut qurbannya dan kulitnya.” (HR. Muslim)

Bahwa larangan ini bukan larangan yang bersifat haram (karahatu at-tahrim), melainkan sebagai larangan yang bersifat makruh (karahatu at-tanzih).

Selain itu yang membuat mahzhab Syafi'i yah tidak mewajibkan, karena ada hadits lain yang membolehkan atau tidak mengharamkan potong kuku dan rambut, yaitu hadits dari Aisyah yang menguatkan bahwa larangan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bukan bersifat keharaman.

كُنْتُ أَفْتِلُ قَلاَئِدَ هَدْيِ رَسُولِ اللهِ  ثُمَّ يُقَلِّدُهاَ بِيَدِهِ ثُمَّ يَبْعَثُ بِهَا وَلاَ يُحْرِمُ عَلَيْهِ شَيْءٌ أَحَلَّهُ اللهُ لَهُ حَتىَّ يَنْحَرَ الهَدْيَ

Dari Aisyah radhiyallahuanha, beliau berkata,”Aku pernah menganyam tali kalung hewan udhiyah Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam, kemudian beliau mengikatkannya dengan tangannya dan mengirimkannya dan beliau tidak berihram (mengharamkan sesuatu) atas apa-apa yang dihalalkan Allah Subhanahu wa ta'alla , hingga beliau menyembelihnya. (HR. Bukhari Muslim)
Walllahu a'lam

Thursday 18 May 2023

Jawahirul Kalamiyah fi Udah Al Aqidah Al Islamiyah

Syaikh Tahir bin Saleh Al Jazairi

MUQADDIMAH PENULIS

الحمد لله. وصلى الله على سيدنا محمد وآله وصحبه وسلم .

وبعدء فهذه رسالة مشتملة على المسائل المهمة في علم الكلام. قريبة المأخذ للأفهام. جعلتها على طبريق السؤال والجواب, وتساهلت في عباراتها تسهيلا للطلاب .
MUQADDIMAH

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Segala puji bagi Allah, Shalawat dan salam semoga tercurah ke atas junjungan kita Nabi Muhammad beserta para keluarga dan shahabat nya sekalian. Waba’du,

Ini adalah risalah yang berisi tentang masalah yg penting dalam ilmu kalam (tauhid) yg mudah untuk difahami. Saya menulisnya dalam bentuk tanya jawab dan memberi contoh-contoh yg mudah difahami oleh para pencari ilmu.

Syaikh Thahir bin Shalih Aljazairi

PENGANTAR AKIDAH ISLAM

المقدمة

وتشتمل على ثلاث مسائل

١‏ س: ما معنى العقيدة الإسلامية؟

ج: العقيدة الاسلامية هى الأمور التي يعتقِدُها أهل

2 ‏ س: ما معنى الإسلام؟

ج: الإسلام هو الإقرارٌ باللسانٍء والتصديق بالقلب بأن ما جاء به نبينا ص.م. صدق و حق

س: ما أركان العقيدة الإسلامية : أي أساسها؟ 3

ج: أركانٌ العقيدةٍ الاسلامية ستة أشياء: وهي الإيمان بالله تعالي والإيمانٌ بملائكته والإيمانُ بكتبه» والإیمان برسله» والإيمان باليوم الآخر. والإيمان بالقدر .
PENGANTAR AKIDAH ISLAMIYYAH

Terdiri atas 3 masalah

1. Tanya Apakah makna ‘aqidah Islamiyyah ? Jawab ‘Aqidah Islamiyyah ialah perkara-perkara yg wajib diyakini oleh orang Islam yakni hal hal yg diyakini secara mantap oleh orang Islam akan kebenarannya

2. Tanya Apakah makna Islam ?

Jawab Islam adalah mengucapkan dengan lisan (Bershahadat), Membenarkan dengan hati bahwa segala sesuatu yg dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alihi Wasallam itu haq dan benar.

3. Tanya Apakah rukun-rukun Akidah Islamiyyah atau asas-asasnya ?

Jawab Rukun-Rukun akidah Islam ada enam perkara :
1. Beriman kepada Allah Ta’ala
2. Beriman kepada Malaikat Allah
3. Beriman kepada Kitab yg diturunkan Allah
4. Beriman kepada Utusan-Utusan Allah
5. Beriman kepada hari Kiamat
6. Beriman kepada ketentuan Allah, baik yg baik maupun yg buruk

PEMBAHASAN PERTAMA: IMAN KEPADA ALLAH SUBHAANAHU WATA’ALA

المبحث الأول
Cara beriman pada Allah

4 - س: كيف الإيمان بالله سبحانه وتعالى إجمالاً؟

ج هو أن نعتقد أن الله سبحانة وتعالى متصف بجميع صفات الكمال ومنزه عن جميع صفات النقصان .
4. Tanya Bagaimana cara beriman kepada Allah Subhaanahu Wata’ala ?

Jawab Yaitu hendaklah meyakini bahwa Allah Subhaanahu Wata’ala memiliki segala sifat yg sempurna dan jauh dari sifat kekurangan.

ه ‏ س: كيف الإيمان بالله سبحانه وتعالی تفصیلا؟

ج هو أن نعتقد أن الله سبحانة وتعالى موصوف بالوجودء والقدم» والبقاء والمخالفةٍ للحوادث, والقيام بنفسهء والوحدانية» والحياةء والعلم والقدرة والإرادة. والسمع . والبَصَّر والكلام» وأنه حي » عليمٌ» قادرٌ مريدٌ سميع بصير متكلم
5. Tanya Bagaimana cara beriman kepada Allah Subhaanahu Wata’ala secara lebih rinci ?

Jawab Hendaklah meyakini bahwa Allah Subhaanahu Wata’ala memiliki sifat : Wujud (Ada), Qidam (dahulu), Baqa (Kekal), Mukhaalafatu Lilhawaadits (Berbeda dengan Makhluk), Qiyaamuhu Binafsih (Mandiri dan tidak membutuhkan yg lain), Wahdaaniyyah (Maha Esa), Hayah (Hidup), ‘Ilm (Mengetahui), Qudrah (Berkuasa), Iraadah (Berkehendak), Sama’ (Mendengar), Bashar (melihat), Kalam (Berbicara). Dan meyakini bahwasanya Allah itu adalah Al Hayyu (Maha Hidup), ‘Aliimun (Maha Mengetahui), Qaadirun (Maha Berkuasa), Muriidun (Maha Berkehendak) Samii’un (Maha Mendengar) Bashiirun (Maha Melihat) dan Mutakallimun (Maha Berbicara)

Cara meyakini Adanya Allah

6 - س: كيف الإعتقاد بالوجود لله تعالى؟

ج هوان نعتقد أن الله تعالى موجود وأن وجوده بذاته ليس بواسطة شىء وأن وجوده واجبٌ“ لا يمكنٌ أن يلحقه عدم .


6. Tanya Bagaimana cara meyakini Wujud (Keberadan) Allah ?

Jawab Hendaklah meyakini bahwa Allah itu ada, dan keberadaanNya DzatNya itu ada dengan sendirinya tanpa memerlukan wasilah atau perantara. Dan meyakini bahwa keberadaanNya itu wajib adanya, tidak mungkin Dia pernah tiada.

۷ - س : كيف الإعتقاد بالقدم لله سبحانه وتعالی؟

‏ هو أن نعتقد أن الله قديم : نعنى أنه موجودٌ قبل كل شيء وأنه لم يكن معدوما فى وقت من الأوقات. وان وجودّهُ ليس لهُ أول .


7. Tanya Bagaimana cara meyakini Dahulu (Qidam) nya Allah ?

Jawab Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu Maha Dahulu adaNya, yakni Allah itu ada sebelum adanya sesuatu selainNya, dan bahwasanya Dia tidak terikat waktu dan keberadaanNya tanpa awal.

Cara meyakini Kekekalan (Baqa’) Allah

8- س: كيف الإعتقاد بالبقاء لله سبحانه وتعالى؟

ج: هو أن نعتقدّ أنَّ الله سبحانه وتعالى باق وأن بقاءه ليس له نهايةء وأنهُ لا يرول أصّلاء ولا يلحقه العدم في وقت من الأوقات .
8. Tanya Bagaimana cara meyakini Kekekalan (Baqa’) Allah ?

Jawab Hendaklah meyakini bahwasanya Allah itu Dzat yg kekal abadi dan kekekalanNya tersebut tanpa batas akhir. Dan hendaklah meyakini bahwasanya Dia tidak pernah berubah sama sekali serta Dia tidak pernah bersifat tiada pada pada waktu tertentu (kekekalanNya tidak terikat ruang dan waktu).

9 - س : : كيف الإعتقاد بمخالفته تعالى للحوادث. أي المخلوقات؟

ج: هو أن نعتقد أن الله لا يشابهُهُ شيء: لا في ذاته ولا فى صفاته ولا فى أفعاله .
9. Tanya Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu bersifat Mukholafatu Lil Hawaadits (Berbeda dengan segala hal yg baru / makhluk )?

Jawab Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah tidak menyerupai sesuatupun, baik DzatNya, sifatNya maupun perbuatanNya.

س : : كيف الإعتقاد بمخالفة ذاته سبحانه 10. للحوادث؟

ج هو أن نعتقد أنَّ ذات الله سبحانه وتعالى لا تشابه شيئا من المخلوقات بوجه من الوجوه» كل ما تراه أو يخطر ببالك فالله ليس كذلك ليس كمثله شيء
10. Tanya Bagaimana cara meyakini bahwa Dzat Allah itu berbeda dengan segala hal yg baru / makhluk ?

Jawab Hendaklah meyakini bahwasanya Dzat Allah itu tidaklah sama dengan makhluk ciptaanNya, berupa wajah misalnya. Segala hal yang kita lihat atau bayangkan dalam hati maka Allah tidaklah seperti bayangan tersebut. Laitsa Kamitslihi Syaiun (Tiada satupun yg serupa denganNya - QS Asy-Syura - 11)

- س: كيف الاعتقاد بأن صفاته سبحانه وتعالى 11 مخالفة لصفات الحوادث؟ .

18 : هو أن نعتقد أن علم الله تعالى لا يُشابه علمنا وأنّ قدرته لا تشابه قدرتنا وأن إرادته لا تشابة إرادتنا وأن حياته لا تشابه حياتنا وان سمعه لا يُشابه سمعنا وأنَّ بصره لا يُشابه بصرنا وأن كلامه : لا يُشابه كلامنا
11. Tanya Bagaimana cara meyakini bahwa Sifat Allah itu berbeda dengan sifat segala hal yg baru / makhluk ?

Jawab Hendaklah meyakini bahwasanya ‘ilmu (pengetahuan) kita tidak sama dengan pengetahuan Allah, Qudrah (Kekuasaan) kita tidak sama dengan kekuasaan Allah, Iradah (kehendak) kita tidak sama dengan kehendak Allah, Hayah (sifat hidup) kita tidak sama dengan sifat hidupnya Allah, sifat mendengar (Sama’) kita tidak sama dengan sifat mendengar Allah, Bashar (sifat melihat) kita tidak sama dengan pendengaran Allah dan Kalam (sifat berbicara) kita tidak sama dengan sifat kalam Allah.

12 - س: كيف الإعتقاد بأن أفعاله سبحانه وتعالى مخالفة لأفعال الحوادث؟
ج: هو أن نعتقد أنَّ أفعال المولى سبحانه وتعالى لا تشابه أفعال شيء من الموجودات. لأن المولى سبحانه وتعالى يفعل الأشياءً بلا واسطةٍ ولا آله إإِنّما أمرُه إذا أرادَ شيئاً أن يقولٌ له كنْ فيكون" وأنه لا يفعل شيئاً لاحتياجه إليه وأنه لا يفعل شيئاً عبثاً أي بغير فائدة لأنه سبحانه وتعالى حكيم” .


12. Tanya Bagaimana cara meyakini bahwa Perbuatan Allah itu berbeda dengan perbuatan segala hal yg baru / makhluk ?

Jawab Hendaklah kita meyakini bahwasanya perbuatan Allah Subhanahu Wata’ala tidak serupa dengan perbuatan makhluqNya, karena Dia dalam berbuat sesuatu tidak membutuhkan perantara maupun alat.


Firman Allah dalam surat yasin Ayat 82 : Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. Dan hendaklah meyakini, bahwasanya Allah menciptakan sesuatu tidak berarti karena Dia membutuhkannya. Juga kita harus meyakini bahwa Dia tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia atau tanpa guna, karena Dia bersifat Maha Bijaksana.

٠‏ س : كيف الإعتقاد بقيامه تعالى بنفسه 13

ج. : هو أن نعتقد أن الله سبحانه وتعالى لا يجتاج إلى شيء من الأشياء : فلا يحتاج إلى مكان ولا إلى محل ولا إلى شيء من المخلوقات أصلا. فهو الغنيُ عن كل شيء وکل شىء محتاج إليه سبحانه وتعالى .
13. Tanya Bagaimana cara meyakini Kemandirian Allah (Qiyamuhu Binafsihi) ?

Jawab Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah Subhaanahu Wata’ala tidak membutuhkan sesuatu apapun, Dia tidak butuh tempat dan tidak membutuhkan makhluk sama sekali. Dia Maha Kaya dan tidak membutuhkan apapun, bahkan segala sesuatu lah yang membutuhkan Allah Subhaanahu Wata’ala.

Cara meyakini hidupnya Allah

١4‏ - س: كيف الإعتقاد بحياة الله سبحانه وتعالى؟

ج: هو أن نعتقدٌ أن الله تعالى حي وأن حياته سبحانه ليست كحياتنا فإن حياتنا بوساتط کجریان الدم والنفس و حياة الله سبحانه ليست بواسطة شيء وهي قديمة باقية لا يلحقها العدم والتغير أصلا
14. Tanya Bagaimana cara meyakini Kehidupan Allah (Hayah / hayat) ?

Jawab Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah Subhaanahu Wata’ala Maha Hidup dan bahwa kehihidupan Allah tidak seperti hidup kita. Karena sesungguhnya kehidupan kita membutuhkan perantara seperti mengalirnya darah dan nafas sedangkan kehidupan Allah tanpa memerlukan apapun. Kehidupan Allah itu bersifat dahulu (Qodim), kekal (Baqo’) dan kehidupanNya tiada pernah hilang maupun berubah sama sekali.

Cara meyakini Maha Esa-nya Allah

15‏ س: كيف الإعتقاد بوحدانية الله تعالى؟

ج: هو أن نعتقد أن الله تعالى واحدٌ ليس له شَرِيكُ ولا نظير ولا مماثل ولا ضد ولا معاند
15. Tanya Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu bersifat Wahdaniyyah (Maha Esa) ?

Jawab Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu Satu dan tidak memiliki teman atau sekutu. Tidak ada yg menyamai maupun menyerupaiNya. Tiada lawan yg sebanding maupun penggantiNya.

16 - س: كيف الإعتقاد بعلم الله تعالى؟

ج: هو أن نعتقد أن الله تعالى موصوف بالعلم وأنه بكل شيء عليم : يعلم الأشياء كلها ظاهرها وباطنها ويعلم عدد حبّات الرّمل وعدد قطرات المطر وأوراق الشجر. ويعلمُ السرّ وأخفى . لا تخفى عليه خافية وعلمه ليس بمکتسب بل یعلم الأشياء في الأزل قبل وجودها".
Cara meyakini bahwa Allah Maha Tahu

16. Tanya Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu bersifat ‘Ilm (Maha Berpengetahuan) ?

Jawab Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu memiliki sifat Maha Berpengetahuan dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Mengetahui segala hal, baik yang tampak maupun yg tidak. Dia mengetahui jumlah pasir, titik air hujan maupun daun pepohonan. Dia Mengetahui hal yg rahasia maupun yg jelas. Tidak ada yg bisa bersembunyi dari Nya. Dan hendaklah kita meyakini bahwasanya pengetahuan Allah itu tidak membutuhkan usaha meraihnya, namun pengetahuan Allah akan segala sesuatu itu telah ada sejak zaman azali sebelum sesuatu itu ada.

Meyakini Ke-Maha Kuasa-an Allah

17 - س: كيف الإعتقاد بقدرة الله تعالى؟

ج : هو أن نعتقدَ أن الله سبحانه وتعالى موصوف بالقدرة وأنه على کل شيء قدير .


17. Tanya Bagaimana cara meyakini Ke Maha Kuasaan Allah ?

Jawab Hendaklah kita meyakini bahwa Allah itu memiliki sifat Maha Kuasa dan bahwasanya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

1۸ - س : كيف الإعتقاد بإرادة الله تعالى؟

ج: هو أن نعتقدَ أن الله تعالى موصوفٌ بالإرادة وأنه مريدٌ لا يقع شىء إلا بإرادته . فأی شىء أراده كان وأي شيء لم يُردْهُ فإنه لا يمكنٌ أن يكون .


18. Tanya Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu Maha Berkehendak (Iradah / iradat)?

Jawab Hendaklah kita meyakini bahwa Allah itu memiliki sifat Iradah (Maha Berkehendak) dan Dia lah segala tujuan, tidak ada sesuatupun yg dapat terjadi tanpa kehendak Nya. Maka apa saja yang Dia kehendaki maka akan terjadi dan apapun yg tiada dikehendakiNya, maka tidak mungkin akan ada atau terjadi.

19‏ - س: كيف الإعتقاد بسمع الله تعالى؟

ج. هو أن نعتقدَ أن الله سبحانه موصوفٌ بالشمع وأنه يسمع كل شيء سِرَا کان أو جهراً. لكنّ سمعه سبحانه وتعالى ليس كسمعنا فإن سَمعنا بواسطة الأذن. وسمعه سبحانه لبس بواسطة شيء
19. Tanya Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu Maha Mendengar (Sama’)?

Jawab Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu bersifat Maha Mendengar dan sesungguhnya Allah mendengar segala sesuatu baik nampak atau pun yg tersembunyi. Namun, pendengaran Allah Subhanaahu Wata’ala tidak seperti pendengaran kita , karena pendengaran kita sebagai makhluk memerlukan alat perantara berupa telinga sedangkan pendengaran Allah tanpa memerlukan perantara apapun.

20- س: كيف الإعتقاد ببصر الله تعالى؟

چ هو أن نعتقدَ أن الله سبحانة موصوفٌ بالبَصّر وأنه بكل شيء بصيرٌ: يبصر حتى النملة السوداءَ في الليلة الظلماء وأصغرٌ من ذلك, لا يخفى على بصره شيء في ظاهر الأرض وباطِنها وفوق السماء وما دُونْها لكنّ بصره سبحانه ليس كبصرنا: فإن بصرنا يكون بواسطة العين. وبصره سبحانه ليس بواسطة شيء‏
20. Tanya Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu Maha Melihat (Bashar)?

Jawab Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu bersifat Maha Melihat , dan Dia Maha Melihat atas segala sesuatu. Dia Maha Melihat hingga semut hitam kecil berjalan di malam gelap gulita sekalipun, bahkan yg lebih kecil dari itu (atom). Tidak ada yg dapat bersembunyi dari penglihatan Allah, baik yg ada di bumi maupun di luarnya, baik yg ada di langit maupun di luarnya. Namun, penglihatan Allah berbeda dengan kita sebagai makhluk. Sesungguhnya penglihatan kita membutuhkan perantara yakni mata, sedangkan penglihatan Allah tanpa membutuhkan alat perantara.

21 - س: كيف الإعتقاد بكلام الله تعالى؟

ج هو أن نعتقدَ أن االله سبحانه موصوف بالكلام وان كلامة لا يشبهُ كلامنا: فإن كلامنا مخلوق فينا وبواسطة آلة من فم ولسانٍ و شفتين وكلامه سبحانه وتعالى ليس كذلك .
21. Tanya Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu Maha Berbicara (Kalam)?

Jawab Hendaklah kita meyakini bahwa Allah itu bersifat Maha Berbicara. Akan tetapi kalam Allah tidak sama dengan kita sebagai makhluk Nya. Sesungguhnya pembicaraan kita diciptakan dalam diri kita dan membutuhkan alat perantara berupa mulut, lidah serta kedua bibir. Sedangkan Kalam Allah tidak seperti itu (tidak butuh alat perantara).

Sifat mustahil Allah

22‏ - س: من أخبرني عن الصفات المستحيلة التي لا يتصف بها المولى سبحانه وتعالى؟

ج : الصفات المستحيلة في حق الله تعالى ‏ أي التي لا يمكنٌ أن يتصفّ بها هي العدم. والحدوث,. والفناء والممائلةٌ للحوادث, والإحتياجٌ لغيره سبحانه وتعالى ووجودُ الشريك, والعجرٌ والكراهية ‏ أي وقوع شيء بغير إرادته - والجهل وأشباه ذلك :وإنما استحال اتصافه بها لأنها صفات نقصان والمولي سبحانه وتعالى لا يتصف إلا بصفات الكمال.


22. Tanya Beritahukan kepada kami apa sajakah sifat mustahil yg tidak mungkin dimiliki Alloh ?

Jawab Yaitu semua sifat yg mustahil bagi Allah. Maksudnya adalah segala sifat yg tidak mungkin dimiliki Oleh Allah. Yaitu diantaranya : ‘Adam (tiada), huduts (baru ada), Fana’ (binasa), mumatsalatu lilhawaadits (serupa dengan makhluqNya), Ihtiyaaju lighairihi (membutuhkan kepada selainNya), Wujuudus Syarki (adanya sekutu), Al ‘ajz (Lemah), Karohiyah (terpaksa, maksudnya terjadinya sesuatu tanpa kehendakNya), Al Jahl (bodoh) dan sifat buruk lainnya. Dan sesungguhnya Allah tidak bersifat hal2 di atas karena itu adalah sifat kekurangan. Dan Allah Subhaanahu Wata’ala tidaklah bersifat kecuali dengan sifat yg sempurna.

Sifat yg boleh (Jaiz) ada pada Allah

-23 س. من أخبرني عن الأشياء التي يجوز صدورها من المولي سبحانه وتعالى

ج : هي فعل الممكنات وترکها مثل ان يجعل الإنسان غنياً ا و فقيرا صحيحا أو سقيما وأشتاه ذلك .


23. Tanya Mohon diterangkan sifat yg boleh (Jaiz) ada pada Allah Subhaanahu Wata’ala !

Jawab Yaitu sifat melakukan Fi’lu Kulli Mumkinin Aw Tarkuhu (Melakukan sesuatu atau pun meninggalkannya). Seperti menciptakan manusia dalam keadaan kaya atau sebaliknya yakni miskin, memberi kesehatan atau sakit dan lain sebagainya.

24 - س: ما المراد بالإستواء في قوله سبحانه : الرحمنُ على العرش استوى؟

ج: المرادُ به استواءٌ يليق بجلال الرحمن جل وعلاء فالإستواءُ معلومٌ والكيف مجهول. واستواؤه على العرش ليسّ كاستواءٍ الإنسانٍ على السفينة أو ظهر الدابة أو السرير مثلا فمن تصوّر مثل ذلك فهو ممن غلب عليه الوهمُ لأنه شبّه الخالق بالمخلوقات مع أنه قد ثبت في العقل والنقلٍ أنه ليس كمثله شىء. فكما أن ذاته لا تشابه ذات شيء من المخلوقات كذلك من ينسب إليه سبحانه لا يشابه شيئا مما ينسب اليها
24. Tanya Apa maksud lafadz “ Istawa’ ” pada firman Allah : Arrahmaanu ‘Ala Al ‘Arsy Istawaa (Surah Thaha :5)

Jawab Yg dimaksud dengan kata Istiwa adalah Istiwa yg pantas bagi keagungan Allah Ta’ala yg Maha Pengasih. Makna Istiwa’ sudah diketahui (Ma’lum) tapi bagaimana itu dilakukan Allah, tidak diketahui (Majhul) dan tidak perlu dipertanyakan. Istiwa’ Allah atas ‘Arsy tidak serupa dengan bersemayamnya manusia diatas perahu, hewan tunggangan ataupun kendaraan. Barangsiapa menggambarkan Allah seperti itu, maka dia telah terkena penyakit wahm (angan2 yg sia2) karena ia telah menyerupakan Pencipta (Allah) dengan CiptaanNya (Makhluk), padahal telah jelas berdasarkan akal dan dalil (Naql) bahwa Allah tidak menyerupai sesuatupun.


Maka sebagaimana dzat Allah tidak menyerupai sesuatupun dari ciptaanNya, maka segala hal yg disandarkan kepada Allah tidak mungkin serupa dengan segala hal yg ada pada makhluk.

25‏ - س: هل يضاف إلى الله سبحانه يدان أو أعين أو نحو ذلك؟

ج: قد وَرَد في الكتاب العزيز إضافة اليد إلى الله سبحانه في قله جل شأنه: يد الله قوق يديهم واليدين في قوله سبحانه: ليا إبْلِيسُ ما مَنَعَكَ أَنْ تَسجدَ لها خلفت بِيَدَيٌ . والأعين في قوله سبحانه وَاصْيرٌ لحكم رَبك فَإِنْكَ بأَغيّسَا إلا أنه لا يجوز أن يضاف إليه إلا ما أضافه إلى نفسِه فى كتابه المنزل أو أضافه إليه نبيه المرسل.


25. Tanya Apakah mungkin dikatakan bahwa Allah itu memiliki dua tangan, mata dan selainnya ?

Jawab Telah disebutkan hal tentang penyandaran satu tangan kepada Allah dalam firman Nya “Tangan (kekuasaan) Allah berada di atas tangan orang2 itu” (Surah Al Fath :10) Dan ayat tentang penyandaran dua tangan kepada Allah dalam firman Nya : “Apa yg mencegahmu untuk bersujud kepada Dzat yg telah menciptakanmu dengan kedua tanganNya (KekuasaanNya) ?” (Surah Shad : 75)

Dan ayat tentang penyandaran “mata” kepada Allah dalam firman Nya : “Dan bersabarlah akan hukum tuhanmu dengan kedua mataKu (perlindunganKu)” (Surah At Thuur : 48)


Adalah tidak boleh menyandarkan kepada Allah kecuali apa yg telah ditetapkanNya dalam kitab yg telah diturunkanNya atau yang telah ditetapkan oleh utusanNya

26 - س: ما المراد باليد هنا؟

ج: المراد باليد هنا معني يليق بجلاله سبحانه» وكذلك الأعينٌ . فإن كل ما ضاف إليه سبحانه يكونٌ غيرٌ ممائل لما يضاف إلى شيء من المخلوقات . . ومن اعتقد أن له يدا كيد شيء منها أو عيناً كذلك فهو ممن غلب عليه الوهم إذ شبه الله بخلقه وهو ليس كمثله شيء.


26. Tanya Apakah yg dimaksud dengan lafadz Yad (tangan) pada ayat tersebut di atas ?

Jawab Yg dimaksud dengan lafadz Yad (tangan) pada ayat di atas adalah arti yg pantas bagi Allah Subhaanahu Wata’ala, begitupun dengan lafadz A’yun (mata). Karena segala hal yang disandarkan kepada Allah Subhaanahu Wata’ala maka tidak akan sama dengan sesuatu yg disandarkan pada makhluk. Barangsiapa meyakini bahwa Allah memiliki tangan seperti tangan makhluqNya atau meyakini Allah bermata sebagaimana mata makhluqNya, maka dia telah terkena penyakit wahm (angan sia2) karena telah menyerupakan Allah dengan ciptaanNya, padahal Tiada suatupun yg serupa dengan Allah Subhaanahu Wata’ala.

27 - س: إلى من ينسب ما ذكرته في معنى الإستواء

ج: ينْسَّبٌ ذلك إلى جمهور السّلف. وأما الخَلّفُ فأكثرهُم يفسرون الإستواء باستيلاء واليد بالنعمة أو القدرةٍ. والأعينَ بالحفظ والرعاية"» وذلك لتوهم كثير منهم أنها إن لم تؤول وتضْرفٌ عن ظاهرها أو هَمَتٍ التشبية وقد تق الفريقان على أن المشبّه ضال , وغيرهم يقولون ان وهم التشبية لو لم يَدُلَّ العقل والنقلّ على التنزيه. فمن شبه فمن نفسه آټي .


27. Tanya Kepada siapa pendapat di atas – yakni tentang makna kata-kata istiwa’, yadain dan A’yun – disandarkan ?

Jawab Pendapat yg telah diuraikan di atas tersebut adalah pendapat ulama Salaf (terdahulu). Adapun Ulama khalaf (yg datang kemudian) mayoritas menafsirkan lafadz Istiwa’ dengan arti “ Istiila’ ” (menguasai), Menafsirkan kata “Yad” dengan nikmat atau kekuasaan serta lafadz A’yun dengan Penjagaan (Hifdz) dan Pemelihara (Ri’ayah). Hal itu karena kebanyakan ulama khalaf tersebut khawatir jika kata2 tersebut tidak ditakwil atau digeser dari makna dzahirnya maka akan terkena pemahaman “Tasybih” (menyerupakan Allah dengan CiptaanNya). Padahal baik Ulama Salaf maupun Khalaf telah sepakat, siapa saja yg menyerupakan Allah dengan makhluqNya maka dia “Sesat” (Dhallun).


Sebagian dari mereka mengatakan bahwa termasuk ke dalam tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk ) jika tidak ada dalil ‘aqli dan Naqli yg menunjukkan bahwa orang tersebut meyakini tanziih ( kesucian Allah ). Barangsiapa menyerupakan Allah dengan makhlukNya (menganggap Allah itu bertangan, bermata, duduk dan lain sebagainya) maka pendapat itu berasal dari dirinya sendiri (bukan pendapat Ulama Salaf maupun Khalaf).

28 - س: كيف نثبت شيئاً ثم نقول: «الكيف فيه مجهول» .

ج: هذا غيرٌ مُستغرّب فإنا نعلم أن نفوسنا متصفة بصفاتٍ كالعلم والقدرة والإرادة مع أنا لا نعلم كيفية قيام هذه الصفات بها بل إنا نَسْمَعُ ونيْصِرٌ ولا تُعلم كيفية حصول السَّمْعٍ والأبصار بل إننا نتكلمٌ ولا نعلم كيف صدَرٌ منا الكلام . فإن علمنا شيئاً من ذلك فقد غابت عنا أشيَاءُ ومثل هذا لا يحصى . فإذا كان هذا فيما يُضاف إلينا فكيفت الحال فيما يُضافٌ إليه سبحانه.
28. Tanya Bagaimana mungkin kita menetapkan sesuatu (meyakini makna ayat Mutasyabihat apa adanya), lantas kita mengatakan “Bagaimana Allah melakukannya itu tidak diketahui?

Jawab Hal itu bukanlah sesatu yg aneh karena sesungguhnya kita mengetahui bahwa diri kita memiliki sifat seperti berilmu, berkemampuan, berkehendak- di sisi lain kita tidak mengetahui cara terjadinya sifat2 tersebut. Sebaliknya, kita mendengar dan melihat tanpa tahu bagaimana bisa pendengaran dan penglihatan itu terjadi. Bahkan sesunguhnya kita berbicara dan tidak tahu bagaimana pembicaraan itu bisa keluar. Jika kita mengetahui bagaimana caranya hal itu terjadi maka hilanglah keraguan kita. Dan banyak lagi hal yg serupa. Jika hal2 tersebut di atas disandarkan pada diri kita (sementara kita tidak dapat memahaminya), maka bagaimana pula halnya jika perkara tersebut disandarkan pada Allah Subhaanahu Wata’ala…..

29 س : أي المذهبين أرجح؟

ج مذهبٌ السلف ارجح لأنه أسلم وأحكم وأما مذهبٌ الخلفٍ فإنما يسوغ الأخذ به عند الضرورة وذلك فيما إذا خشي على بعض الناس إن لم تُؤولُ لهم تلك الكلم أن يْقعوا في مهواة التشبيه فيؤرّلٌ لهم ذلك تأويلا سائغاً في اللغة المشهورة.


29. Tanya Diantara dua pendapat tersebut, manakah yg paling rajih (kuat) ?

Jawab Pendapat Ulama salaf (terdahulu) lah yg paling kuat karena lebih aman dan kuat. Adapun madzhab khalaf (ulama terkini), maka kita boleh memakainya saat darurat dan hal itu berlaku bagi sebagian manusia yg dikhawatirkan terjatuh pada keyakinan Tasybih (menyerupakan Allah dengan makhlukNya), jika kalimat-kalimat di atas tidak ditakwilkan bagi mereka. Maka menakwilkan hal tersebut di atas dibolehkan menurut pendapat yg masyhur. 

Kumpulan Tanya Jawab permasalahan agama Majelis Ta'lim Al Ihsan


https://drive.google.com/file/d/1a59towS6J0TS3fZx9mShGKt_qFtotMNI/view?usp=drivesdk

Friday 28 April 2023

Mimbar dan Tongkat dalam Khutbah

Ada yang baru ketika sholat di masjid Wali Limbung setelah beberapa waktu tidak sholat di sana. Silsilah wali limbung yang terbuat dari ukiran kayu yang di pajang di depan, samping pintu masjid. Namun kali ini saya ingin menulis berkaitan dengan mimbar dan tongkat dalam khutbah. Mimbar di masjid ini terbuat dari kayu tingkat tiga, namun di bawahnya di tambah satu undakan dari keramik, jadi kemungkinan aslinya memang tiga tingkat yang terbuat dari kayu. Masjid di kampung saya dulu di buat tiga tingkat juga namun terbuat dari batu bata. Hal ini menarik karena pastinya para ulama kita jaman dulu tentunya membuat hal tersebut tidak asal-asalan. Berbeda dengan mimbar masjid sekarang yang kebanyakan memiliki penutup di depan yang juga berfungsi sebagai meja. 
Ada beberapa hadits yang kita temui berkaitan dengan mimbar. 
عَنِ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ يُصَلِّي إِلَى جِذْعٍ إِذْ كَانَ الْمَسْجِدُ عَرِيشًا وَكَانَ يَخْطُبُ إِلَى ذَلِكَ الْجِذْعِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِهِ: هَلْ لَكَ أَنْ نَجْعَلَ لَكَ شَيْئًا تَقُومُ عَلَيْهِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ حَتَّى يَرَاكَ النَّاسُ وَتُسْمِعَهُمْ خُطْبَتَكَ؟ قَالَ: نَعَمْ، فَصَنَعَ لَهُ ثَلاَثَ دَرَجَاتٍ فَهِيَ الَّتِي أَعْلَى الْمِنْبَرِ فَلَمَّا وُضِعَ الْمِنْبَرُ وَضَعُوهُ فِي مَوْضِعِهِ الَّذِي هُوَ فِيهِ.

“Dari Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengerjakan shalat dengan menghadap ke batang pohon karena masjidnya ketika itu merupakan bangunan dari unsur kayu dan beliau berkhutbah di atas batang pohon.’ Lalu ada seseorang dari Sahabatnya berkata, ‘Apakah engkau memiliki sesuatu yang bisa kami buatkan mimbar untukmu sehingga engkau bisa berdiri di atas-nya pada hari Jum’at sehingga orang-orang bisa melihatmu dan engkau bisa memperdengarkan khutbahmu kepada mereka?’ Beliau menjawab, ‘Ya, punya.’ Kemudian orang itu membuatkan untuknya tiga tingkat yang ia berada di bagian atas mimbar. Dan ketika mimbar itu diletakkan, maka mereka meletak-kannya di tempatnya yang biasa dia berada di tempat itu ( HR Ahmad)
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ كِلَاهُمَا عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ نَفَرًا جَاءُوا إِلَى سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَدْ تَمَارَوْا فِي الْمِنْبَرِ مِنْ أَيِّ عُودٍ هُوَ فَقَالَ أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْرِفُ مِنْ أَيِّ عُودٍ هُوَ وَمَنْ عَمِلَهُ وَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَّلَ يَوْمٍ جَلَسَ عَلَيْهِ قَالَ فَقُلْتُ لَهُ يَا أَبَا عَبَّاسٍ فَحَدِّثْنَا قَالَ أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى امْرَأَةٍ قَالَ أَبُو حَازِمٍ إِنَّهُ لَيُسَمِّهَا يَوْمَئِذٍ انْظُرِي غُلَامَكِ النَّجَّارَ يَعْمَلْ لِي أَعْوَادًا أُكَلِّمُ النَّاسَ عَلَيْهَا فَعَمِلَ هَذِهِ الثَّلَاثَ دَرَجَاتٍ ثُمَّ أَمَرَ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوُضِعَتْ هَذَا الْمَوْضِعَ فَهِيَ مِنْ طَرْفَاءِ الْغَابَةِ وَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ عَلَيْهِ فَكَبَّرَ وَكَبَّرَ النَّاسُ وَرَاءَهُ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ ثُمَّ رَفَعَ فَنَزَلَ الْقَهْقَرَى حَتَّى سَجَدَ فِي أَصْلِ الْمِنْبَرِ ثُمَّ عَادَ حَتَّى فَرَغَ مِنْ آخِرِ صَلَاتِهِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي صَنَعْتُ هَذَا لِتَأْتَمُّوا بِي وَلِتَعَلَّمُوا صَلَاتِي حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيُّ الْقُرَشِيُّ حَدَّثَنِي أَبُو حَازِمٍ أَنَّ رِجَالًا أَتَوْا سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ قَالَ ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ قَالُوا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ قَالَ أَتَوْا سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ فَسَأَلُوهُ مِنْ أَيِّ شَيْءٍ مِنْبَرُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَاقُوا الْحَدِيثَ نَحْوَ حَدِيثِ ابْنِ أَبِي حَازِمٍ

Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Qutaibah bin Sa'id] keduanya meriwayatkan dari [Abdul Aziz] berkata [Yahya], telah mengabarkan kepada kami [Abdul Aziz bin Abi Hazim] dari [Bapaknya] "Bahwa sejumlah orang datang kepada [Sahl bin Sa'd] karena mereka bertengkar mengenai mimbar Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam terbuat dari kayu apakah mimbar itu? Sahal menjawab, 'Demi Allah, aku tahu betul dari kayu apa mimbar itu dibuat, siapa yang membuatnya, bahkan aku melihat Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam duduk di situ pada hari pertama mimbar itu selesai dibuat.' Kata Abu Hazim, 'Hai Abu Abbas (Sahl)! Ceritakanlah kepada kami! ' Lalu Sahal bercerita, 'Pada suatu hari Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam menyuruh (untuk memanggil) seorang perempuan -Abu Hazim berkata, 'Beliau menyebutkan namanya pada waktu itu'.- lalu beliau bersabda kepadanya, 'Suruhlah anakmu yang tukang kayu itu membuatkan sebuah mimbar kayu untuk tempatku berpidato kepada orang-orang'. Maka dia membuat tiga tingkat ini. Kemudian Rasulullah memerintahkan supaya meletakkan mimbar itu di tempat ini. Mimbar itu terbuat dari kayu hutan. Aku melihat Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam shalat di atas mimbar itu. Lalu beliau bertakbir, maka orang-orang pun bertakbir pula di belakangnya, sedangkan beliau masih di atas mimbar. Kemudian beliau bangkit dari rukuk, lalu turun sambil mundur sehingga beliau sujud di kaki mimbar. Kemudian beliau kembali pula ke atas mimbar hingga selesai shalat. Sesudah itu beliau menghadap kepada orang-orang lalu bersabda, 'Wahai sekalian manusia, aku melalukan ini supaya kalian semua mengikutiku, dan supaya kalian belajar cara shalatku'." Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Ya'qub bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Abdul Qari al-Qurasyi] telah menceritakan kepadaku [Abu Hazim] bahwa beberapa laki-laki datang kepada [Sahl bin Sa'd] dia berkata, --Lewat jalur periwayatan lain-- dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abi Syaibah] dan [Zuhair bin Harb] serta [Ibnu Abi Umar] mereka berkata, telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin Uyainah] dari [Abu Hazim] dia berkata, "Mereka mendatangi [Sahl bin Sa'ad], lalu mereka menanyakan kepadanya, 'Terbuat dari apa mimbar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ' lalu mereka membawakan hadits tersebut semisal hadits Ibnu Abi Hazim." ( HR Muslim)
Dalam riwayat lain Rasululah mengutus seorang (sahabat) untuk menemui wanita dari sahabati Anshar. Ia bernama Alatsah. Sahabat tadi menyampaikan perintah Nabi: “Perintahkanlah budakmu si tukang kayu itu untuk membuatkanku mimbar dari kayu yang aku pakai untuk duduk di atasnya dan untuk berbicara di hadapan manusia.” Dari periwayatan Al-Thabrani, nama budak tersebut adalah Ibrahim. Wanita itu lantas memerintah Ibrahim. Ia pun melaksanakan perintah majikannya. Sahal melanjutkan ceritanya: “Ia mengerjakan mimbar itu dengan mengambil kayu tharfa’  dari hutan.” Mimbar Rasulullah tersebut dibuat dari kayu tharfa’ yakni kayu yang paling bagus dan bentuknya panjang yang berasal dari dalam hutan. 
Ibrahim membuat mimbar tersebut dalam 3 undak-undakan (tangga) pada tahun 8 Hijriah. Pada masa kekhalifahan dinasti Umayyah, khalifah Marwan bin Muhammad (w. 132 H) -khalifah terakhir- menambah tangganya menjadi 6 tingkat agar dapat melihat jamaah yang jumlahnya lebih besar. Dalam perjalanan sejarahnya, terjadi perubahan bentuk mimbar yang silih berganti, baik di masjid Nabawi maupun di Masjidil Haram. Jadi dapat kita simpulkan bahwa pada awalnya mimbar Rasulullah memang terdiri dari tiga undakan atau tingkatan. 
Sedangkan tongkat dan di beberapa masjid di ganti dengan tombak juga terdapat di beberapa riwayat hadits. 
Dari Fatimah bintu Qais Radhiyallahu ‘anha, Bahwa beliau pernah mengikuti khutbah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di masjid Nabawi, menyampaikan berita tentang Dajjal yang diceritakan Tamim ad-Dari. Dalam kesempatan itu Fatimah mengatakan,
فَكُنْتُ فِى الصَّفِّ الْمُقَدَّمِ مِنَ النِّسَاءِ وَهُوَ يَلِى الْمُؤَخَّرَ مِنَ الرِّجَال، فَسَمِعْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ يَخْطُبُ…. فَكَأَنَّمَا أَنْظُرُ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَأَهْوَى بِمِخْصَرَتِهِ إِلَى الأَرْضِ
Saya berada di barisan terdepan shaf wanita, belakang barisan terahir shaf lelaki. Saya mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di atas mimbar… saya melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengarahkan tongkat beliau ke tanah. (HR. Muslim ).
Peristiwa ini terjadi setelah masuk islamnnya Tamim bin Aus ad-Dari. Dan beliau masuk islam tahun 9 H.
Dan Fatimah menyebutkan, ketika itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di atas mimbar.
Hadis lain dari al-Hakam bin Hazn al-Kulafi Radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau merupakan anggota rombongan suku luar Madinah yang bertamu ke Madinah untuk masuk islam. Beliau menceritakan pengalamannya sewaktu di Madinah,
فَأَقَمْنَا بِهَا أَيَّامًا شَهِدْنَا فِيهَا الْجُمُعَةَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى عَصًا أَوْ قَوْسٍ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ كَلِمَاتٍ خَفِيفَاتٍ طَيِّبَاتٍ مُبَارَكَاتٍ
Kami tinggal di Madinah beberapa hari, dan kami ikut jumatan bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berdiri sambil bersandar dengan tongkat atau busur. Beliau memuji Allah dan menyebutkan kalimat pujian yang ringan, indah, dan berkah… (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Hadis dari al-Barra bin Azib Radhiyallahu ‘anhu,
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- نُوِّلَ يَوْمَ الْعِيدِ قَوْسًا فَخَطَبَ عَلَيْهِ
Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi tongkat ketika hari raya, lalu beliau pegangi ketika berkhutbah. (HR. Abu Daud).

Imam Syafi'i di dalam kitab al-Umm:
 قَالَ الشَّافِعِيُّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى بَلَغَنَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَطَبَ اِعْتَمَدَ عَلَى عَصَى. وَقَدْ قِيْلَ خَطَبَ مُعْتَمِدًا عَلَى عُنْزَةٍ وَعَلَى قَوْسٍ وَكُلُّ ذَالِكَ اِعْتِمَادًا. أَخْبَرَنَا الرَّبِيْعُ قَالَ أَخْبَرَنَا الشَّافِعِيُّ قَالَ أَخْبَرَناَ إِبْرَاهِيْمُ عَنْ لَيْثٍ عَنْ عَطَاءٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَطَبَ يَعْتَمِدُ عَلَى عُنْزَتِهِ اِعْتِمَادًا 
Imam Syafi'i radhiyallahu anhu ta'alla berkata: Telah sampai kepada kami (berita) bahwa ketika Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam berkhuthbah, beliau berpegang pada tongkat. Ada yang mengatakan, beliau berkhutbah dengan memegang tongkat pendek dan anak panah. Semua benda-benda itu dijadikan tempat bertumpu (pegangan). Ar-Rabi' mengabarkan dari Imam Syafi'i dari Ibrahim, dari Laits dari 'Atha', bahwa Rasulullah shallahu alaihi wa sallam jika berkhutbah memegang tongkat pendeknya untuk dijadikan pegangan". 
 عَنْ شُعَيْبِ بْنِ زُرَيْقٍ الطَائِفِيِّ قَالَ شَهِدْناَ فِيْهَا الجُمْعَةَ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى عَصَا أَوْقَوْسٍ 
Dari Syu'aib bin Zuraidj at-Tha'ifi ia berkata ''Kami menghadiri shalat jum'at pada suatu tempat bersama Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Maka  Beliau berdiri berpegangan pada sebuah tongkat atau busur". (HR Abi Dawud). Imam As Shan’ani dalam Subulussalam mengomentari hadits tersebut bahwa hadits itu menjelaskan tentang “sunnahnya khatib memegang pedang atau semacamnya pada waktu menyampaikan khutbahnya”. 
Imam Ghazali menjelaskan dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan. 
 فَإِذَا فَرَغَ المُؤَذِّّنُ قَامَ مُقْبِلاً عَلَى النَّاسِ بِوَجْهِهِ لاَ يَلْتَفِتُ يَمِيْنًا وَلاَشِمَالاً وَيُشْغِلُ يَدَيْهِ بِقَائِمِ السَّيْفِ أَوْ العُنْزَةِ وَالمِنْبَرِ كَيْ لاَ يَعْبَثَ بِهِمَا أَوْ يَضَعَ إِحْدَاهُمَا عَلَى الآخَرِ 
Apabila muadzin telah selesai (adzan), maka khatib berdiri menghadap jama' ah dengan wajahnya. Tidak boleh menoleh ke kanan dan ke kiri. Dan kedua tangannya memegang pedang yang ditegakkan atau tongkat pendek serta (tangan yang satunya memegang) mimbar. Supaya dia tidak mempermainkan kedua tangannya. (Kalau tidak begitu) atau dia menyatukan tangan yang satu dengan yang lain". 
Jadi dapat kita simpulkan kesunahan dari mimbar dan tongkat dalam khutbah. 
Wallahu a'lam bi shawab. 
Temanggung, 29 April 2023
Ta' Rouf Yusuf


Saturday 8 April 2023

Terjemah Kitab Safinatun Najah

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين ، وبه نستعين على أمور الدنيا والدين ،وصلى الله وسلم على سيدنا محمد خاتم النبيين ،واله وصحبه أجمعين ، ولاحول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم ،

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji hanya kepada Allah Tuhan semesta alam, dan kepadaNya jualah kita memohon pertolongan atas segala perkara dunia dan akhirat. Dan shalawat serta salamNya semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW Penutup para nabi, juga terhadap keluarga, sahabat sekalian. Dan tiada daya upaya kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Perkasa.


Rukun Islam ada lima perkara, yaitu:

فصل أركان الإسلام

(فصل) أركان الإسلام خمسة : شهادة أن لاإله إلاالله وأن محمد رسول الله وإقام الصلاة ، وإيتاء الزكاة , و صوم رمضان ، وحج البيت من استطاع إليه سبيلا .

1. Bersaksi bahwa tiada ada tuhan yang haq kecuali Alloh Subhaanahu wa Ta'aala dan Nabi Muhammad Sholalloohu 'Alayhi wa Sallam adalah utusanNya.
2. Mendirikan sholat (lima waktu).
3. Menunaikan zakat.
4. Puasa Romadhan.
5. Ibadah haji ke baitullah bagi yang telah mampu melaksanakannya.



فصل أركان الإيمان

(فصل ) أركان الإيمان ستة: أن تؤمن بالله ، وملائكته، وكتبه ، وباليوم الآخر ، وبالقدر خيره وشره من الله تعالى .

Rukun iman ada enam, yaitu:

1. Beriman kepada Alloh Subhaanahu wa Ta'aala.
2. Beriman kepada sekalian Mala’ikat
3. Beriman dengan segala kitab-kitab suci.
4. Beriman dengan sekalian Rosul-rosul.
5. Beriman dengan hari kiamat.
6. Beriman dengan ketentuan baik dan buruknya dari Alloh Subhaanahu wa Ta'aala.


PENGERTIAN LAFADZ LAILAHA ILLALLAH

(فصل ) ومعنى لاإله إلاالله : لامعبود بحق في الوجود إلا الله .

Adapun arti “La ilaha illah”, yaitu: Tidak ada Tuhan yang berhak disembah dalam kenyataan selain Alloh.

Tanda-tanda Baligh (Dewasa)

(فصل ) علامات البلوغ ثلاث : تمام خمس عشرة سنه في الذكروالأنثى ، والاحتلام في الذكر والأنثى لتسع سنين ، و الحيض في الأنثى لتسع سنين .

Adapun tanda-tanda balig (mencapai usia remaja) seseorang ada tiga, yaitu:
1. Berumur seorang laki-laki atau perempuan lima belas
2. Bermimpi (junub) terhadap laki-laki dan perempuan ketika melewati sembilan tahun.
3. Keluar darah Hai dh sesudah berumur sembilan tahun. 

Bersuci Memakai Batu

(فصل) شروط إجزاء الحَجَرْ ثمانية: أن يكون بثلاثة أحجار ، وأن ينقي المحل ، وأن لا يجف النجس ، ولا ينتقل ، ولا يطرأ عليه آخر ، ولا يجاوز صفحته وحشفته ، ولا يصيبه ماء ، وأن تكون الأحجار طاهرة.

Syarat boleh menggunakan batu untuk beristinja ada delapan, yaitu:
1. Menggunakan tiga batu.
2. Mensucikan tempat keluar najis dengan batu tersebut.
3. Najis tersebut tidak kering.
4. Najis tersebut tidak berpindah.
5. Tempat istinja tersebut tidak terkena benda yang lain sekalipun tidak najis.
6. Najis tersebut tidak berpindah tempat istinja (lubang kemaluan belakang dan kepala kemaluan depan) .
7. Najis tersebut tidak terkena air .
8. Batu tersebut suci.


Fardhu dan Rukun Wudhu

(فصل ) فروض الوضوء ستة: الأول:النية ، الثاني : غسل الوجه ، الثالث: غسل اليدين مع المرفقين ، الرابع : مسح شيء من الرأس ، الخامس : غسل الرجلين مع الكعبين ، السادس :الترتيب .

Rukun wudhu ada enam, yaitu:

1. Niat.
2. Membasuh muka
3. Membasuh kedua tangan serta siku.
4. Menyapu sebagian kepala.
5. Membasuh kedua kaki serta buku lali.
6. Tertib. 

Pengertian Niat dan Tertib

(فصل ) النية : قصد الشيء مقترنا بفعله ، ومحلها القلب والتلفظ بها سنة ، ووقتها عند غسل أول جزء من الوجه ، والترتيب أن لا يقدم عضو على عضو .

Niat adalah menyengaja suatu (perbuatan) berbarengan (bersamaan) dengan perbuatannya didalam hati. Adapun mengucapkan niat tersebut maka hukumnya sunnah, dan waktunya ketika pertama membasuh sebagian muka.
Adapun tertib yang dimaksud adalah tidak mendahulukan satu anggota terhadap anggota yag lain (sebagaimana yang telah tersebut).


Air

(فصل ) الماء قليل وكثير : القليل مادون القلتين ، والكثير قلتان فأكثر. القليل يتنجس بوقوع النجاسة فيه وإن لم يتغير . والماء الكثير لا يتنجس إلا إذا تغير
طعمه أو لونه أو ريحه.

Air terbagi kepada dua macam; Air yang sedikit. Dan air yang banyak.
Adapun air yang sedikit adalah air yang kurang dari dua qullah . Dan air yang banyak itu adalah yang sampai dua qullah atau lebih.

Air yang sedikit akan menjadi najis dengan sebab tertimpa najis kedalamnya, sekalipun tidak berubah. Adapun air yang banyak maka tdak akan menjadi najis kecuali air tersebut telah berubah warna, rasa atau baunya.

Perkara yang Mewajibkan Mandi

(فصل ) موجبات الغسل ستة: إيلاج الحشفة في الفرج ، وخروج المنى والحيض والنفاس والولادة والموت .

Yang mewajibkan mandi ada enam perkara, yaitu:
1- Memasukkan kemaluan (kepala dzakar) ke dalam farji (kemaluan) perempuan.
2- Keluar air mani.
3- Keluar darah haidh [datang bulan].
4- Keluar darah nifas [darah yang keluar setelah melahirkan].
5- Melahirkan.
6- Mati.


Fardhu dan Rukun Mandi Junub

(فصل ) فروض الغسل اثنان : النية ، وتعميم البدن بالماء .

Fardhu–fardhu (rukun) mandi yang diwajibkan ada dua perkara, yaitu:
1- Niat mandi wajib.
2- Menyampaikan air ke seluruh tubuh dengan sempurna.


Syarat-syarat Wudhu

(فصل ) شروط الوضوء عشرة : الإسلام ، والتمييز ، والنقاء ، عن الحيض ، والنفاس ، وعما يمنع وصول الماء إلى البشرة ، وأن لا يكون على العضو ما يغير الماء الطهور ، ودخول الوقت ، والموالاة لدائم الحدث.

Syarat– Syarat Wudhu` ada sepuluh, yaitu:
1- Islam.
2- Tamyiz (cukup umur dan ber’akal).
3- Suci dari haidh dan nifas.
4- Lepas dari segala hal dan sesuatu yang bisa menghalang sampai air ke kulit.
5- Tidak ada sesuatu disalah satu anggota wudhu` yang merubah keaslian air.
6- Mengetahui bahwa hukum wudhu` tersebut adalah wajib.
7- Tidak boleh beri`tiqad (berkeyakinan) bahwa salah satu dari fardhu–fardhu wudhu` hukumnya sunnah (tidak wajib).
8- Kesucian air wudhu` tersebut.
9- Masuk waktu sholat yang dikerjakan.
10- Muwalat .
Dua syarat terakhir ini khusus untuk da'im al-hadats (orang yang selalu hadas karena beser kencing atau keluar darah istihadoh, kentut terus menerus, ambeien, dll) .


Perkara yang Membatalkan Wudhu

(فصل ) نوا قض الوضوء أربعة أشياء : (الأول) الخارج من أحد السبيلين من قبل أو دبر ريح أو غيره إلا المنى ، (الثاني ) زوال العقل بنوم أو غيره إلا نوم قاعد ، ممكن مقعده من الأرض ، (الثالث) التقاء بشرتي رجل وامرأة كبيرين من غير حائل ، (الرابع ) مس قبل الآدمي أو حلقة دبره ببطن الراحة أو بطون الأصابع .

Yang membatalkan wudhu` ada empat, yaitu:
1- Apa bila keluar sesuatu dari salahsatu kemaluan seperti angin dan lainnya, kecuali air mani.
2- Hilang akal seperti tidur dan lain lain, kecuali tidur dalam keadaan duduk rapat bagian punggung dan pantatnya dengan tempat duduknya, sehingga yakin tidak keluar angin sewaktu tidur tersebut
3- Bersentuhan antara kulit laki–laki dengan kulit perempuan yang bukan muhrim baginya dan tidak ada penghalang antara dua kulit tersebut seperti kain dll.
”Mahram”: (orang yang haram dinikahi seperti saudara kandung).
4- Menyentuh kemaluan orang lain atau dirinya sendiri atau menyentuh tempat pelipis dubur (kerucut sekeliling) dengan telapak tangan atau telapak jarinya.


Larangan Bagi yang Batal Wudhu

(فصل ) من انتقض وضوؤه حرم عليه أربعه أشياء : الصلاة والطواف ومس
المصحف وحمله.

Larangan bagi orang yang berhadats kecil/ batal wudhu ada empat, yaitu:
1- Shalat, fardhu maupun sunnah.
2- Thowaaf (keliling ka`bah tujuh kali).
3- Menyentuh kitab suci Al-Qur`an
4. Membawa atau mengangkat Al Quran

Larangan Bagi yang Orang Junub (Hadats Besar)

ويحرم على الجنب ستة أشياء: الصلاة والطواف ومس المصحف وحمله واللبث في المسجد وقراءة القرآن.

Larangan bagi orang yang berhadats besar (junub) ada lima, yaitu:
1- Sholat.
2- Thowaaf.
3- Menyentuh Al-Qur`an.
4- Membaca Al-Qur`an.
5- I`tikaf (berdiam di masjid).


Larangan Bagi Wanita Haid

ويحرم بالحيض عشرة أشياء : الصلاة والطواف ومس المصحف وحمله واللبث في المسجد وقراءة القرآن والصوم والطلاق والمرور في المسجد إن خافت تلويثه والاستمتاع بما بين السرة والركبة.

Larangan bagi perempuan yang sedang haidh ada sepuluh, yaitu:

1- Sholat.
2- Thowaaf.
3- Menyentuh Al-Qur`an.
4- Membaca Al-Qur`an.
5- Puasa
6- I’tikaf di masjid.
7- Masuk ke dalam masjid sekalipun hanya untuk sekedar lewat jika ia takut akan mengotori masjid tersebut.
8- Cerai, karena itu, di larang suami menceraikan isterinya dalam keadaan haidh.
9- Jima`.
10- Bersenang – senang dengan isteri di antara pusar dan lutut.


(فصل)
 أسباب التيمم ثلاثة: فقد الماء ، والمرض ، والاحتياج إليه لعطش حيوان محترم .
غير المحترم ستة : تارك الصلاة والزاني المحصن والمرتد والكافر الحربي والكلب العقور والخنزير .

Sebab-Sebab Tayammum

Sebab – Sebab yang membolehkan tayammum ada tiga hal, yaitu:

1- Tidak ada air untuk berwudhu`.
2- Ada penyakit yang mengakibatkan tidak boleh memakai air.
3- Ada air hanya sekedar mencukupi kebutuhan minum manusia atau binatang yang Muhtaram (dihormati).

Adapun Non-Muhtaram ada enam macam, yaitu:
1- Orang yang meninggalkan sholat wajib.
2- kafir Harbiy (yang boleh di bunuh).
3- Murtad.
4- Penzina dalam keadaan Ihshan (orang yang sudah ber’aqad nikah yang sah).
5- Anjing yang menyalak (tidak menta`ati pemiliknya atau tidak boleh dipelihara).
6- Babi.

(فصل )
 شروط التيمم عشرة: أن يكون بتراب وان يكون التراب طاهرا وأن لا يكون مستعملا ولا يخالطه دقيق ونحوه وأن يقصده وأن يمسح وجهه ويديه بضربتين وأن يزيل النجاسة أولا وأن يجتهد في القبلة قبله وأن يكون التيمم بعد دخول الوقت وأن يتيمم لكل فرض .


Syarat–Syarat Tayammum

Syarat–Syarat mengerjakan tayammum ada sepuluh, yaitu:

1- Bertayammum dengan tanah.
2- Menggunakan tanah yang suci tidak terkena najis.
3- Tidak pernah di pakai sebelumnya (untuk tayammaum yang fardhu).
4- Murni dari campuran yang lain seperti tepung dan seumpamanya.
5- Mengqoshod atau menghendaki (berniat) bahwa sapuan dengan tanah tersebut untuk di jadikan tayammum.
6- Masuk waktu shalat fardhu tersebut, sebelum tayammum.
7- Bertayammum tiap kali sholat fardhu tiba.
8- Berhati – hati dan bersungguh – sungguh dalam mencari arah qiblat sebelum memulai tayammum.
9- Menyapu muka dan dua tangannya dengan dua kali mengusap tanah tayammum secara masing – masing (terpisah).
10- Menghilangkan segala najis di badan terlebih dahulu.


(فصل)
 فروض التيمم خمسة : الأول : نقل التراب ، الثاني : النية ، الثالث : مسح الوجه ، الرابع : مسح اليدين إلى المرفقين ، الخامس : الترتيب بين المسحتين .


Fardhu dan Rukun Tayammum

Rukun-rukun tayammum ada lima, yaitu:

1. Memindah debu.
2. Niat.
3. Mengusap wajah.
4. Mengusap kedua belah tangan sampai siku.
5. Tertib antara dua usapan.

(فصل)
 مبطلات التيمم أربعة : ما أبطل الوضوء والردة وتوهم الماء إن تيمم لفقده والشك .

Pembatal Tayammum

Perkara yang membatalkan tayammum ada tiga, yaitu:

1. Semua yang membatalkan wudhu’.
2. Murtad.
3. Ragu-ragu terdapatnya air, apabila dia bertayammum karena tidak ada air.


(فصل )
 الذي يظهر من النجاسة ثلاثة : الخمر إذا تخللت بنفسها . وجلد الميتة إذا دبغ وما صارا حيوانا .

Benda Najis yang Bisa Suci

Perkara yang menjadi suci dari yang asalnya najis ada tiga, yaitu:

1. Khamar (air yang diperah dari anggur) apabila telah menjadi cuka.
2. Kulit binatang yang disamak.
3. Semua najis yang telah berubah menjadi binatang.


(فصل)
 النجاسة ثلاثه : مغلظة ومخففة ومتوسطة . المغلظة : نجاسة الكلب والخنزير وفرع أحدهما . والمخففة : بول الصبي الذي لم يطعم غير اللبن ولم يبلغ الحولين. والمتوسطة : سائر النجاسات.

Macam-macam Najis

Macam macam najis ada tiga, yaitu:

1. Najis besar (Mughallazoh), yaitu Anjing, Babi atau yang lahir dari salah satunya.
2. Najis ringan (Mukhaffafah), yaitu air kencing bayi yang tidak makan, selain susu dari ibunya, dan umurnya belum sampai dua tahun.
3. Najis sedang (Mutawassithoh), yaitu semua najis selain dua yang diatas.


(فصل )
 المغلظة : تطهر بسبع غسلات بعد إزالة عينها ،إحداهن بتراب . والمخففة : تطهر برش الماء عليها مع الغلبة وإزالة عينها .
والمتوسطة تنقسم إلى قسمين: عينية وحكميه . العينية : التي لها لون وريح وطعم فلا بد من إزالة لونها وريحها وطعمها . والحكمية : التي لا لون لها ولا ريح ولاطعم لها يكفيك جري الماء عليها

Cara Menbasuh Najis

Cara menyucikan najis-najis:

Najis besar (Mughallazoh), menyucikannya dengan membasuh sebanyak tujuh kali, salah satunya menggunakan debu, setelah hilang ‘ayin (benda) yang najis.
Najis ringan (Mukhaffafah), menyucikannya dengan memercikkan air secara menyeluruh dan menghilangkan ‘ayin yang najis.
Najis sedang (Mutawassithoh) terbagi dua bagian, yaitu:
1. 'Ainiyyah yaitu najis yang masih nampak warna, bau, atau rasanya, maka cara menyucikan najis ini dengan menghilangkan sifat najis yang masih ada.
2. Hukmiyyah, yaitu najis yang tidak nampak warna, bau dan rasanya, maka cara menyucikan najis ini cukup dengan mengalirkan air pada benda yang terkena najis tersebut.


(فصل)
 أقل الحيض : يوم وليله وغالبة ستة أوسبع وأكثره خمسة عشرة يوما بلياليها . أقل الطهر بين الحيضتين خمسة عشرة يوما وغالبه أربعة وعشرون يوما أو ثلاثة وعشرون يوما ولاحد لأكثرة .أقل النفاس مجة وغالبة أربعون يوما وأكثرة ستون يوما

Masa Haid

Darah haid yang keluar paling sedikit sehari semalam, namun pada umumnya selama enam atau tujuh hari, dan tidak akan lebih dari 15 hari.

Masa Suci Antara Dua Haid

Paling sedikit masa suci antara dua haid adalah 15 hari, namun pada umumnya 24 atau 23 hari, dan tidak terbatas untuk masa sucinya.

Masa Nifas

Paling sedikit masa nifas adalah sekejap, pada umumnya 40 hari, dan tidak akan melebihi dari 60 hari.

(فصل )
 أعذار الصلاة اثنان : النوم والنسيان .
Udzurnya Shalat

Udzur sholat ada dua:
1. Tidur .
2. Lupa.


(فصل)
 شروط الصلاة ثمانية : طهارة الحدثين والطهارة عن النجاسة في الثوب والبدن والمكان وستر العورة واستقبال القبلة ودخول الوقت والعلم بفريضتة وأن لايعتقد فرضا من فروضها سنة واجتناب المبطلات .

Syarat Shalat

Syarat sah shalat ada delapan, yaitu:
1. Suci dari hadats besar dan kecil.
2. Suci pakaian, badan dan tempat dari najis.
3. Menutup aurat.
4. Menghadap kiblat.
2. Masuk waktu sholat.
3. Mengetahui rukun-rukan sholat.
4. Tidak meyakini bahwa diantara rukun-rukun sholat adalah sunnahnya
5. Menjauhi semua yang membatalkan sholat.

الأحداث اثنان : أصغر وأكبر . فالأصغر ماأوجب الوضوء . والأكبر ماأوجب الغسل

Hadats

Macam-macam hadats: Hadats ada dua macam, yaitu: Kecil dan Besar.
Hadats kecil adalah hadats yang mewajibkan seseorang untuk berwudhu’, sedangkan hadats besar adalah hadats yang mewajibkan seseorang untuk mandi.
العورات أربع : عورة الرجل مطلقا والأمة في الصلاة ما بين السرة والركبة 
وَ عَوْرَةُ الْحُرَّةِ فِيْ الصَّلاَةِ: جَمِيْعُ بَدَنِهَا مَا سِوَى الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ.
وَ عَوْرَةُ الْحُرَّةِ وَالأَمَةِ عِنْدَ الأَجَانِبِ: جَمِيْعُ الْبَدَنِ.
وَ عِنْدَ مَحَارِمِهمَا وَالنِّسَاءِ: مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ.
Aurat

Macam macam aurat: Aurat ada empat macam, yaitu:

1. Aurat semua laki-laki (merdeka atau budak) dan budak perempuan ketika sholat, yaitu antara pusar dan lutut.
2. Aurat perempuan merdeka ketika sholat, yaitu seluruh badan kecuali muka dan telapak tangan.
3. Aurat perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki yang ajnabi (bukan mahram / muhrim), yaitu seluruh badan.
4. Aurat perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki muhrimnya dan perempuan, yaitu antara pusar dan lutut.

(فصل )
 أركان الصلاة سبعة عشر : الأول النية ،الثاني تكبيرة الإحرام ، الثالث القيام على القادر في الفرض ،الرابع قراءة الفاتحة ، الخامس الركوع ، السادس الطمأنينة فية ، السابع الإعتدال ،الثامن الطمأنينة فيه ، التاسع السجود مرتين ،العاشر الطمأنينة فية ، الحادي عشر الجلوس بين السجدتين ، الثاني عشر الطمأنينة فية ،الثالث عشر التشهد الأخير ،الرابع عشر القعود فيه ،الخامس عشر : الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم ،السادس عشر السلام ،السابع عشر الترتيب

Rukun dan Fardhu Shalat

Rukun sholat ada tujuh belas, yaitu:
1. Niat.
2. Takbirotul ihrom (mengucapkan “Allahuakbar).
3. Berdiri bagi yang mampu.
4. Membaca fatihah.
5. Ruku’ (membungkukkan badan).
6. Thuma’ninah (diam sebentar) waktu ruku’.
7. I’tidal (berdiri setelah ruku’).
8. Thuma’ninah (diam sebentar waktu i’tidal).
9. Sujud dua kali.
10. Thuma’ninah (diam sebentar waktu sujud).
11. Duduk diantara dua sujud.
12. Thuma’ninah (diam sebentar ketika duduk).
13. Tasyahud akhir (membaca kalimat-kalimat yang tertentu).
14. Duduk diwaktu tasyahud.
15. Sholawat (kepada nabi).
16. Salam (kepada nabi).
17. Tertib (berurutan sesuai urutannya)


(فصل)
 النيه ثلاث درجات : إن كانت الصلاة فرضا وجب قصد الفعل والتعيين والفرضية وإن كانت نافلة مؤقتة كراتبة او ذات سبب وجب قصد الفعل والتعيين ، وان كانت نافلة مطلقة وجب قصد الفعل فقط .
الفعل :أصلي والتعيين: ظهرا أو عصرا و الفرضية : فرضا .

Tingkatan Niat

Niat itu ada tiga derajat, yaitu:
3. Jika sholat yang dikerjakan fardhu, diwajibkanlah niat qasdul fi’li (mengerjakan shalat tersebut), ta’yin (nama sholat yang dikerjakan) dan fardhiyah (kefardhuannya).
4. Jika sholat yang dikerjakan sunnah yang mempunyai waktu atau mempunyai sebab, diwajibkanlah niat mengerjakan sholat tersebut dan nama sholat yang dikerjakan seperti sunah Rowatib (sebelum dan sesudah fardhu-fardhu).
5. Jika sholat yang dikerjakan sunnah Mutlaq (tanpa sebab), diwajibkanlah niat mengerjakan sholat tersebut saja.
Yang dimaksud dengan qasdul fi’li adalah aku beniat sembahyang (menyenghajanya), dan yang dimaksud ta’yin adalah seperti dzuhur atau asar, adapun fardhiyah adalah niat fardhu.


(فصل)
 شروط تكبيرة الإحرام : ستة عشرة أن تقع حالة القيام في الفرض وأن تكون بالعربيه وأن تكون بلفظ الجلالة وبلفظ أكبر والترتيب بين اللفظتين وأن لايمد همزة الجلالة وعدم مد باء أكبر وأن لا يشدد الباء وأن لايزيد واواً ساكنة أو متحركة بين الكلمتين ، وأن لايزيد واوا قبل الجلالة وأن لايقف بين كلمتي التكبير وقفة طويلة ولا قصيرة ، وأن يسمع نفسة جميع حروفها ودخول الوقت في المؤقت وإيقاعها حال الإستقبال وأن لا يخل بحرف من حروفها وتأخير تكبيرة المأموم عن تكبيرة الإمام.

Syarat Takbiratul Ihram

Syarat takbirotul ihrom ada enam belas, yaitu:
1. Mengucapkan takbirotul ihrom tersebut ketika berdiri (jika sholat tersebut fardhu).
2. Mengucapkannya dengan bahasa Arab.
3. Menggunakan lafal “Allah”.
4. Menggunakan lafal “Akbar”.
5. Berurutan antara dua lafal tersebut.
6. Tidak memanjangkan huruf “Hamzah” dari lafal “Allah”.
7. Tidak memanjangkan huruf “Ba” dari lafal “Akbar”.
8. Tidak mentaysdidkan (mendobelkan/mengulang) huruf “Ba” tersebut.
9. Tidak menambah huruf “Waw” berbaris atau tidak antara dua kalimat tersebut.
10. Tidak menambah huruf “Waw” sebelum lafal “Allah”.
11. Tidak berhenti antara dua kalimat sekalipun sebentar.
12. Mendengarkan dua kalimat tersebut.
13. Masuk waktu sholat tersebut jika mempuyai waktu.
14. Mengucapkan takbirotul ihrom tersebut ketika menghadap qiblat.
15. Tidak tersalah dalam mengucapkan salah satu dari huruf kalimat tersebut.
16. Takbirotul ihrom ma’mum sesudah takbiratul ihrom dari imam.


(فصل )
 شروط الفاتحة عشرة : الترتيب والموالاة ومراعاة تشديداتها وأن لا يسكت سكتة طويلة ولا قصيرة يقصد قطع القراءة وقراءة كل آياتها ومنها البسملة وعدم اللحن المخل بالمعنى وأن تكون حالة القيام في الفرض ، وأن يسمع نفسة القراءة وأن لا يتخللها ذكر أجنبي .
Syarat Membaca Al-Fatihah

Syarat-syarat sah membaca surat al-Fatihah ada sepuluh, yaitu:
1. Tertib (yaitu membaca surat al-Fatihah sesuai urutan ayatnya).
2. Muwalat (yaitu membaca surat al-Fatihah dengan tanpa terputus).
3. Memperhatikan makhroj huruf (tempat keluar huruf) serta tempat-tempat tasydid.
4. Tidak lama terputus antara ayat-ayat al-Fatihah ataupun terputus sebentar dengan niat memutuskan bacaan.
5. Membaca semua ayat al-Fatihah.
6. Basmalah termasuk ayat dari al-fatihah.
7. Tidak menggunakan lahan (lagu) yang dapat merubah makna.
8. Memabaca surat al-Fatihah dalam keaadaan berdiri ketika sholat fardhu.
9. Mendengar surat al-Fatihah yang dibaca.
10. Tidak terhalang oleh dzikir yang lain.


(فصل)
 تشديدات الفاتحة أربع عشرة : بسم الله فوق اللام ، الرَّحمن فوق الراء ، الرَّحيم فوق الراء ، الحمد لله فوق لام الجلالة ، ربُّ العالمين فوق الباء ، الرَّحمن فوق الراء ،مالك يوم الدِّين فوق الدال ، إيَّاك نعبد فوق الياء ، إيَّاك نستعين فوق الياء ، اهدنا الصِّراط المستقيم فوق الصاد ، صراط الَّذين فوق اللام ، أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضَّالِّين فوق الضاد واللام .

Tasydid Al-fatihah

Tempat-tempat tasydid dalam surah al-fatihah ada empat belas, yaitu:
1. Tasydid huruf “Lam” jalalah pada lafal (الله ).
2. Tasydid huruf “Ra’” pada lafal (( الرّحمن .
3. Tasydid huruf “Ra’” pada lapal ( الرّحيم).
4. Tasydid “Lam” jalalah pada lafal ( الحمد لله).
5. Tasydid huruf “Ba’” pada kalimat (ربّ العالمين ).
6. Tasydid huruf “Ra’” pada lafal (الرّحمن ).
7. Tasydid huruf “Ra’” pada lafal ( الرّحيم).
8. Tasydid huruf “Dal” pada lafal (الدّين ).
9. Tasydid huruf “Ya’” pada kalimat إيّاك نعبد) ).
10. Tasydid huruf “Ya” pada kalimat (وإيّاك نستعين ).
11. Tasydid huruf “Shad” pada kalimat ( اهدنا الصّراط المستقيم).
12. Tasydid huruf “Lam” pada kalimat (صراط الّذين ).
13. Tasydid “Dhad” pada kalimat (ولا الضالين).
14. Tasydid huruf “Lam” pada kalimat (ولا الضالين).

(فصل)
 يسن رفع اليدين في أربعة مواضع: عند تكبيرة الإحرام وعند الركوع وعند الإعتدال وعند القيام من التشهد الأول .

Tempat yang disunatkan Mengangkat Kedua Tangan

Tempat disunatkan mengangkat tangan ketika shalat ada empat, yaitu:
1. Ketika takbiratul ihram.
2. Ketika Ruku’.
3. Ketika bangkit dari Ruku’ (I’tidal).
4. Ketika bangkit dari tashahud awal.


(فصل)
 شروط السجود سبعة : أن يسجد على سبعة أعضاء وأن تكون جبهته مكشوفة والتحامل برأسة وعدم الهوى لغيره وأن لايسجد على شيء يتحرك بحركته وارتفاع أسافلة على أعالية والطمأنينة فية.
(خاتمة)
 أعضاء السجود سبعة : الجبهة وبطون الكفين والركبتان وبطون الأصابع والرجلين.

Syarat Sujud

Syarat sah sujud ada tujuh, yaitu:
1. Sujud dengan tujuh anggota.
2. Dahi terbuka (jangan ada yang menutupi dahi).
3. Menekan sekedar berat kepala.
4. Tidak ada maksud lain kecuali sujud.
5. Tidak sujud ketempat yang bergerak jika ia bergerak.
6. Meninggikan bagian punggung dan merendahkan bagian kepala.
7. Thuma’ninah pada sujud.

Anggota Sujud

Penutup:
Ketika seseorang sujud anggota tubuh yang wajib di letakkan di tempat sujud ada tujuh, yaitu:
1. Dahi.
2. Bagian dalam dari telapak tangan kanan.
3. Bagian dalam dari telapak tangan kiri.
4. Lutut kaki yang kanan.
5. Lutut kaki yang kiri.
6. Bagian dalam jari-jari kanan.
7. Bagian dalam jari-jari kiri.


(فصل)
 تشديدات التشهد إحدى وعشرون : خمس في أكمله وستة عشر في أقلة : التحيات على التاء والياء المباركات الصلوات على الصاد ، الطيبات على الطاء والياء ، لله على لام الجلالة ، السلام على السين ، عليك أيها النبي على الياء والنون والياء ، ورحمه الله على لام الجلاله ، وبركاته السلام على السين ، علينا وعلى عباد الله على لام الجلاله ، الصالحين على الصاد، أشهد أن لاإله على لام ألف ،إلا الله على لام ألف ولام الجلاله، وأشهدأن على النون ، محمدا رسول الله على ميم محمدا وعلى الراء وعلى لام الجلاله.
Tasydid Tahiyat (Tasyahud)

Dalam kalimat tasyahud terdapat dua puluh satu harakah (baris) tasydid, enam belas di antaranya terletak di kalimat tasyahud yang wajib di baca, dan lima yang tersisa dalam kalimat yang menyempurnakan tasyahud (yang sunah dibaca), yaitu:
1. “Attahiyyat”: harakah tasydid terletak di huruf “Ta’”.
2. “Attahiyyat”: harakah tasydid terletak di huruf “Ya’”.
3. “Almubarakatusshalawat”: harakah tasydid di huruf “Shad”.
4. “Atthayyibaat”: harakah tasydid di huruf “Tha’”.
5. “Atthayyibaat”: harakah tasydid di huruf “ya’”.
6. “Lillaah”: harakah tasydid di “Lam” jalalah.
7. “Assalaam”: di huruf “Sin”.
8. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
9. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Nun”.
10. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
11. “Warohmatullaah”: di “Lam” jalalah.
12. “Wabarakatuh, assalaam”: di huruf “Sin”.
13. “Alainaa wa’alaa I’baadillah”: di “Lam” jalalah.
14. “Asshalihiin”: di huruf shad.
15. “Asyhaduallaa”: di “Lam alif”.
16. “Ilaha Illallaah”: di “Lam alif”.
17. “Illallaah”: di “Lam” jalalah.
18. “Waasyhaduanna”: di huruf “Nun”.
19. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Mim”.
20. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Ra’”.
21. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Lam” jalalah.


(فصل )
 تشديدات أقل الصلاة على النبي أربع : اللهم على اللام والميم ، صل على اللام ، على محمد على الميم .
Tasydid Shalawat

Sekurang-kurang kalimat shalawat nabi yang memenuhi standar kewajiban di tasyahud akhir adalah Alloohumma sholliy ’alaa Muhammad.
(Adapun).harakat tasydid yang ada di kalimat shalawat nabi tersebut ada di huruf “Lam” dan “Mim” di lafal “Allahumma”. Dan di huruf “Lam” di lafal “Shalli”. Dan di huruf “Mim” di Muhammad.

(فصل)
 أقل السلام : السلام عليكم تشديد السلام على السين .

Mengucapkan Salam

Sekurang-kurang salam yang memenuhi standar kewajiban di tasyahud akhir adalah Assalaamu’alaikum. Adapun Harakat tasydid yang ada di kalimat tersebut terletak di huruf “Sin”.


(فصل) أوقات الصلاة خمس: أول وقت الظهر زوال الشمس ، وآخره مصير ظل الشيء مثله غير ظل الإستواء ، وأول وقت العصر إذا صار ظل كل شيء مثلة وزاد قليلا ، وآخره غروب الشمس . وأول وقت المغرب غروب الشمس وآخره غروب الشفق الأحمر ، وآخره طلوع الفجر الصادق وآخره طلوع الشمس .
الأشفاق ثلاثة : أحمر وأصفر وأبيض .الأحمر مغرب ولأصفر والأبيض عشاء . ويندب تأخير صلاه العشاء إلى أن يغيب الشفق الأحمر والأبيض 
Waktu-waktu Shalat

1. Waktu shalat dzuhur:
Dimulai dari tergelincirnya matahari dari tengah-tengah langit kearah barat dan berakhir ketika bayangan suatu benda menyamai ukuran panjangnya dengan benda tersebut.
2. Waktu salat Ashar:
Dimulai ketika bayangan dari suatu benda melebihi ukuran panjang dari benda tersebut dan berakhir ketika matahari terbenam.
3. Waktu shalat Magrib:
Berawal ketika matahari terbenam dan berakhir dengan hilangnya sinar merah yang muncul setelah matahari terbenam.
4. Waktu shalat Isya
Diawali dengan hilangnya sinar merah yang muncul setelah matahari terbenam dan berakhir dengan terbitnya fajar shadiq. Yang di maksud dengan Fajar shadiq adalah sinar yang membentang dari arah timur membentuk garis horizontal dari selatan ke utara.
5 Waktu shalat Shubuh:
Di mulai dari timbulnya fajar shadiq dan berakhir dengan terbitnya matahari.
Warna sinar matahari yang muncul setelah matahari terbenam ada tiga, yaitu:
Sinar merah, kuning dan putih. Sinar merah muncul ketika magrib sedangkan sinar kuning dan putih muncul di waktu Isya.
Disunnahkan untuk menunda atau mangakhirkan shalat Isya sampai hilangnya sinar kuning dan putih.

(فصل )
 تحرم الصلاة التي ليس لها سبب متقدم ولا مقارن في خمسة أوقات : عند طلوع الشمس حتى ترتفع قدر رمح وعند الإستواء في غير يوم الجمعة حتى تزول ، وعند الإصفرار حتى تطلع الشمس وبعد صلاة العصر حتى تغرب .

Waktu Haram Mengerjakan Shalat

Shalat itu haram manakala tidak ada mempunyai sebab terdahulu atau sebab yang bersamaan (maksudnya tanpa ada sebab sama sekaliseperti sunat mutlaq) dalam beberapa waktu, yaitu:
1. Ketika terbit matahari sampai naik sekira-kira sama dengan ukuran tongkat atau tombak.
2. Ketika matahari berada tepat ditengah tengah langit sampai bergeser kecuali hari Jum’at.
3. Ketika matahari kemerah-merahan sampai tenggelam.
4. Sesudah shalat Shubuh sampai terbit matahari.
5. Sesudah shalat Asar sampai matahari terbenam.

(فصل)
 سكتات الصلاة ستة : بين تكبيرة الإحرام ودعاء الإفتتاح والتعوذ، وبين الفاتحة والتعوذ، وبين آخر الفاتحة وآمين ، وبين آمين والسوره ، وبين السورة والركوع .

Diam yang Disunnahkan

Tempat saktah (berhenti dari membaca) pada waktu shalat ada enam tempat, yaitu:
1. Antara takbiratul ihram dan do’a iftitah (doa pembuka sesudah takbiratul ihram).
2. Antara doa iftitah dan ta’awudz (mengucapkan perlindungan dengan Allah SWT dari setan yang terkutuk).
3. Antara ta’awudz dan membaca fatihah.
4. Antara akhir fatihah dan ta’min (mengucapkan amin).
5. Antara ta’min dan membaca surat (qur’an).
6. Antara membaca surat dan ruku’.
Semua tersebut dengan kadar tasbih (bacaan subhanallah), kecuali antara ta’min dan membaca surat, disunahkan bagi imam memanjangkan saktah dengan kadar membaca fatihah.

(فصل)
 الأركان التي تلزمه فيها الطمأنينة أربعة : الركوع والإعتدال والسجود والجلوس بين السجدتين .
الطمأنينة هي : سكون بعد حركة بحيث يستقر كل عضو محله بقدر سبحان الله .

Rukun yang Wajib Tuma'ninah

Rukun-rukun yang diwajibkan didalamnya tuma’ninah ada empat, yaitu:
1. Ketika ruku’.
2. Ketika i’tidal.
3. Ketika sujud.
4. Ketika duduk antara dua sujud.

Tuma’ninah adalah diam sesudah gerakan sebelumnya, sekira-kira semua anggota badan tetap (tidak bergerak) dengan kadar tasbih (membaca subhanallah).

(فصل)
 أسباب سجود السهو أربعة :الأول ترك بعض من أبعاض الصلاة أو بعض البعض ، الثاني فعل مايبطل عمده ولايبطل سهوه إذا فعله ناسيا ، الثالث نقل ركن قولي إلى غير محله ، الرابع إيقاع ركن فعلي مع احتمال الزيادة .

Sebab Sujud Sahwi

Sebab sujud sahwi ada empat, yaitu:

1. Meninggalkan sebagian dari ab’adhus shalat (pekerjaan sunnah dalam shalat yang buruk jika seseorang meniggalkannya).
2. Mengerjakan sesuatu yang membatalkan (padahal ia lupa), jika dikerjakan dengan sengaja dan tidak membatalkan jika ia lupa.
3. Memindahkan rukun qauli (yang diucapkan) kebukan tempatnya.
4. Mengerjakan rukun Fi’li (yang diperbuat) dengan kemungkinan kelebihan.

(فصل)
 أبعاض الصلاة سبعة : التشهد الأول وقعوده والصلاه على النبي صلى الله عليه وسلم فيه ، والصلاه على الآل التشهد الأخير، والقنوت ،والصلاة على النبي صلى الله علية وسلم وآله فيه.

Sunnah Ab'ad dalam Shalat

Ab’adusshalah ada enam, yaitu:
1. Tasyahud awal
2. Duduk tasyahud awal.
3. Shalawat untuk nabi Muhammad SAW ketika tasyahud awal.
4. Shalawat untuk keluarga nabi ketika tasyahud akhir.
5. Do’a qunut.
6. Berdiri untuk do’a qunut.
7. Shalawat dan Salam untuk nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat ketika do’a qunut.
.
(فصل)
 تبطل الصلاة بأربع عشرة خصلة : بالحدث وبوقوع النجاسة إن لم تلق حالا من غير حمل ، وانكشاف العورة إن لم تستر حالا، والنطق بحرفين أو حرف مفهم عمدا ، وبالمفطر عمدا ، والأكل الكثير ناسيا ،أوثلاث حركات متواليات ولو سهوا والوثبة الفاحشة والضربة المفرطة ، وزيادة ركن فعلي عمدا ، والتقدم على إمامه بركنين فعليين ، والتخلف بهما بغير عذر ، ونية قطع الصلاة ، وتعليق قطعها بشيء والتردد في قطعها .
Pembatal Shalat

Perkara yang membatalkan shalat ada empat belas, yaitu:

1. Berhadats (seperti kencing dan buang air besar).
2. Terkena najis, jika tidak dihilangkan seketika, tanpa dipegang atau diangkat (dengan tangan atau selainnya).
3. Terbuka aurat, jika tidak dihilangkan seketikas.
4. Mengucapkan dua huruf atau satu huruf yang dapat difaham.
5. Mengerjakan sesuatu yang membatalkan puasa dengn sengaja.
6. Makan yang banyak sekalipun lupa.
7. Bergerak dengan tiga gerakan berturut-turut sekalipun lupa.
8. Melompat yang luas.
9. Memukul yang keras.
10. Menambah rukun fi’li dengan sengaja.
11. Mendahului imam dengan dua rukun fi’li dengan sengaja.
12. Terlambat denga dua rukun fi’li tanpa udzur.
13. Niat yang membatalkan shalat.
14. Mensyaratkan berhenti shalat dengan sesuatu dan ragu dalam memberhentikannya.


(فصل)
 الذي يلزم فية نية الإمامة أربع : الجمعة والمعاداة والمنذورة جماعة والمتقدمة في المطر .
Kapan Niat Jadi Imam itu Wajib

Diwajibkan bagi seorang imam berniat menjadi imam terdapat dalam empat shalat, yaitu:
1- Menjadi Imam jumat
2- Menjadi imam dalam shalat i'adah (mengulangi shalat).
3- Menjadi imam shalat nazar berjama`ah
4- Menjadi imam shalat jamak taqdim sebab hujan

(فصل)
 شروط القدوة أحد عشر : أن لايعلم بطلان صلاة إمامة بحدث أو غيرة , وأن لايعتقد وجوب قضائها عليه وأن لا يكون مأموما ولا أميا وأن لايتقدم علية في الموقف وأن يعلم انتقالات إمامة وأن يجتمعا في مسجد أو في ثلثمائة ذراع تقريبا وأن ينوي القدوة أو الجماعة وأن يتوافق نظم صلاتيهما وأن لا يخالفه في سنة فاحشة المخالفة وأن يتابعة .
Syarat Jadi Makmum

Syarat – Syarat ma`mum mengikut imam ada sebelas perkara, yaitu:
1- Tidak mengetahui batal nya shalat imam dengan sebab hadats atau yang lain nya.
2- Tidak meyakinkan bahwa imam wajib mengqadha` shalat tersebut.
3- Seorang imam tidak menjadi ma`mum .
4- Seorang imam tidak ummi (harus baik bacaanya).
5- Ma`mum tidak melebihi tempat berdiri imam.
6- Harus mengetahui gerak gerik perpindahan perbuatan shalat imam.
7- Berada dalam satu masjid (tempat) atau berada dalam jarak kurang lebih tiga ratus hasta.
8- Ma`mum berniat mengikut imam atau niat jama`ah.
9- Shalat imam dan ma`mum harus sama cara dan kaifiyatnya
10- Ma`mum tidak menyelahi imam dalam perbuata sunnah yang sangat berlainan atau berbeda sekali.
11- Ma`mum harus mengikuti perbuatan imam.

(فصل)
 صور القدوة تسع تصح في خمس : قدوة رجل برجل وقدوة امرأه برجل وقدوة خنثى برجل وقدوة امرأة بخنثى وقدوة امرأة بامرأة ، وتبطل في أربع : قدوة رجل بامرأة وقدوة رجل بخنثى وَ قُدْوَةُ خُنْثَى بِامْرَأَةٍ. وَقُدْوَةُ خُنْثَى بِخُنْثَى.

Syarat Sah Shalat Berjamaah

Ada lima golongan orang–orang yang sah dalam berjamaah, yaitu:
1- Laki –laki bermakmum pada laki – laki.
2- Perempuan bermakmum pada laki – laki.
3- Banci bermakmum pada laki – laki.
4- Perempuan bermakmum pada banci.
5- Perempuan bermakmum pada perempuan

Yang Tidak Sah Shalat Berjamaah

Ada empat golongan orang – orang yang tidak sah dalam berjamaah, yaitu:
1- Laki – laki mengikut perempuan.
2- Laki – laki mengikut banci.
3- Banci mengikut perempuan.
4- Banci mengikut banci.

(فصل)
 شروط جمع التقديم أربعة : البداءة بالأولى ونية الجمع والموالاة بينهما ودوام العذر .

Syarat Jamak Taqdim

Ada empat, syarat sah jamak taqdim (menggabung dua shalat diwaktu yang pertama), yaitu:
1- Di mulai dari shalat yang pertama.
2- Niat jamak (mengumpulkan dua shalat sekali gus).
3- Berturut – turut.
4- Udzurnya terus menerus.

(فصل)
 شروط جمع التأخير إثنان : نية التأخير وقد بقي من وقت الأولى مايسعها ودوام العذر إلى تمام الثانية .

Syarat Jamak Ta'khir

Ada dua syarat jamak takhir, yaitu:
1- Niat ta’khir (pada waktu shalat pertama walaupun masih tersisa waktunya sekedar lamanya waktu mengerjakan shalat tersebut).
2- Udzurnya terus menerus sampai selesai waktu shalat kedua.

(فصل)
 شروط القصر سبعة : أن يكون سفره مرحلتين وأن يكون مباحا والعلم بجواز القصر ونيه القصر عند الإحرام وأن لايقتدي بمتم في جزء من صلاتة .

Syarat Shalat Qashar

Ada tujuh syarat qasar, yaitu:
1- Jauh perjalanan dengan dua marhalah atau lebih (80,640 km atau perjalanan sehari semalam).
2- Perjalanan yang di lakukan adalah safar mubah (bukan perlayaran yang didasari niat mengerja maksiat ).
3- Mengetahui hukum kebolehan qasar.
4- Niat qasar ketika takbiratul `ihram.
5- Shalat yang di qasar adalah shalat ruba`iyah (tidak kurang dari empat rak`aat).
6- Perjalanan terus menerus sampai selesai shalat tersebut.
7- Tidak mengikuti dengan orang yang itmam (shalat yang tidak di qasar) dalam sebagian shalat nya.

(فصل)
 شروط الجمعة ستة : أن تكون كلها في وقت الظهر وأن تقام في خطة البلد وأن تصلي جماعة وأن يكونوا أربعين أحرارا ذكورا بالغين مستوطنين وأن لا تسبقها ولا تقارنها جمعة في تلك البلد وأن يتقدمها خطبتان . 

Syarat Shalat Jum’at

Syarat sah shalat Jum’at ada enam, yaitu:
1. Khutbah dan shalat Jum’at dilaksanakan pada waktu Dzuhur.
2. Kegiatan Jum’at tersebut dilakukan dalam batas desa.
3. Dilaksanakan secara berjamaah.
4. Jamaah Jum’at minimal berjumlah empat puluh (40) laki-laki merdeka, baligh dan penduduk asli daerah tersebut.
5. Dilaksanakan secara tertib, yaitu dengan khutbah terlebih dahulu, disusul dengan shalat Jum’at.

(فصل)
أركان الخطبتين خمسة: حمد الله فيهما والصلاة على النبي صلى الله علية وسلم فيهما والوصية بالتقوى فيهما وقراءة آية من القرآن في أحداهما والدعاء للمؤمنين والمؤمنات في الأخيرة .
Rukun Khutbah Jum’at

Rukun khutbah Jum’at ada lima, yaitu:
1. Mengucapkan “الحمد لله” dalam dua khutbah tersebut.
2. Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW dalam dua khutbah tersebut.
3. Berwasiat ketaqwaan kepada jamaah Jum’at dalam dua khutbah Jum’at tersebut.
4. Membaca ayat al-qur’an dalam salah satu khutbah.
5. Mendo’akan seluruh umat muslim pada akhir khutbah.

(فصل)
 شروط الخطبتين عشرة : الطهارة عن الحدثين الأصغر والأكبر والطهارة عن النجاسة في الثوب والبدن والمكان وستر العورة والقيام على القادر والجلوس بينهما فوق طمأنينة الصلاة والموالاة بينهما وبين الصلاة وأن تكون 
بالعربية وأن يسمعها أربعون وأن تكون كلها في وقت الظهر

Syarat Khutbah Jum’at

Syarat sah khutbah jum’at ada sepuluh, yaitu:
1. Bersih dari hadats kecil (seperti kencing) dan besar seperti junub.
2. Pakaian, badan dan tempat bersih dari segala najis.
3. Menutup aurat.
4. Khutbah disampaikan dengan berdiri bagi yang mampu.
5. Kedua khutbah dipisahkan dengan duduk ringan seperti tuma’ninah dalam shalat ditambah beberapa detik.
6. Kedua khutbah dilaksanakan dengan berurutan (tidak diselangi dengan kegiatan yang lain, kecuali duduk).
7. Khutbah dan sholat Jum’at dilaksanakan secara berurutan.
8. Kedua khutbah disampaikan dengan bahasa Arab.
9. Khutbah Jum’at didengarkan oleh 40 laki-laki merdeka, balig serta penduduk asli daerah tersebut.
10. Khutbah Jum’at dilaksanakan dalam waktu Dzuhur.

 (فصل)
الذي يلزم للميت أربع خصال : غسلة وتكفينة والصلاة علية ودفنه .
Cara Mengurus Jenazah (Mayat)

pertama: Kewajiban muslim terhadap saudaranya yang meninggal dunia ada empat perkara, yaitu:
1. Memandikan.
2. Mengkafani.
3. Menshalatkan (sholat jenazah).
4. Memakamkan .

(فصل)
أقل الغسل : تعميم بدنه بالماء. وأكمله أن يغسل سوأتيه وأن يزيل القذر من أنفه وأن يوضئه وأن يدلك بدنه بالسدر وأن يصب الماء عليه ثلاثا.

Cara Memandikan Jenazah

Cara memandikan seorang muslim yang meninggal dunia:
Minimal (paling sedikit): membasahi seluruh badannya dengan air dan bisa disempurnakan dengan membasuh qubul dan duburnya, membersihkan hidungnya dari kotoran, mewudhukannya, memandikannya sambil diurut/digosok dengan air daun sidr dan menyiramnya tiga (3) kali.

(فصل)
 أقل الكفن : ثوب يعمه.، وأكمله للرجال ثلاث لفائف ، وللمرأة قميص وخمار وإزار ولفافتان .

Cara Mengkafani Jenazah

Cara mengkafan:
Minimal: dengan sehelai kain yang menutupi seluruh badan. Adapun cara yang sempurna bagi laki-laki: menutup seluruh badannya dengan tiga helai kain, sedangkan untuk wanita yaitu dengan baju, khimar (penutup kepala), sarung dan 2 helai kain.

(فصل)
 أركان صلاة الجنازة سبعة :الأول النية ،الثاني أربع تكبيرات ، الثالث القيام على القادر ، الرابع قراءة الفاتحة ،الخامس الصلاة على النبي صلى الله علية وسلم بعد الثانية،السادس الدعاء للميت بعد الثالثة ،السابع السلام 

Rukun Shalat Jenazah

Rukun shalat Jenazah ada tujuh (7), yaitu:
1. Niat.
2. Empat kali takbir.
3. Berdiri bagi orang yang mampu.
4. Membaca Surat Al-Fatihah.
5. Membaca shalawat atas Nabi SAW sesudah takbir yang kedua.
6. Do’a untuk si mayat sesudah takbir yang ketiga.
7. Salam.

(فصل)
أقل الدفن : حفرة تكتم رائحته وتحرسه من السباع .وأكمله قامة وبسطة، ويوضع خده على التراب ويجب توجيهه إلى القبلة .

Cara Mengubur Jenazah (Mayat)

Sekurang-kurang menanam (mengubur) mayat adalah dalam lubang yang menutup bau mayat dan menjaganya dari binatang buas. Yang lebih sempurna adalah setinggi orang dan luasnya, serta diletakkan pipinya di atas tanah. Dan wajib menghadapkannya ke arah qiblat.

(فصل)
 ينبش الميت لأربع خصال : للغسل إذا لم يتغير ولتوجيهه إلى القبلة وللمال إذا دفن معه ، والمرأة إذا دفن جنينها وأمكنت حياته .

Membongkar Kuburan

Mayat boleh digali kembali, karena ada salah satu dari empat perkara, yaitu:
1. Untuk dimandikan apabila belum berubah bentuk.
2. Untuk menghadapkannya ke arah qiblat.
3. Untuk mengambil harta yang tertanam bersama mayat.
4. Wanita yang janinnya tertanam bersamanya dan ada kemungkinan janin tersebut masih hidup.

(فصل)
 الإستعانات أربع خصال : مباحة وخلاف الأولى ومكروهه وواجبة فالمباحة هي تقريب الماء ، وخلاف الأولى هي صب الماء على نحو المتوضئ ،والمكروهه هي لمن يغسل أعضاءه ، والواجبة هي للمريض عند العجز. 

Hukum Minta Bantuan dalam Bersuci

Hukum isti’anah (minta bantuan orang lain dalam bersuci) ada empat (4) perkara, yaitu:
1. Boleh.
2. Khilaf Aula (sebaiknya dihindari).
3. Makruh
4. Wajib.

Boleh (mubah) meminta untuk mendekatkan air.
Khilaf aula meminta menuangkan air atas orang yang berwudlu.
Makruh meminta menuangkan air bagi orang yang membasuh anggota-anggota (wudhu) nya.
Wajib meminta menuangkan air bagi orang yang sakit ketika ia lemah (tidak mampu untuk melakukannya sendiri).

(فصل)
 الأموال التي تلزم فيها الزكاة ستة أنواع: النعم والنقدان والمعشرات وأموال التجارة ، وواجبها ربع عشر قيمة عروض التجارة والركاز والمعدن.

Zakat

Harta yang wajib di keluarkan zakatnya ada enam macam, yaitu:
1. Binatang ternak.
2. Emas dan perak.
3. Biji-bijian (yang menjadi makanan pokok).
4. Harta perniagaan. Zakatnya yang wajib di keluarkan adalah 4/10 dari harta tersebut.
5. Harta yang terkubur.
6. Hasil tambang.

*sampai di sini tulisan Syaikh Salim Sumair Al-Hadromi. Adapun Kitab Puasa disempurnakan oleh pensyarah matan Syaikh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi Rahimahumallah.


(فصل)
 يجب صوم رمضان بأحد أمور خمسة : (أحدها ) بكمال شعبان ثلاثين يوما (وثانيها) برؤية الهلال في حق من رآه وان كان فاسقا (وثالثا) بثبوته في حق من لم يره بعدل شهادة (ورابعا) بإخبار عدل رواية موثوق به سواء وقع في القلب صدق أم لا أوغيره موثوق به إن وقع في القلب صدقه (وخامسها) بظن دخول رمضان بالإجتهاد فيمن اشتبه عليه ذلك .

Perkara yang Mewajibkan Puasa

Puasa Ramadhan diwajibkan dengan salah satu ketentuan-ketentuan berikut ini:
1. Dengan mencukupkan bulan sya’ban 30 hari.
2. Dengan melihat bulan, bagi yang melihatnya sendiri.
3. Dengan melihat bulan yang disaksikan oleh seorang yang adil di muka hakim.
4. Dengan Kabar dari seseorang yang adil riwayatnya juga dipercaya kebenarannya, baik yang mendengar kabar tersebut membenarkan ataupun tidak, atau tidak dipercaya akan tetapi orang yang mendengar membenarkannya.
5. Dengan beijtihad masuknya bulan Ramadhan bagi orang yang meragukan dengan hal tersebut.

(فصل)
 شروط صحته أربعة أشياء : إسلام وعقل ونقاء من نحو حيض وعلم بكون الوقت قبلا للصوم .

Syarat Sahnya Puasa

Syarat sah puasa ramadhan ada empat (4) perkara, yaitu:
1. Islam.
2. Berakal.
3. Suci dari seumpama darah haidh.
4. Dalam waktu yang diperbolehkan untuk berpuasa.

(فصل)
 شروط وجوبه خمسة اشياء : اسلام وتكليف وإطاقة وصحه وإقامة .

Syarat wajib Puasa

Syarat wajib puasa ramadhan ada lima perkara, yaitu:
1. Islam.
2. Taklif (dibebankan untuk berpuasa).
3. Kuat berpuasa.
4. Sehat.
5. Iqamah (tidak bepergian).

(فصل)
أركانه ثلاثة أشياء: نية ليلا لكل يوم في الفرض وترك مفطر ذاكرا مختارا غير جاهل معذور وصائم .

Rukun Puasa

Rukun puasa ramadhan ada tiga perkara, yaitu:
1. Niat pada malamnya, yaitu setiap malam selama bulan Ramadhan.
2. Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa ketika masih dalam keadaan ingat, bisa memilih (tidak ada paksaan) dan tidak bodoh yang ma’zur (dima’afkan).
3. Orang yang berpuasa.

(فصل)
 يجب مع القضاء للصوم الكفارة العظمى والتعزير على من أفسد صومه في رمضان يوما كاملا بجماع تام آثم به للصوم

Sesuatu yang Mewajibkan Kafarah

Diwajibkan: mengqhadha puasa, kafarat besar dan teguran terhadap orang yang membatalkan puasanya di bulan Ramadhan satu hari penuh dengan sebab menjima’ lagi berdosa sebabnya.

ويجب مع القضاء الإمساك للصوم في ستة مواضع:الأول في رمضان لافي غيره على متعد بفطره، والثاني على تارك النية ليلا في الفرض، والثالث على من تسحر ظانا بقاء الليل فبان خلافة أيضا ، والرابع على من افطر ظانا الغروب فبان خلافه ايضا ، والخامس على من بان له يوم ثلاثين من شعبان أنه من رمضان ، والسادس على من سبقه ماء المبالغة من مضمضة واستنشاق

Wajib Imsak dan Qadha Puasa

Dan wajib serta qhadha: menahan makan dan minum (imsak) ketika batal puasanya pada enam tempat:
1. Dalam bulan Ramadhan bukan selainnya, terhadap orang yang sengaja membatalkannya.
2. Terhadap orang yang meninggalkan niat pada malam hari untuk puasa yang Fardhu.
3. Terhadap orang yang bersahur karena menyangka masih malam, kemudian diketahui bahwa Fajar telah terbit.
4. Terhadap orang yang berbuka karena menduga Matahari sudah tenggelam, kemudian diketahui bahwa Matahari belum tenggelam.
5. Terhadap orang yang meyakini bahwa hari tersebut akhir Sya’ban tanggal tigapuluh, kemudian diketahui bahwa awal Ramadhan telah tiba.
6. Terhadap orang yang terlanjur meminum air dari kumur-kumur atau dari air yang dimasukkan ke hidung.

 (فصل)
 يبطل الصوم : بردة وحيض ونفاس أو ولادة وجنون ولو لحظة وبإغماء وسكر تعدى به إن عمَّا جميع النهار

Pembatal Puasa

Batal puasa seseorang dengan beberapa macam, yaitu:
- Sebab-sebab murtad.
- Haidh.
- Nifas.
- Melahirkan.
- Gila sekalipun sebentar.
- Pingsan dan mabuk yang sengaja jika terjadi yang tersebut di siang hari pada umumnya.

(فصل)
 الإفطار في رمضان أربعة انواع: واجب كما في الحائض والنفساء، وجائز كما في المسافر والمريض ولاولاكما في المجنون، ومحرم كمن أخر قضاء رمضان تمكنه حتى ضاق الوقت عنه .

Macam-macam Iftar (Membatalkan Puasa)

Membatalkan puasa di siang Ramadhan terbagi empat macam, yaitu:
1. Diwajibkan, sebagaimana terhadap wanita yang haid atau nifas.
2. Diharuskan, sebagaimana orang yang berlayar dan orang yang sakit.
3. Tidak diwajibkan, tidak diharuskan, sebagaimana orang yang gila.
4. Diharamkan (ditegah), sebagaimana orang yang menunda qhadha Ramadhan, padahal mungkin dikerjakan sampai waktu qhadha tersebut tidak mencukupi.

وأقسام الإفطار أربعة : أيضا ما يلزم فية القضاء والفدية وهو اثنان:الأول الإفطار لخوف على غيرة ، والثاني الإفطار مع تأخير قضاء مع إمكانه حتى يأتي رمضان آخر ، وثانيها مايلزم فية القضاء دون الفدية وهو يكثر كمغمى علية ، وثالثهما ما يلزم فيه الفدية دون القضاء وهوشيخ كبير ، ورابعها لا ولا وهو المجنون الذي لم يتعد بجنونه .

Kemudian terbagi orang-orang yang telah batal puasanya kepada empat bagian, yaitu:
1. Orang yang diwajibkan qhadha dan fidyah, seperti perempuan yang membatalkan puasanya karena takut terhadap orang lain saperti bayinya. Dan seperti orang yang menunda qhadha puasanya sampai tiba Ramadhan berikutnya.
2. Orang yang diwajibkan mengqhadha tanpa membayar fidyah, seperti orang yang pingsan.
3. Orang yang diwajibkan terhadapnya fidyah tanpa mengqhadha, seperti orang yang sangat tua yang tidak kuasa.
4. Orang yang tidak diwajibkan mengqhadha dan membayar fidyah, seperti orang gila yang tidak disengaja.

(فصل)
 الذي لا يفطِر مما يصل إلى الجوف سبعة أفراد : مايصل إلى الجوف بنسيان أو جهل أو إكراة وبجريان ريق بما بين أسنانه وقد عجز عن مجه لعذره وما وصل إلى الجوف وكان غبار طريق ، وما وصل إلية وكان غربلة دقيق ، أوذبابا طائرا أو نحوه .

Perkara yang tidak membatalkan Puasa Sampai ke Rongga

Perkara-perkara yang tidak membatalkan puasa sesudah sampai ke rongga mulut ada tujuh macam, yaitu:
1. Ketika kemasukan sesuatu seperti makanan ke rongga mulut dengan lupa
2. Atau tidak tahu hukumnya .
3. Atau dipaksa orang lain.
4. Ketika kemasukan sesuatu ke dalam rongga mulut, sebab air liur yang mengalir diantara gigi-giginya, sedangkan ia tidak mungkin mengeluarkannya.
5. Ketika kemasukan debu jalanan ke dalam rongga mulut.
6. Ketika kemasukan sesuatu dari ayakan tepung ke dalam rongga mulut.
7. Ketika kemasukan lalat yang sedang terbang ke dalam rongga mulut.

والله اعلم بالصواب نسأل الله الكريم بجاه نبيه الوسيم، أن يخرجني من الدنيا مسلما، ووالدي وأحبائي ومن إلي انتمي، وان يغفر لي ولهم مقحمات ولمما ، وصلى الله على سيدنا محمد بن عبد الله بن عبد المطلب بن هاشم بن عبد مناف رسول الله إلى كافة الخلق رسول الملاحم ،حبيب الله الفاتح الخاتم ،وآله وصحبه أجمعين والحمد لله رب العالمين .

Penutup (Khotimah)

Kemudian kami akhiri dengan meminta kepada Allah Yang  Maha Mulia, dengan jah ( kedudukan) beginda kita Nabi Muhammad Shollallahu 'Alaihi wa Sallam yang wasim ( rupawan) , supaya mengakhiri hidupku dengan memeluk agama Islam, juga orang tuaku, orang yang aku sayangi dan semua keturunanku. Dan mudah-mudahan ia mengampuniku serta mereka segala kesalahan dan dosa.
Semoga rahmat Tuhan selalu tercurah keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad bin 'Abdullah bin 'Abdul Mutholib bin Abdi Manaf bin Hasyim yang menjadi utusan Alloh kepada sekalian makhluk Rosulul malahim, kekasih Alloh yang membuka pintu rahmat, menutup pintu kenabian, serta keluarga dan sahabat sekalian. Walhamdu lillaahi Robbil ’Aalamin...

تم بعون الله تعالى متن سفينة النجا

Temanggung, 17 Ramadhan 1444H / 8 April 2023

Penentuan Awal Ramadahan

Assalamu'alaikum ijin bertanya ketika memasuki bulan Ramadhan seringkali terjadi perbedaan penentuan Awal Ramadhan. Bagaiman...