Sunday 30 October 2022

Sifat Penghuni Surga dan Neraka

Pertanyaan
Assalamualaikum
Ustdz ana mau nnya ada brapa sifat penghuni surga dan neraka dan apa saja

Jawab

Beberapa ulama mensarikan ada beberapa sifat penghuni surga, mereka berbeda-beda pendapat terkait jumlah sifat-sifat penghuni surga dan Neraka. Kami coba sampaikan beberapa diantaranya. Sifat Penghuni Surga di antaranya:

1. Beriman dan Beramal Saleh

Sifat penghuni surga yang pertama adalah beriman dan beramal saleh. Mereka itulah orang-orang yang akan menghuni surga dan kekal di dalamnya. Ha ini disebutkan dalam surah al-A’raf [7] ayat 42 yang berbunyi:

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَآ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ٤٢

Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan kebajikan, Kami tidak akan membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Mereka itulah penghuni surga; mereka kekal di dalamnya” (QS. Al-A’raf [7] ayat 42).

2. Muhsin

Sifat penghuni surga yang kedua adalah Muhsin atau orang yang baik dan berbuat kebaikan. Hal ini diterangkan dalam surah Yunus [10] ayat 26 yang berbunyi:

۞ لِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوا الْحُسْنٰى وَزِيَادَةٌ ۗوَلَا يَرْهَقُ وُجُوْهَهُمْ قَتَرٌ وَّلَا ذِلَّةٌ ۗاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ٢٦

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah). Dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) dalam kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Yunus [10] ayat 26).

3. Merendahkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta'alla

Sifat penghuni surga yang ketiga adalah merendahkan diri kepada Allah subhanahuwata'alla. Sifat ini disebutkan dalam surah Hud [11] ayat 23 yang berbunyi:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَاَخْبَتُوْٓا اِلٰى رَبِّهِمْۙ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ٢٣

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dan merendahkan diri kepada Tuhan, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Hud [11] ayat 23).

4. Bertobat Dari Kesalahan

Sifat penghuni surga yang keempat adalah bertobat dari segala kesalahan. Melalui pertobatan tersebut, Allah subhabahu wa ta'alla dengan rahmat-Nya akan mengampuni semua kesalahan dan dosa-dosa. Hal ini disyaratkan dalam surah al-Ahqaf [46] ayat 16 yang berbunyi:

اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ اَحْسَنَ مَا عَمِلُوْا وَنَتَجَاوَزُ عَنْ سَيِّاٰتِهِمْ فِيْٓ اَصْحٰبِ الْجَنَّةِۗ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِيْ كَانُوْا يُوْعَدُوْنَ ١٦

Mereka itulah orang-orang yang Kami terima amal baiknya yang telah mereka kerjakan dan (orang-orang) yang Kami maafkan kesalahan-kesalahannya, (mereka akan menjadi) penghuni-penghuni surga. Itu janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.” (QS. Al-Ahqaf [46] ayat 16).

5. Istikamah

Sifat penghuni surga yang kelima adalah Istikamah, yakni orang-orang yang konsisten dalam kebaikan dan senantiasa mengupayakannya. Hal ini Allah firmankan dalam surah al-Ahqaf [46] ayat 13-14 yang berbunyi:

اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ ١٣ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۚ جَزَاۤءً ۢبِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ١٤

Sesungguhnya orang-orang yang  berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian mereka tetap istikamah tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati. Mereka itulah para penghuni surga, kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Ahqaf [46] ayat 13-14).

6. Sabar dan Tawakal

Sifat penghuni surga yang keenam ialah sabar dan tawakal terhadap berbagai masalah yang dihadapi seraya berusaha menyelesaikannya. Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah – sering – mengeluh terhadap takdir Allah subhanahu wa ta'lla dan senantiasa menghadapi dengan lapang dada apa yang ada di depan mereka, baik nikmat maupun cobaan. Hal ini disebutkan dalam surah al-Ankabut [29] ayat 58-59 yang berbunyi:

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ نِعْمَ اَجْرُ الْعٰمِلِيْنَۖ ٥٨ الَّذِيْنَ صَبَرُوْا وَعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ ٥٩

“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, sungguh, mereka akan Kami tempatkan pada tempat-tempat yang tinggi (di dalam surga), yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang yang berbuat kebajikan, (yaitu) orang-orang yang bersabar dan bertawakal kepada Tuhannya.” (QS. Al-Ankabut [29] ayat 58-59).

7. Ikhlas (Mukhlis)

Sifat penghuni surga yang ketujuh ialah ikhlas, yakni orang-orang yang mengesakan Allah subhanahu wa ta'alla dan hanya mengharap rida-Nya dalam beramal, baik ibadah ritual maupun ibadah sosial. Dalam konteks ini, Allah subhanahu wataalla adalah satu-satunya tujuan utama dalam hidup mereka, sedangkan hal lain seperti harta, tahta, pasangan dan anak adalah wasilah penghubung dengan-Nya.

Allah subhanahu wa ta'alla berfirman dalam surah as-Saffat [37] ayat 40-43 yang berbunyi:

اِلَّا عِبَادَ اللّٰهِ الْمُخْلَصِيْنَ ٤٠ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ رِزْقٌ مَّعْلُوْمٌۙ ٤١ فَوَاكِهُ ۚوَهُمْ مُّكْرَمُوْنَۙ ٤٢ فِيْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِۙ ٤٣

Tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa), mereka itu memperoleh rezeki yang sudah ditentukan, (yaitu) buah-buahan. Dan mereka orang yang dimuliakan, di dalam surga-surga yang penuh kenikmatan.” (QS. As-Saffat [37] ayat 40-43).


Sedangkan Sifat Ahli Neraka disebutkan dalam Surat Qaff ayat 23-24, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَقَالَ قَرِينُهُۥ هَٰذَا مَا لَدَيَّ عَتِيدٌ ٢٣ أَلۡقِيَا فِي جَهَنَّمَ كُلَّ كَفَّارٍ عَنِيدٍ ٢٤ مَّنَّاعٍ لِّلۡخَيۡرِ مُعۡتَدٍ مُّرِيبٍ ٢٥ ٱلَّذِي جَعَلَ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ فَأَلۡقِيَاهُ فِي ٱلۡعَذَابِ ٱلشَّدِيدِ ٢٦

Dan (malaikat) yang menyertainya berkata, Inilah (catatan perbuatan) yang ada padaku. (Allah berfirman), ‘Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka Jahanam semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat enggan melakukan kebaikan, melampaui batas dan bersikap ragu-ragu, yang mempersekutukan Allah dengan tuhan lain, maka lemparkanlah dia ke dalam azab yang keras.’” (Qaf: 23—26)

Pada firman Allah subhanahu wa ta’ala tersebut terdapat enam sifat yang akan membuat seseorang dilemparkan ke dalam Jahanam, yaitu:

1. Orang yang sangat ingkar.

Mereka adalah orang yang sangat kafir, yang mengerjakan berbagai kekafiran, baik berupa perbuatan maupun ucapan. Demikian pula orang yang kekafiran itu telah menguat dalam kalbunya.

2. Keras kepala

Mereka adalah orang yang membangkang terhadap kebenaran dan melawannya dengan kebatilan, padahal ia mengetahui kebenaran tersebut.

3. Enggan melakukan kebaikan. 

Seolah-olah dia justru hendak mencari segala kebajikan agar dia bisa menghalanginya, menghalangi manusia dari amal kebajikan. Keburukan terbesarnya adalah menghalangi mereka untuk beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala, malaikat-Nya, Kitab-kitabNya dan Rasul-rasulnya; serta menghalangi seseorang untuk mendakwahi mereka.

4. Melampaui batas

Mereka melanggar batas-batas hukum Allah subhanahu wa ta’ala dan melanggar hak-hak makhluk sehingga berbuat jahat kepada mereka. Dia tidak hanya menghalangi seseorang untuk berbuat kebajikan, tetapi juga berbuat jahat terhadapnya.

5. Ragu-ragu

Tertanam dalam dirinya keraguan. Demikian juga, ia membuat orang lain menjadi ragu, baik ragu akan janji Allah subhanahu wa ta’ala maupun ancaman-Nya, sehingga tidak ada lagi keimanan dan kebaikan pada dirinya. 

6. Syirik

Ini mencakup semua orang yang menghambakan diri dan menghinakan diri kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala.

Di dalam hadits juga di sebutkan Dari Abu Said al-Khudri radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

يَخْرُجُ عُنُقٌ مِنَ النَّارِ يَتَكَلَّمُ يَقُوْلُ: وُكِلْتُ الْيَوْمَ بِثَلَاثَةٍ؛ بِكُلِّ جَبَّارٍ عَنِيْدٍ، وَمَنْ جَعَلَ مَعَ اللهِ إِلَهًا آخَرَ، وَمَنْ قَتَلَ نَفْساً بِغَيْرِ نَفْسٍ، فَتَنْطَوِي عَلَيْهِمْ فَتَقْذِفُهُمْ فِيْ غَمَرَاتِ جَهَنَّمِ

“Ada sebuah leher yang keluar dari neraka, Ia bisa berbicara. Ia pun berkata,

‘Pada hari ini aku diperintahi (untuk menyiksa) tiga golongan manusia: (1) setiap orang yang sombong lagi membangkang, (2) orang yang mempersekutukan Allah dengan sembahan lain, dan (3) setiap orang yang membunuh sebuah jiwa bukan karena qishash.’Leher itu pun melilit mereka dan melemparkan mereka ke dalam dahsyatnya azab Jahanam. (HR. Ahmad ) 

Wallahu a'lam

Temanggung, 31 Oktober 2022

TRY


Kanzul Jannah

 Assalamualaikum

Afwan,mau izin beratanya:
1. "apa yg dimaksud dengan kanzul Jannah?
2.  Klw kalimat khofifatan itu seperti apa...
3. Adakah doa khusus ngak agar kita masuk surga?
Terimah 🙏🙏

Jawab :

Waalaikimsallam 
1. Ada beberapa hadits terkait dengan kanzul janaah ( perbendaharaan surga) 

Nabi saw bersabda,

 أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى كَلِمَةٍ هِيَ كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ 

“Maukah aku tunjukkan kepadamu suatu kalimat yang termasuk salah satu dari perbendaharaan harta surga? Yaitu; Laa haula walaa quwwata illaa billah' (Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan AIIah)." (HR. Bukhari)

 أَكْثِرْ مِنْ قَوْلِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ 

“Perbanyaklah mengucapkan Laa haula walaa quwwata illa billahi (tidak ada daya dan upaya melainkan milik Allah), karena ia merupakan perbendaharaan surga." (HR. Tirmizi)
Ada juga yang mengatakan bahwa kanzul jannah adalah julukan lain dari azazil disamping sayidul malaikat

2. Kalimat khofifatan adalah kalimat yang ringan 

Sebagaimana dalam hadits disebutkan

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظيم


"Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat di timbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu "Subhanallah wa bi hamdih, subhanallahil 'azhim" (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung). (HR Bukhari No 6682 dan Muslim No 2694).

3. Salah satu doa yang di riwayat kan oleh Imam Ahmad dalam musnad nya adalah satu hadits dari Nabi shalalahu alaihi wa sallam

إذا صليتَ الصبح فقل قبل أن تكلم أحداً من الناس ” اللهم أجرني من النار سبع مرات ” فإنك إن متَّ مِن يومك ذلك كتب الله لك جواراً مِن النار ، وإذا صليت المغرب فقل قبل أن تكلم أحداً من الناس اللهم أجرني من النار” سبع مرات فإنك إن متَّ مِن ليلتك كتب الله عز وجل لك جواراً مِن النَّار

”Apabila kamu selesai shalat subuh, becalah doa berikut sebelum kamu berbicara dengan orang lain: ’Allahumma aajirnii minan naar’ 7 kali. Jika pada hari itu kamu mati maka Allah akan menetapkan bahwa kamu jauh dari neraka. Jika kamu selesai shalat maghrib, ucapkanlah doa ini sebelum kamu berbicara dengan orang lain: ’Allahumma aajirnii minan naar’ 7 kali. Jika malam itu kamu mati, maka Allah tetapkan bahwa kamu jauh dari neraka.”
(HR Ahmad, Abu Dawud) 

Namun hadits di atas ada beberapa yang menilai hadits lemah. Namun ada riwayat lain yang shahih diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الْجَنَّةَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، قَالَتِ الْجَنَّةُ: اللَّهُمَّ أَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَمَنْ اسْتَجَارَ مِنَ النَّارِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، قَالَتِ النَّارُ: اللَّهُمَّ أَجِرْهُ مِنَ النَّارِ

”Siapa yang meminta surga 3 kali, maka surga akan berkata: ’Ya Allah, masukkanlah dia ke dalam surga.’ Dan siapa yang memohon perlindungan dari neraka 3 kali, maka neraka akan berkata: ’Ya Allah, lindungilah dia dari neraka.” (HR. Ahmad 12585, Nasai 5521, Turmudzi 2572)

wallahu a'lam bI shawab

Hukum Sholat menggunakan Sajadah

Pertanyaan
Assalamu'alaikum warohmatulohi wabarakatuh...
Bismillah... Afwan izin bertanya... Apa hukum pemakaian sajadah dalam sholat... Seberapa pentingkah... Dan andai tidak memakai sajadah apa hukumnya... Apa saja faedah jika kita sholat dengan ber sajadah... Dan jika tidak memakai sajadah... Lantas apa saja yang bisa digunakan sebagai penggantinya🙏🙏
Syukron... Baarokallohu fiikum

Jawab :
Waalaikimsallam

Ibnu Taimiyah menyatakan kebolehan sholat di atas sajadah dalam Majmu' Fatawa

Ibnu Taimiyah berkata,

وَإِذَا ثَبَتَ جَوَازُ الصَّلَاةِ عَلَى مَا يُفْرَشُ – بِالسُّنَّةِ وَالْإِجْمَاعِ – عُلِمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَمْنَعْهُمْ أَنْ يَتَّخِذُوا شَيْئًا يَسْجُدُونَ عَلَيْهِ يَتَّقُونَ بِهِ الْحَرَّ

“Jika ketetapan yang menyatakan bolehnya shalat di atas alas -hal ini berdasarkan As Sunnah dan Ijma’ (kesepakatan para ulama), maka diketahui bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah melarang shalat di atas alas untuk menghalangi dari panas.” (Majmu’ Al Fatawa, 22: 175).

Diantara dalil kebolehannya adalah sebagaimana ditemukan dalam Sunan Abu Dawud no 656

ﻗﺎﻟﺖ ﻣﻴﻤﻮﻧﺔ ﺑﻨﺖ اﻟﺤﺎﺭﺙ : ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ «ﻳﺼﻠﻲ ﻭﺃﻧﺎ ﺣﺬاءﻩ ﻭﺃﻧﺎ ﺣﺎﺋﺾ ﻭﺭﺑﻤﺎ ﺃﺻﺎﺑﻨﻲ ﺛﻮﺑﻪ ﺇﺫا ﺳﺠﺪ ﻭﻛﺎﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﻋﻠﻰ اﻟﺨﻤﺮﺓ»

Maimunah binti Harits berkata bahwa Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam shalat dan saya berada di dekatnya. Terkadang pakaian Nabi menyentuh saya saat beliau sujud. Nabi shalat di atas kain selendang. ( HR Abu Dawud) 

Dalam Sunan Abu Dawud no 658 Abu Dawud meriwayatkan hal berikut: 


ﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ، ﺃﻥ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ «ﻛﺎﻥ ﻳﺰﻭﺭ ﺃﻡ ﺳﻠﻴﻢ ﻓﺘﺪﺭﻛﻪ اﻟﺼﻼﺓ ﺃﺣﻴﺎﻧﺎ ﻓﻴﺼﻠﻲ ﻋﻠﻰ ﺑﺴﺎﻁ ﻟﻨﺎ» ﻭﻫﻮ ﺣﺼﻴﺮ ﻧﻨﻀﺤﻪ ﺑﺎﻟﻤﺎء

Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam mendatangi Ummu Sulaim. Kadang bersamaan dengan waktu shalat. Nabi shalat di atas tikar kami. Yaitu tikar yang kami basahi dengan air (dibersihkan dengan air).( HR Abu Dawud) 

Namun Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga pernah sholat tanpa alas. 


وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: (سَأَلَ رَجُلٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ شَيْءٍ مِنْ أَمْرِ الصَّلَاةِ) (فَقَالَ لَهُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا تَوَضَّأتَ فَخَلِّلْ أَصَابِعَ يَدَيْكَ وَرِجْلَيْكَ) وَفِي رِوَايَةٍ: (اجْعَلْ الْمَاءَ بَيْنَ أَصَابِعِ يَدَيْكَ وَرِجْلَيْكَ) (وَإِذَا رَكَعْتَ فَضَعْ كَفَّيْكَ عَلَى رُكْبَتَيْكَ حَتَّى تَطْمَئِنَّ, وَإِذَا سَجَدْتَ فَأَمْكِنْ جَبْهَتَكَ مِنْ الْأَرْضِ, حَتَّى تَجِدَ حَجْمَ الْأَرْضِ)

Ibnu Abbas ra. berkata: (Seorang bertanya Nabi dalam masalah shalat) (Lalu Nabi saw. bersabda: Jika anda wudhu, selah selahilah antar jari-jari tangan dan kakimu). Dalam riwayat lain: (Jadikan air pada jemari tangan dan kakimu) (Jika anda ruku’, maka letakkan kedua telapak tanganmu pada lutut hingga tumakninah, dan jika anda sujud, maka letak-kan dahimu pada bumi dengan mantap, sehingga anda merasakan kadar bumi). ( Hr. Hakim: 648; Tirmidzi: 39; Ibnu Majah: 447; Ahmad: 2604) 

Imam Nawawi memberikan keterangan dalam Kitab Syarah Nawawi 'ala Shahih Muslim sebagai berikut:

قوله : ( فرأيته يصلي على حصير يسجد ) فيه دليل على جواز الصلاة على شيء يحول بينه وبين الأرض من ثوب وحصير وصوف وشعر وغير ذلك ، وسواء نبت من الأرض أم لا . وهذا مذهبنا ومذهب الجمهور ، وقال القاضي - رحمه الله تعالى - : أما ما نبت من الأرض فلا كراهة فيه ، وأما البسط واللبود وغيرها مما ليس من نبات الأرض فتصح الصلاة فيه بالإجماع ، لكن الأرض أفضل منه إلا لحاجة حر أو برد أو نحوهما ، لأن الصلاة سرها التواضع والخضوع

"Perkataan Abu Sai'd Al Khudri : (Kemudian kulihat Nabi Shalallahu alaihi wa sallam bersujud di atas tikar). Dalam hadits terdapat dalil bolehnya shalat diatas sesuatu yang menghalangi diantara orang yang shalat dengan tanah, baik penghalangnya berupa baju, tikar, bulu maupun selain itu, baik penghalangnya tersebut adalah sesuatu yang tumbuh dari tanah maupun tidak. Ini adalah madzhab kami (Syafi'iyah) dan madzhab Jumhur Ulama'. Al-Qodhi berkata : adapun shalat diatas sesuatu yang tumbuh dari tanah maka tidak makruh, adapun menggelar sajadah, karung dan selain keduanya dari sesuatu yang tidak tumbuh di tanah maka sholatnya sah secara ijma', tetapi shalat langsung diatas tanah tanpa alas lebih utama daripada hal itu kecuali jika ada hajat misalnya karena panas atau dingin atas selain keduanya, karena shalat rahasianya adalah tawadhu' dan khudhu"

Dari keterangan Imam Nawawi di atas bisa kita simpulkan bahwa Shalat di atas tanah adalah lebih utama jika tanah tersebut suci dari najis. Namun demikian Shalat dengan menggunakan alas seperti sajadah, tikar, kain, dan sebagainya tetap sah. Namun jika shalat langsung di atas tanah menyebabkan kita kepanasan dan kedinginan, maka shalatlah kita menggunakan alas seperti sajadah dan sebagainya.

Wallahu a'lam

Temanggung, 31 Oktober 2022

TRY

Sunday 6 March 2022

Malam Nisyfu Sya'ban

Malam nisfu sya'ban adalah satu malam yang istimewa di bulan yang istimewa pula. Masyarakat di sekitar Temanggung kebanyakan memanfaatkan malam ini untuk memperbanyak amalan ibadah dengan berkumpul di masjid atau mushola kemudian mengamalkan sholat dan dzikir tertentu.


Mengenai keutamaan malam Nisyfu  Syaban diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr radiyallahuanhu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:


يَطَّلِعُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِعِبَادِهِ إِلَّا لِاثْنَيْنِ: مُشَاحِنٍ، وَقَاتِلِ نَفْسٍ


"Allah Ta’ala menampakkan (rahmat-Nya) kepada hamba-Nya di malam Nisfu Sya’ban, Dia mengampuni hamba-hamba-Nya kecuali orang yang bermusuhan dan pembunuh." (HR. Ahmad no. 6642)


Hadits ini diriwayatkan oleh banyak jalur  yang saling menguatkan, sehingga hadits ini dinyatakan shahih oleh para pakar hadits.


Juga di sunnahkan untuk menghidupkan malam Nishfu Sya'ban dengan memperbanyak ibadah. Walaupun ada sebagian ulama yang melarang atau memakruhkanya. Namun mayoritas ulama mengatakan bahwa dianjurkan (mandub) menghidupkan malam Nishfu Sya'ban dengan berbagai amal shalih secara umum dan mutlak. Seseorang bisa memilih untuk berdzikir, tilawah, shalat malam, sedekah, atau ibadah yang lainnya. 


Tertulis dalam Al Mausu'ah fiqiyah Al Kuwaitiyah:


ذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إِلَى نَدْبِ إِحْيَاءِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ


Menurut mayoritas ahli fiqih, adalah hal yang sunnah (nadb) menghidupkan malam Nishfu Sya’ban (dengan ibadah). 


Menghidupkan malam nisyfu sya'ban dengan ibadah, merupakan perilaku kaum salaf, bahkan Imam Ibnu Taimiyah mengatakan:


إذَا صَلَّى الْإِنْسَانُ لَيْلَةَ النِّصْفِ وَحْدَهُ أَوْ فِي جَمَاعَةٍ خَاصَّةٍ كَمَا كَانَ يَفْعَلُ طَوَائِفُ مِنْ السَّلَفِ فَهُوَ أَحْسَنُ .


“Jika manusia shalat malam nishfu seorang diri atau jamaah secara khusus sebagaimana yang dilakukan segolongan salaf, maka itu lebih baik." (Majmu' Al Fatawa, jilid. 2, hal. 447)


Sebagian ulama ada pula yang menganjurkan berkumpul di masjid/mushalla, melakukan shalat khusus dengan bacaan khusus, dengan pakem khusus, adalah perselisihan fiqih ibadah sejak masa salaf. 


Sebagian ulama salaf ada yang menolaknya seperti Atha', Ibnu Abi Malikah, fuqaha Madinah, dan para sahabatnya Imam Malik (Malikiyah). Ini juga pendapat Hanafiyah, sebagian Syafi'iyah, seperti Imam An Nawawi, dan menyebutnya sebagai bid'ah qabihah (buruk). (Lihat Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyah, jilid. 2, hal. 236. Lihat juga Fatawa Al Azhar, jilid. 10, hal. 131)


Namun sebagian kaum salaf ada yang menyetujuinya, dan menilainya "Itu bukan bid'ah," seperti Khalid bin Ma'dan, Makhul, Luqman bin 'Amir, dan Ishaq bin Rahawaih. Kaum salaf memakai wangi-wangian, celak, dan beribadah sampai pagi. (Fatawa Al Azhar, jilid. 10, hal. 131)


Salah satu ulama salaf, Imam Al Fakihi (w. 272 H) bercerita tentang perbuatan penduduk Mekkah di malam Nishfu Sya'ban:


وَأَهْلُ مَكَّةَ فِيمَا مَضَى إِلَى الْيَوْمِ إِذَا كَانَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، خَرَجَ عَامَّةُ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ إِلَى الْمَسْجِدِ، فَصَلَّوْا، وَطَافُوا، وَأَحْيَوْا لَيْلَتَهُمْ حَتَّى الصَّبَاحَ بِالْقِرَاءَةِ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ، حَتَّى يَخْتِمُوا الْقُرْآنَ كُلَّهُ، وَيُصَلُّوا، وَمَنْ صَلَّى مِنْهُمْ تِلْكَ اللَّيْلَةَ مِائَةَ رَكْعَةٍ يَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ بِالْحَمْدُ، وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ عَشْرَ مَرَّاتٍ، وَأَخَذُوا مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ تِلْكَ اللَّيْلَةَ، فَشَرِبُوهُ، وَاغْتَسَلُوا بِهِ، وَخَبَّؤُوهُ عِنْدَهُمْ لِلْمَرْضَى، يَبْتَغُونَ بِذَلِكَ الْبَرَكَةَ فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ، وَيُرْوَى فِيهِ أَحَادِيثُ كَثِيرَةٌ


Penduduk Mekkah dari dulu sampai hari ini (zaman Imam Al Fakihi, pen), jika datang malam Nishfu Sya'ban, maka mayoritas laki-laki dan perempuan keluar menuju Masjidil Haram, mereka shalat, thawaf, dan menghidupkan malam itu sampai pagi dengan membaca Al Quran di Masjidil Haram sampai mengkhatamkan semuanya, dan mereka shalat, di antara mereka ada yang shalat malam itu 100 rakaat dan pada tiap rakaatnya membaca Al Fatihah dan Al Ikhlas 10 kali, lalu mereka mengambil air zam zam malam itu, lalu meminumnya, mandi dengannya, dan juga menyembuhkan orang sakit dengannya, dalam rangka mencari keberkahan pada malam tersebut. (Akhbar Makkah, 3/84)


Kedua hal tersebut adalah ikhtilaf di antara ulama. Kita diperbolehkan mengambil salah satu pendapat menurut keilmuan kita, namun jangan ingkari pihak lainnya. 


Imam Sufyan Ats Tsauri Rahimahullah mengatakan:


إذا رأيت الرجل يعمل العمل الذي قد اختلف فيه وأنت ترى غيره فلا تنهه.


“Jika engkau melihat seorang melakukan perbuatan yang masih diperselisihkan, padahal engkau punya pendapat lain, maka janganlah kau mencegahnya.”


(Imam Abu Nu’aim Al Asbahany, Hilaytul Auliya, 3/133)


Imam Ahmad bin Hambal ditanya tentang orang yang shalat Ba'diyah Ashar, Beliau Rahimahullah menjawab:


لا نفعله ولا نعيب فاعله


Kami tidak melakukannya tapi kami tidak juga menilai aib orang yang melakukannya.(hal ini karena menurut beliau adalah ikhtilaf diantara ulama)(Al Mughni, 2/87, Syarhul Kabir, 1/802)


Diantara amalan yang di ajarkan ulama salaf adalah sholat malam nisfu sya'ban. Pada rakaat pertama setelah membaca al-fatihah, kemudian membaca surah al-Kafirun. Pada raka’at kedua, setelah membaca al-fatihah kemudian membaca surah al-ikhlas lalu salam.


Kemudian juga disunnahkan membaca surah Yasin sebanyak tiga kali.


Yasin pertama: Mohon dipanjangkan umur karena ibadah kepada Allah (Usia yang sehat jasmani rohani & penuh manfaat, diridhoi Allah swt).


Yasin kedua: Mohon rizki yang banyak karena ibadah kepada Allah.


Yasin ketiga: Mohon Keteguhan Iman, supaya tetap istiqomah dalam kebaikan dan kebenaran sampai akhir hayat  (khusnul khotimah). Karena Iman itulah yg menentukan nasib masa depan seseorang.


Kemudian membaca doa:


اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَ لا يَمُنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا اْلجَلاَلِ وَ اْلاِكْرَامِ ياَ ذَا الطَّوْلِ وَ اْلاِنْعَامِ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَ اَمَانَ اْلخَائِفِيْنَ . اَللَّهُمَّ اِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِى عِنْدَكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقِيًّا اَوْ مَحْرُوْمًا اَوْ مَطْرُوْدًا اَوْ مُقْتَرًّا عَلَىَّ فِى الرِّزْقِ فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقَاوَتِي وَ حِرْمَانِي وَ طَرْدِي وَ اِقْتَارَ رِزْقِي وَ اَثْبِتْنِىْ عِنْدَكَ فِي اُمِّ اْلكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَ قَوْلُكَ اْلحَقُّ فِى كِتَابِكَ الْمُنْزَلِ عَلَى نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَ يُثْبِتُ وَ عِنْدَهُ اُمُّ اْلكِتَابِ. اِلهِيْ بِالتَّجَلِّى اْلاَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍ وَ يُبْرَمُ اِصْرِفْ عَنِّيْ مِنَ اْلبَلاَءِ مَا اَعْلَمُ وَ مَا لا اَعْلَمُ وَاَنْتَ عَلاَّمُ اْلغُيُوْبِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ . اَمِيْنَ


Ya Allah, Dzat Pemilik anugrah, bukan penerima anugrah. Wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Wahai dzat yang memiliki kekuasaan dan kenikmatan. Tiada Tuhan selain Engkau, Engkaulah penolong para pengungsi, pelindung para pencari perlindungan, pemberi keamanan bagi yang ketakutan. Ya Allah, jika Engkau telah menulis aku di sisiMu di dalam Ummul Kitab sebagai orang yang celaka atau terhalang atau tertolak atau sempit rezeki, maka hapuskanlah, wahai Allah, dengan anugrahMu, dari Ummul Kitab akan celakaku, terhalangku, tertolakku dan kesempitanku dalam rezeki, dan tetapkanlah aku di sisimu, dalam Ummul Kitab, sebagai orang yang beruntung, luas rezeki dan memperoleh taufik dalam melakukan kebajikan.


Sungguh Engkau telah berfirman dan firman-Mu pasti benar, di dalam Kitab Suci-Mu yang telah Engkau turunkan dengan lisan nabi-Mu yang terutus: “Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkan apa yang dikehendakiNya dan di sisi Allah terdapat Ummul Kitab.


Wahai Tuhanku, demi keagungan yang tampak di malam pertengahan bulan Sya’ban nan mulia, saat dipisahkan (dijelaskan, dirinci) segala urusan yang ditetapkan dan yang dihapuskan, hapuskanlah dariku bencana, baik yang kuketahui maupun yang tidak kuketahui.


Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi, demi RahmatMu wahai Tuhan Yang Maha Mengasihi. Semoga Allah melimpahkan solawat dan salam kepada junjungan kami Muhammad shalallahualaihi wa sallam beserta keluarga dan para sahabat beliau. Amin


Secara khusus Sayyid Alawi Al Maliki dalam kitab Madza fi Sya’ban menuliskan tiga amalan utama di malam Nisyfu Syaban, di antaranya :


Pertama, memperbanyak doa. Anjuran ini didasarkan pada hadits riwayat Abu Bakar bahwa Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam bersabda,:


 ينزل الله إلى السماء الدنيا ليلة النصف من شعبان فيغفر لكل شيء، إلا لرجل مشرك أو رجل في قلبه شحناء 

 “(Rahmat) Allah turun ke bumi pada malam nisfu Sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan),” (HR Al-Baihaqi). 


Kedua, membaca dua kalimat syahadat sebanyak-banyaknya. Dua kalimat syahadat termasuk kalimat mulia. Dua kalimat ini sangat baik dibaca kapan pun dan di mana pun terlebih lagi pada malam nisfu Sya’ban. Sayyid Muhammad bin Alawi mengatakan,


 وينبغي للمسلم أن يغتنم الأوقات المباركة والأزمنة الفاضلة، وخصوصا شهر شعبان وليلة النصف منه، بالاستكثار فيها من الاشتغال بكلمة الشهادة "لا إله إلا الله محمد رسول الله". 

“Seyogyanya seorang muslim mengisi waktu yang penuh berkah dan keutamaan dengan memperbanyak membaca dua kalimat syahadat, La Ilaha Illallah Muhammad Rasululullah, khususnya bulan Sya’ban dan malam pertengahannya.” 


Ketiga, memperbanyak istighfar. Tidak ada satu pun manusia yang bersih dari dosa dan salah. Itulah manusia. Kesehariannya bergelimang dosa. Namun kendati manusia berdosa, Allah syubhanahu wa ta'alla senantiasa membuka pintu ampunan kepada siapa pun. Karenaya, meminta ampunan (istighfar) sangat dianjurkan terlebih lagi di malam nisfu Sya’ban. Sayyid Muhammad bin Alawi menjelaskan,

 الاستغفار من أعظم وأولى ما ينبغي على المسلم الحريص أن يشتغل به في الأزمنة الفاضلة التي منها: شعبان وليلة النصف، وهو من أسباب تيسير الرزق، ودلت على فضله نصوص الكتاب، وأحاديث سيد الأحباب صلى الله عليه وسلم، وفيه تكفير للذنوب وتفريج للكروب، وإذهاب للهموم ودفع للغموم 


“Istighfar merupakan amalan utama yang harus dibiasakan orang Islam, terutama pada waktu yang memiliki keutamaan, seperti Sya’ban dan malam pertengahannya. Istighfar dapat memudahkan rezeki, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits. Pada bulan Sya’ban pula dosa diampuni, kesulitan dimudahkan, dan kesedihan dihilangkan.


Demikian keterangan kami terkait dengan malam nisyfu Sya'ban. Wallahu A’lam

Thursday 9 December 2021

Musibah bagi seorang mukmin

 


Makna Musibah

Kata musibah berasal dari bahasa Arab ( ‘ashaba –yushibu-mushibatan) sesuatu yang menimpa, mengenai sasaran, memperoleh mendapatkan. Musibah dalam kamus bahasa Arab al-Munawwir diartikan sebagai bencana atau malapetaka. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, musibah diartikan dengan kejadian menyedihkan yang menimpa, atau malapetaka, atau bencana.   Dalam Al-Qur’an banyak disebut kata musibah termasuk bentuk-bentuk sepadanannya.

 Dalam kitab al-Mu’jam al-Mufradat fi Alfadz al-Qur’an al-Karim disebutkan bahwa ada 77 kata musibah, 33 di antaranya berbentuk kata kerja lampau (fi’il madhi), 32 berbentuk kata kerja sekarang (fi’il mudhari’), dan 12 berbentuk kata benda (isim).   Dalam Al-Qur’an, kata-kata tersebut memiliki pemaknaan masing-masing sesuai dengan asbabun nuzulnya dan berpedoman pada kitab-kitab tafsir yang ditulis oleh para ulama otoritatif di bidangnya.   Musibah bisa saja berarti azab, teguran atau peringatan, bahkan bisa berarti nikmat yang semuanya hanya Allah subhanahu wata’ala yang tahu.

Syaikh Wahbah az-Zuhaili dalam tafsir munir menyatakan bahwasanya musibah adalah segala hal yang menyakitkan jiwa, harta, atau keluarga. Imam al-Qurthubi menyatakan bahwa musibah adalah segala apa yang diderita atau dirasakan oleh seorang mukmin. Musibah ini biasanya diucapkan jika seseorang mengalami malapetaka, walaupun malapetaka yang dirasakan itu ringan atau berat baginya. Kata musibah ini juga sering dipakai untuk kejadian-kejadian yang buruk dan tidak dikehendaki. Ahmad Mustafa al-Maraghi menyatakan bahwa musibah adalah semua peristiwa yang menyedihkan, seperti meninggalkan seseorang yang dikasihani, kehilangan harta benda atau penyakit yang menimpa baik ringan atau berat.

Ada beberapa hikmah di balikmusibah yang menimpa seorang Mukmin.

1.       Agar Allah semakin mengetahui siapa di antara hamba-hambanya yang benar-benar berada di atas kesabaran dan siapa di antara hamba-hambanya yang berada dalam keputusasaan.

Allah berfirman : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah: 155)

Ayat ini merupakan pemberitahuan dari Allah Subhanahu wa ta’alla kepada umat Nabi Muhammad Shalallahualaihi wa sallam, bahwa Dia akan menguji mereka dengan perkara-perkara yang berat untuk menunjukkan siapa yang taat dan mana yang ingkar.

Imam Al-Munawi dalam Faidh Al-Qadir menjelaskan, bersyukur ketika mendapat kesenangan dan bersabar saat mendapatkan ujian adalah sebenar-benarnya karakter orang yang beriman. Dua sikap itu, tulis Al-Munawi, tidak ditemukan dalam diri kalangan kafir dan munafik.

Sifat tersebut adalah ketika seseorang diberi kesenangan berupa sehat, keselamatan, harta, dan kedudukan, ia bersyukur pada Allah Swt atas karunia tersebut, dan Allah akan mencatat mereka ke dalam golongan orang-orang yang bersyukur. Sama halnya ketika ditimpa musibah, ia bersabar, maka seseorang itu pun akan dimasukkan ke dalam orang-orang yang bersabar. Pintu kesabaran dalam menghadapi musibah ialah dengan mengucapkan kalimat "Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun." "Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Allahumma ajirni fi mushibati wa akhlif li khairan minha. Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, karuniakanlah padaku pahala dalam musibah yang menimpaku dan berilah aku ganti yang lebih baik dari padanya." (HR Muslim)

2.       Allah akan mengangkat derajat dan menghapus dosa

Allah berfirman: “Dan apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura:30).

Rasulullah bersabda : "Tidak ada satu pun musibah yang menimpa seorang Muslim berupa duri atau yang semisalnya, melainkan dengannya Allah akan mengangkat derajatnya atau menghapus kesalahannya.” (HR. Muslim)

Ada pula riwayat hadis berbunyi, "Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya." (HR. Bukhari dan Muslim)

3.       Ujian sebagai tanda cinta dan kebaikan Allah Subhabnahu wa ta’alla

Musibah dan ujian yang diberikan Allah kepada hambanya bisa jadi merupakan tanda cinta dan kebaikan Allah Subhanahu wa ta’alla. Sabda baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam: "Sesungguhnya besarnya balasan tergantung dari besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada suatu kaum Dia akan menguji mereka, barang siapa yang rida maka baginya keridaan Allah, namun barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan Allah." (HR. Tirmizi).

Dalam riwayat lain juga disebutkan: "Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang rida, maka ia yang akan meraih rida Allah. Barangsiapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah)

Apabila Allah mencintai seseorang, maka bisa saja Allah menujukkan rasa cinta-Nya dengan ujian dan musibah. Allah jadikan musibah sebagai pengganti siksa di akhirat yang kadarnya akan jauh lebih pedih. Rasulullah Saw bersabda; "Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi)

4.       Dengan Ujian seseorang dapat mendapatkan pahala kematian syahid di jalan Allah

Anjuran bersabar dalam menghadapi musibah dan ujian, terutama yang berupa wabah ditegaskan Nabi Shalallahu alaihi wa sallam melalui sabdanya: "Wabah penyakit adalah sejenis siksa (azab) yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah menjadikan hal itu sebagai rahmat bagi kaum Muslimin. Tidak ada seorang pun yang terserang wabah, lalu dia bertahan di tempat tinggalnya dengan sabar dan mengharapkan pahala, juga mengetahui bahwa dia tidak terkena musibah melainkan karena Allah telah mentakdirkannya kepadanya, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mati syahid." (HR. Bukhari, An-Nasa'i, dan Ahmad)

Dalam satu hadits yang di riwayatkan Abu Hurairah Rasululah bersabda "Syuhada (orang-orang yang mati syahid) itu ada lima, 'orang mati karena terkena penyakit tha'un (lepra), orang yang meninggal karena sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang tertimpa bangunan rumah atau tembok; dan orang yang gugur di jalan Allah." ( HR Bukhari Muslim )

 

Bagaimana agar kita tegar menghadapi musibah ?

Pertama: Mengimani takdir ilahi

Setiap menghadapi cobaan hendaklah seseorang tahu bahwa setiap yang Allah takdirkan sejak 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi pastilah terjadi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.”( HR Muslim)

Kedua: Yakinlah, ada hikmah di balik cobaan

Hendaklah setiap mukmin mengimani bahwa setiap yang Allah kehendaki pasti ada hikmah di balik itu semua, baik hikmah tersebut kita ketahui atau tidak kita ketahui. Allah Ta’ala berfirman,

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ (115) فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ (116)

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.” (QS. Al Mu’minun: 115-116)

Allah Ta’ala juga berfirman,

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq.” (QS. Ad Dukhan: 38-39)

Ketiga: Ingatlah bahwa musibah yang kita hadapi belum seberapa

Ingatlah bahwa Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mendapatkan cobaan sampai dicaci, dicemooh dan disiksa oleh orang-orang musyrik dengan berbagai cara. Kalau kita mengingat musibah yang menimpa beliau, maka tentu kita akan merasa ringan menghadapi musibah kita sendiri karena musibah kita dibanding beliau tidaklah seberapa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” ( HR Tirmidzi )

Kelima: Yakinlah, di balik kesulitan ada kemudahan

Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)

Ayat ini pun diulang setelah itu,

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6). Qotadah mengatakan, “Diceritakan pada kami bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi kabar gembira pada para sahabatnya dengan ayat di atas, lalu beliau mengatakan,

لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ

“Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.”

Keenam: Bersabarlah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى

“Yang namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa musibah.”( HR Bukhari ) Itulah sabar yang sebenarnya. Sabar yang sebenarnya bukanlah ketika telah mengeluh lebih dulu di awal musibah.

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10).

Al Auza’i mengatakan, “Pahala bagi orang yang bersabar tidak bisa ditakar dan ditimbang. Mereka benar-benar akan mendapatkan ketinggian derajat.” As Sudi mengatakan, “Balasan orang yang bersabar adalah surga.”

Ketujuh: Ucapkanlah “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un …”

Ummu Salamah -salah satu istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

“Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.” Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do’a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”( HR Muslim )

Do’a yang disebutkan dalam hadits ini semestinya diucapkan oleh seorang muslim ketika ia ditimpa musibah dan sudah seharusnya ia pahami. Insya Allah, dengan ini ia akan mendapatkan ganti yang lebih baik.

Kedelapan: Introspeksi diri

Musibah dan cobaan boleh jadi disebabkan dosa-dosa yang pernah kita perbuat baik itu kesyirikan, bid’ah, dosa besar dan maksiat lainnya. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy Syura: 30). Maksudnya adalah karena sebab dosa-dosa yang dulu pernah diperbuat. Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Akan disegerakan siksaan bagi orang-orang beriman di dunia disebabkan dosa-dosa yang mereka perbuat, dan dengan itu mereka tidak disiksa (atau diperingan siksanya) di akhirat.”

Wallahu A’lam

Wednesday 1 December 2021

Mbah Mangli dan Membakar kemenyan

 Mbah Hasan Mangli


Dulu ketika kecil saya sering di ajak menghadiri pengajian di Mangli. Rombongan kampung kami biasanya naik engkel yang di sopir pak Rujuk almarhum.





Ada beberapa hal yang sampai saat ini terkenang. Dinginya air wudhu  di masjid. Jamaah pengajian yang membeludak bahkan dulu pernah tidak kebagian tempat sholat sehingga harus sholat di emperan masjid. Dan yang luar biasa adalah seluruh jamaah yang hadir selalu di jamu makan oleh santri beliau, semuanya tanpa kecuali.


Ada juga hal menarik di pengajian beliau, yaitu selalu ada wewangian yang di bakar. Dulu bapak mengatakan itu menyan arab. Aromanya khas, dan ternyata itu adalah salah satu sunnah yang di lestarikan oleh Mbah Mangli. Salah satu adab majelis ilmu yang sekarang banyak di lupakan.


ﺍﺧﺮﺍﻕ ﺍﻟﺒﺨﻮﺭ ﻋﻨﺪ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﻛﻘﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﻘﺮﺃﻥ ﻭﻣﺠﻠﺲ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻟﻪ ﺍﺻﻞ ﻓﻰ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﺍﻥ ﺍﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﺤﺐ ﺍﻟﺮﻳﺢ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﻭﻳﺤﺐ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﻭﻳﺴﺘﻌﻤﻠﻬﺎ ﻛﺜﻴﺮﺍ

(ﺑﻠﻐﺔ ﺍﻟﻄﻼﺏ ﺹ ٥٣ - ٥٤)


“Membakar dupa atau kemenyan ketika berdzikir pada Allah dan sebagainya seperti membaca al-Qur'an atau di majlis-majlis ilmu, mempunyai dasar dalil dari al-Hadits yaitu dilihat dari sudut pandang bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam

menyukai bau wangi dan menyukai minyak wangi dan beliau pun sering memakainya.”

(Bulghat ath-Thullab halaman

53-54).


كان بن عمر إذا استجمر استجمر بالوة غير مطراة أو بكأفور يطرحه مع الألوة ثم قال هكذا كان يستجمررسول الله صلى الله عليه وسلم


Apabila ibnu umar beristijmar (membakar dupa) maka beliau beristijmar dengan uluwah yang tidak ada campurannya, dan dengan kafur yang di campur dengan uluwah, kemudian beliau berkata;

"Seperti inilah Rosululloh Shalallahu alaihi wa sallam beristijmar

(HR. Nasa'i No seri hadits: 5152)


Imam nawawi mensyarahi hadits ini sebagai berikut:


الاستجمار هنا استعمال الطيب والتبخر به وهو مأخوذ من المجمر وهو البخور وأما الألوة فقال الاصمعي وأبو عبيد وسائر أهل اللغة والغريب هي العود يتبخر به*


Yang di maksud dengan istijmar di sini ialah memakai wewangian dan berbukhur "berdupa" dengannya. Lafadz istijmar itu di ambil dari kalimat Al majmar yang bermakna al bukhur "dupa" adapun Uluwah itu menurut Al ashmu'i dan abu ubaid dan seluruh pakar bahasa arab bermakna kayu dupa yang di buat dupa.


ويتاكد استحبابه للرجال يوم الجمعة والعيد وعند حضور مجامع المسلمين ومجالس ألذكر والعلم


Dan sangat kuat kesunahan memakai wewangian (termsuk istijmar) bagi laki laki pada hari jumat dan hari raya, dan saat menghadiri perkumpulan kaum muslimin dan majlis dzikir juga majlis ilmu.

(Syarah nawawi ala muslim: 15/10)


Membakar dupa saat majlis dzikir, atau majlis ilmu juga di contohkan oleh imam malik, seperti yang di jelaskan dalam biografi imam malik yang di tulis di belakang kitab tanwirul hawalik syarah muwattho' malik imam suyuti. Juz 3 no 166


قال مطرف كان مالك إذا أتاه الناسخرجت اليهم الجارية فتقول لهم يقول لكم الشيخ تريدون الحديث أو المسائل؟ فإن قالوا المسائل خرج اليهم وافتاهم وان قالوا الحديث قال لهم اجلسوا ودخل مغتسله فاغتسل وتطيب ولبس ثيابا جددا وتعمم ووضع على رأسه الطويلة وتلقى له المنصة فيخرج اليهم وعليه الخشوع ويوضع عود فلا يزال يتبخر حتى يفرغ من حديث رسول الله صلى الله عليه وسلم


Mutrif berkata: apabila orang orang mendatangi kediaman imam malik, maka mereka di sambut oleh pelayan wanita beliau yang masih kecil lalu berkata kepada mereka, "imam malik bertanya apakah anda semua mau bertanya tentang hadits atau masalah keagamaan?

Jika mereka berkata "masalah keagamaan" maka, imam malik kemudian keluar kamar dan berfatwa, jika mereka berkata"hadits" maka beliau mempersilahkan mereka untuk duduk, kemudian beliau masuk kedalam kamar mandi, lalu mandi, dan memakai minyak wangi, kemudian memakai pakaian yang bagus, dan memakai sorban. Dan di atas beliau memakai selendang panjang di atas kepalanya, kemudian di hadapan beliau di letakkan mimbar (dampar) dan setelah itu beliau keluar menemui mereka dengan khusu' lalu di bakarlah dupa hingga selesai dari menyampaikan hadits Rosululloh Shalallahualaihi wa sallam.


Wallahu A'laam

Thursday 25 November 2021

Strategi Belajar Mengajar Deep Learning

   Pengertian Pembelajaran Model Deep Learning

Model ini bersifat dinamik, dimana keterkaitan antar pengetahuan digunakan sepenuhnya untuk menunjang pemahaman (Pujo Sukarno, 28). Peserta didik diajak untuk mengenal, memahami dan menerapkan pengetahuannya dalam penyelesaian permasalahan dari sudut penyelesaian yang umum. Tumbuhnya pemahaman terhadap materi yang diajarkan dimungkinkakh melalui penggunaan konsep dan metode dalm konteks dan domain yang berbeda-beda.

 Ciri-Ciri Pembelajaran Deep Learning
1.    Pembelajaran dikaitkan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.
2.    Mempelajari pengetahuan-pengetahuan yang telah menjadi landasan terhadap pengetahuan yang sedang dipelajari, serta pola umum pemecahan persoalan.
3.    Melakukan evaluasi terhadap fakta-fakta yang tersedia dan dikaitkan denagn kesimpulan terhadap materi yang sedang dipelajari
4.    Melakukan pemeriksaan terhadap logika dan uraian tentang suatu materi belajar secara rinci dan kritis
5.    Menumbuhkan kesadaran dari dalam tentang tumbuhnya pemahaman selama mengikuti pelajaran
6.    Menumbuhkan keaktifan dalam mempelajari materi belajar

 Aspek-Aspek Dalam Model Pembelajaran Deep Learning
Pendekatan dalam menggunakan model deep learning
(1)  Pendekatan dalam memahami pengetahuan yang diajarkan
Dalam pendekatan ini, mula-mula peserta didik diajarkan konsep pengetahuan dasarnya, kemudian berikan penjelasan mana definisi, mana konsep, mana teori dan mana generalisasi. Semua penguasaan ini agar peserta dapat mengembangkan suatu model seperti model verbal, diagramatik, model matematif, atau mungkin model grafik dan statistiknya. Model-model ini berguna untuk membangun pemecahan masalah dalam kehidupan praktis.
(2)  Pendekatan dalam menerapkan suatu pengetahuan
Setelah memahami konsep, definisi dan teori, maka teori-teori tadi akan digunakan untuk pemecahan masalah-masalah praktis. Dalam memahami permasalahan yang terjadi, semua konsep dan teori dituangkan dalam bentuk model (semacam benang merah) dari pengetahuan. Guna model tersebut adalah untuk memudahkan pemahaman pengetahuan yang akan digunakan dalam konteks praktis. Sesuai dengan kegunaan ilmu pengetahuan, maka dalam konteks praktis teori-teori tersebut digunakan semacam petunjuk untuk menjelaskan, menerangkan, memprediksikan, membantu memecahkan masalah dan merancang suatu model dalam kehidupan praktis.
pada Kegunaan kedua pendekatan tersebut agar peserta didik lebih memahami dan menguasai secara rinci tentang suatu pengetahuan yang diajarkan dan penggunaan pengetahuan tersebut untuk penyelesaian masalah dalam kehidupan praktis.
Dalam model deep learning harus diperhatikan aspek pengembangan kognitif dan aspek penumbuhan rasa ingin tahu.

1)    Aspek Pengembangan Kognitif
Pada pengembangan kognitif, berupaya untuk memadukan hal-hal pokok, kemudian dituangkan dalam model materi belajar. Deep learning sangat efektif untuk menterjemahkan kompetensi yang diharapkan menjadi suatu kurikulum yang terstruktur. Perpaduan dari berbagai komponen kompetensi, dimana setiap komponen kompetensi diturunkan menjadi butir-butir materi ajar. Akumulasi pemahaman dari butir-butir materi belajar tersebut akan membentuk suatu komponen kompetensi, yang pada akhirnya membangun secara untuh kompetensi yang telah ditetapkan. Dengan demikian pada waktu implementasi kurikulum setiap pengajar akan menggunakan deep learning untuk menyatukan butir-butir materi belajar dalam mata pelajaran.
Ada tiga aspek pengembangan kognitif peserta didik :
1.    Pengembangan kognitif yang terfokus pada pengembangan kemampuan berfikir yang tidak terkait dengan keterampilan dan kebutuhan dibidang kerja.
2.    Pengembangan kognitif yang merangsang peserta ajar untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya pada berbagai jenis permasalahan.
3.    Pengembangan kognitif yang dipadukan pada suatu kurikulum formal secara terstruktur.
Ada beberapa metode pembelajaran untuk pengembangan kognitif :
1.    Metode Pembelajaran Modelling
Pendidik menuangkan pemikiran dalam bentuk gambar, sketsa, diagram serta penjelasannya. Metode modeling merupakan uraian tentang pemecahan permasalahan, analisis kritis, atau pengembangan kreativitas atau pengembangan alternatif. Peserta didik  menjadi pengamat dalam proses yang disajikan pendidik.
2.    Metode Pembelajaran Coaching
Pendidik memposisikan sebagai pengamat dalam kelas selama proses pembelajaran. Pendidik dapat berpartisipasi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mengarahkan, atau memberikan umpan balik kepada peserta yang sedang menyelesaikan permasalahan.
3.    Metode Pembelajaran Scaffolding
Pendidik membimbing peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau memberikan petunjuk dalam proses membangun suatu pengetahuan.
4.    Metode Pembelajaran Articulating
Menekankan pada peningkatan kemampuan peserta didik untuk menyampaikan pendapatnya, sehingga peserta didik dapat menyampaikan pemikiran-pemikirannya berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya untuk memecahkan suatu permasalahan meskipun bukan pada bidang ilmmu utamanya. Lebih baik disajikan dalam bentuk diskusi kelas.
5.    Metode Pembelajaran Reflecting
Metode refleksi digunakan untuk mengukur kemampuan ajar relatif terhadap kemampuan rekan-rekan sekelas tentang materiyang diajarkan. Dapat dilakukan dengan cara menghimbau mahasiswa untuk membandingkan catatan kualiah, hasil pekerjaan rumah yang dikerjakan kemudian diskusi kelompok atau diskusi kelas. Hasil ujian yang disertai komentar adalah hal yang lebih baik dan merupakan salah satu cara dalam reflecting.
6.    Metode Pembelajaran Exploring
Peserta didik diupayakan untuk membiasakan untuk menyelesaikan permasalahan secara mandiri, dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Dosen pengajar adalah membimbing peserta ajar dalam penelitian-penelitian baru dengan memberikan semangat peserta ajar untuk mengeksplorasi dan meningkatkan rasa ingin tahu.

2)    Aspek Pengembangan Rasa Ingin Tahu
Aspek penumbuhan rasa ingin tahu dalam pengembangan pengetahuan merupakan prinsip pembelajaran bagi peserta didik. Rasa ingin tahu seperti kemampuan artikulasi, refleksi, dan berfikir kritis dapat dipelajari melalui pengamatan dan pengalaman. Untuk itu mahasiswa program studi manajemen diwajibkan untuk studi lapangan dalam mata kuliah praktikum dan praktek kerja dalam mata kuliah interenship. Selain itu, proses pembelajaran di kelas, buku materi belajar, program computer atau situs dapat menunjang tumbuhnya rasa ingin tahu.
Kegiatan pembelajaran yang hanya bersifat memberikan informasi tentang materi pelajaran atau menjawab keinginan peserta tentang materi ujian atau penggunaan multimedia, bukanlah upaya untuk menumbuhkan rasa ingin tahu, merupakan kegiatan belajar yang memberikan penjelasan tentang :
1.    Urgensi materi kuliah yang sedang dipelajari. Untuk apa dan mengapa itulah yang menjad perhatian peserta ajar.
2.    Batasan atau asumsi-asumsi yang berlaku pada suatu materi yang dipelajari.
3.    Bagaimana materi kuliah tersebut dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peserta kuliah.
4.    Bagaimana kegunaan materi belajar tersebut dalam profesinya yang akan datang.
  

Deep learning nampaknya harus dipertimbangkan dan merupakan jagonya system pengajaran pendidikan di Indonesia. Memiliki learning curve yang cukup berpengalaman dan  kaya akan teori, yang seharusnya pelopor modeling pembelajaran. Pendidik sudah waktunya menjelaskan manfaat dari setiap materi  yang diajarkannya dan harus menumbuhkan rasa ingin tahun dikalangan peserta didi. Modeling merupakan bagian pokok dalam menyajikan pembelajaran. Penyajian materi belajar jangan mendominasi tatap muka dan peserta didik diminta untuk memahami materi belajar secara mandiri. Waktu untuk tatap muka sebagian besar sebaiknya disi dengan diskusi sehingga peserta didik berlatih untuk articulating, reflecting dan exploring.



DAFTAR PUSTAKA

ML. Jhingan. 1996. The Economic Development and Planning, New Delhi. Vicas Publishing House. Ltd.

MP. Todaro. 1995. Economic For Development World. London : Groupen Ltd

Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan : Problematika dan Pendekatan, Jakarta : Salemba Emprat.

Bapenas. 2005. Perekonomian Indonesia 2003

Bank Indonesia. 2007. Laporan Tahunan Bank Indonesia. Jakarta : BI

Penentuan Awal Ramadahan

Assalamu'alaikum ijin bertanya ketika memasuki bulan Ramadhan seringkali terjadi perbedaan penentuan Awal Ramadhan. Bagaiman...